Sesampainya di mansion Alrez disuguhkan dengan pemandangan pasangan suami istri yang sedang berbuat mesum di sofa ruang tamu. Sungguh kasian Alrez, sepertinya dia harus segera ke kamar mandi tapi sebelum itu menegur kedua pasangan halal tersebut.
"Eheemm!."dehem Arlez nyaring dan panjang.
"Ehh, ada om Arlez."sapa Arka dengan kikuk, sedangkan Serra menutup panyudara dengan menurunkan baju kaosnya.
"Kalo mau bemesraan jangan di ruang tamu, apa kalian tidak punya kamar untuk dipakai."tegur Ravindra.
Tetapi Arka hanya diam, karena menurutnya dia juga yang salah dalam hal ini. Memang sih mau bermesraan dimanapun terserahnya tapi tidak nyaman juga jika dilihat orang. Karena Arka tahu sifat Arlez yang kalau dia suda berkata jangan pernah membantah perkataan atau akan tau sendiri akibatnya. Arka juga paham mungkin saja Arlez cemburu karena ia sudah menikah mendahuluinya.
"Arka!."
"Iya om Arka denger."
Sebelum menuju di atas dimana kamarnya berada, Arlez menyempatkan menatap Serra yang baju kaos sudah diturunkan. Ia melihat istri, keponakannya menduduk seperti menahan malu. Arlez segera menuju ke atas untuk menuntaskannya. Sungguh ia tidak tahan menahan untuk tidak mengeluarkannya.
Setelah Arlez tidak terlihat lagi, Serra melotot menatap Arka suami mesumnya. Sedangkan Arka yang dipelototi hanya menyengir. Arka kembali melahap bibir Serra. Bibir Serra sampai bengkak di buatnya. Serra yang mulai kehabisan nafas melepas pagutannya dan menarik nafas panjang.
Saat Arka ingin menciumnya lagi, Serra menahannya dengan tangan. Dia sudah tidak kuat lagi. Arka mengelap bibi Serra yang basah karna ulahnya.
"Yank kita ke kamar yuk!."ajak Arka.
"Engga, ini sudah sore ka. Aku belum masak untuk makan malam."ucap Serra.
"Kamu ngapain masak sih, orang udah ada pelayan kok."kata Arka.
"Tidak Arka, sudah kewajiban aku sebagai istri untuk menyiapkan makanan suami dan keluarga disini."
Arka menghela nafas, Serra bener-bener istri pintar dalam segala hal. Rasanya dirinya sangat beruntung mendapatkan Serra dan menikahinya.
"Yaudah deh."ucap Arka dengan cemberut.
"Ihh ka, kamu ga cocok ah begitu."ucap Serra.
"Tapi nanti malam, jatahnya aku harus ya."kata Arka.
"Iya iya suamiku sayang."
Setelah itu Serra meninggalkan Arka diruang tamu sendirian, karena ia menuju dapur untuk membantu pelayan memasak. Serra memang sangat suka memasak, masakannya pun bener-bener seperti di restoran bintang lima.
"Ehh, nona Serra ngapain disini?."tanya salah satu pelayan tersebut.
"Jangan panggil non, panggil aja Serra."ucap Serra ramah pada semua pelayan.
Semua pelayan disana tersenyum ramah pada Serra. Menurut mereka Serra bukan seperti Clara yang seenaknya dan semaunya menyuruh dan sering kali mereka di marah-marahi. Yang akhirnya selalu ada yang di pecat.
"Oh iya, aku mau ikut bantuin kalian masak. Bolehkan?."tanya Serra.
"Emm, gimana ya nona Serra. Kami takut dimarahi tuan Arka dan di pecat jika ia melihat istrinya memasak."ucap salah satu pelayan.
Serra mendengarkan menjadi cemberut, ternyata mereka sangat takut akan dimarahi oleh suaminya. Tetapi Arka tidak akan memarahi mereka karena suaminya sendiri sudah tahu kalau ia akan memasak.
"Kalian tenang saja, Arka tidak akan memarahi dan sampai memecat kalian. Aku sendiri yang akan memastikan."ucap Serra
Semua pelayan pun mengangguk akhirnya dan mengijinkan ikut memasak bersama. Dengan tangan cekatan Serra memotong-motong sayuran kol, wortel dan bahan pelengkap lainnya. Seperti ia akan memasuk sup untuk menu makan malam ini.
.
.Di kamar mandi Arlez duduk di kloset dengan kejantanan yang masih berdiri tegak. Ia mengocok-ngocok kejantannya agar percum cepat keluar.
Arlez bener-bener merasa sial hari ini, setelah Clara datang ke kantornya dan berbuat seenaknya dengan menyentuh-nyentuh tubuhnya. Hampir saja kenjantanannya di kulum oleh Clara. Untunglah Arlez masih bisa mencegahnya.
"Aahh.. ahhh... cepatlah keluar."desah Arlez masih mengocok kejantannya.
"Uhhh ahhh."
Crrot! Crrot! Crrot!
Sperma muncrat dan jatuh di lantai. Sungguh Arlez menjadi lega akhirnya percum keluar dengan sangat banyaknya. Arlez pun mandi untuk membersihkan badannya yang sangat lengket.
Setelah selesai ia memakai baju santai dan segera turun ke bawah menuju ruang tamu. Di ruang tamu terlihat Arka yang masih duduk di sofa dengan menikmati menonton film kesukaannya.
"Ehh, om Arlez udah seger aja nih."ucap Arka.
"Iyalah seger, om barusan habis mandi."sahut Arlez
Arka hanya mengangguk dengan sahutan Alrez. Alrez berpikir mengajak Arka untuk bermain PS.
"Ka gimana kalo kita main PS."ajak Arlez.
"Ada hadiahnya ga om kalau menang?."tanya Arka.
"Ada, om bakal belikan mobil yang kamu mau. Tapi kalau kamu kalah om mau di pijet sama istri kamu."
"Oke siapa takut, ayo om!."ucap Arka bersemangat, karena kalau dia menang akan mendapatkan mobil.
Sedangkan Arlez tersenyum jahat, ia sudah memikirkan ini. Arka tidak akan pernah bisa mengalahkannya, karena dulu waktu Arka umur 10 tahun dan ia 20 tahun. Mereka pernah tanding PS dan pada akhirnya Arka kalah menangis, mengadu pada Alka. Yang akhirnya Arka menyuruh Alka untuk tanding dengannya dan sama tetap Arlez yang memenangkannya. Dan itu membuat Arka keponakannya satu minggu tidak menegurnya sama sekali di cuekin sampai-sampai Arlez yang tidak tahan dicuekin membelikan Arka mainan yang ia sukai. Akhirnya Arka luluh dan mau menegurnya kembali. Sunggu ketika mengingat itu membuat Arlez tersenyum-senyum.
Mereka berdua menuju ruang untuk bermain PS. Tetapi ruang tersebut berada di atas tepatnya lantai 4 dan harus naik lift untuk sampai di lantai 4. Sampai di ruang PS mereka berdua segera masuk.
Arlez dan Arka mulai bertanding dengan serunya, mereka berdua sesekali berteriak saling bersahutan. Bukan tading bola melainkan mereka balapan motor, dengan Arlez yang sudah di depan dan Arka yang sangat jauh tertinggal. Tetapi Arka tidak mau kalah, ia menaikan kecepatan di remot PS yang ia pegang. Tetap saja tidak bisa mengejar Arlez sudah berada sangat jauh didepannya.
Arlez terkekeh melihat Arka yang frustasi tidak bisa mengejarnya. Karena sudah di pastikan pemenang pastilah Arlez. Hingga motor Alrez sampai.
Finish!!!
"Yahhh."ucap Arka panjang.
"Gimana om yang menang ka."ucap Arlez bangga pada dirinya.
"Selalu, selalu om yang menang."kesal Arka.
"Iyalah, om kan pemain handal. Haha."ucap Arlez tertawa.
"Ingat ya perjanjian kita tadi kalau yang kalah."
"Iya iya, Arka ingat om kalau istrinya Arka harus pijetin om kan."
Arlez tersenyum mengangguk dengan perkataan Arka. Arlez berpikir untuk memanfaatkan situasi ini, sungguh di kepala sudah memikirkan bagaimana kalau ia menyentuh panyudara Serra dan memasukan puting ke dalam mulutnya lalu menyesapnya dengan sangat kuat. Sungguh menggairahkan memikirkan semua itu membuat sesuatu dibawahnya bereaksi kembali.
'Ahh tidak tidak. Pikiran ku sungguh terlalu jauh.'batin Arlez.
"Om kita ke bawah yuk, makan malam sudah siap. Mama papa juga sudah di bawah nunggu kita berdua."ucap Arka.
Arlez melihat jam sudah menunjukkan pukul 19:00, pantas saja perutnya sudah terasa sangat lapar dan minta diisi. Mereka berdua pun turun ke bawah dengan menggunakan lift lagi. Di bawah sudah ada Alka dan Devita, juga Serra istrinya Arka. Mereka sudah duduk di kursi meja makan.
****