DWTD; Say My Name

26.7K 2.7K 314
                                    

Dancing With The Devil

Mark membukakan pintu mobil dan kemudian berbalik badan sebelum berjongkok. "Naik". Titah Mark menyuruh Haechan naik ke punggungnya, kesadaran Haechan sudah nyaris tidak ada.

Haechan menurut dan bergerak naik ke punggung Mark merebahkan kepalanya yang pusing ke punggung Mark. Haechan memiliki badan yang mungil seukuran pria sepertinya. Mark menurunkan Haechan perlahan ke ranjang, tapi Haechan tidak melepaskan pegangannya di lengan kiri Mark. Sejak di lantai dansa Haechan mencengkramnya erat seakan takut kehilangan Mark disisinya.

"Tidurlah, Haechan." gumam Mark.

"Apa kita saling mengenal?" Haechan memiringkan kepalanya menghadap Mark.

"Hmm." Mark tampak berpura-pura berpikir. "Sepertinya iya.."

"Bagaimana kita bisa tinggal di satu rumah yang sama?" Pandangan Haechan menelusuri.

"Kau bekerja padaku, Haechan. Aku bos menyebalkanmu itu." Mark dengan santai berucap.

Mata Haechan memicing. "Mark...??"

Mark mengangguk "Tidurlah." Mark merebahkan Haechan di tempat tidur.

Mark memegang tangan Haechan yang memegang lengannya. "Aku ingin mandi". Haechan mengangguk.

Mark menghela napas. "Bagaimana aku bisa mandi jika kau terus memegangiku seperti istri posesif begini?"

"Aku ingin ikut."

Lima menit kemudian....... Jangan salahkan Mark sekarang pria itu berdiri di bawah kucuran air hangat bersama Haechan didepannya. Baju mereka sudah basah, kemeja putih Mark tampak transparan menampilkan secara terang-terangan bentuk badannya di balik kemeja tersebut.

Mark melepaskan satu persatu kancing kemejanya dan menaruh sembarang ke lantai kamar mandi. Haechan mengerjap melihat tubuh Mark.
Mark menuangkan shampo kerambutnya dan kerambut milik Haechan lalu membersihkan rambut Haechan secara perlahan.

Mark tidak berani melepaskan baju Haechan yang sudah sepenuhnya basah, khawatir akan sisi bajingannya bangun. Walaupun ia belum pernah merasakan bercinta dengan seorang pria tapi ia juga memiliki hasrat jika melihat tubuh yang sexy. Haechan memiliki tubuh yang sexy bibirnya juga sangat menggoda. Haechan memiliki bibir seperti cherry membuat Mark ingin sekali merasakannya.

"Haechan..." Mark memanggil dengan suara yang pelan. "Kau tau siapa aku, bukan?"

Haechan mengangguk. "Say my name." Mark meminta.

Haechan mengerjap seperti anak kecil.
"Mark Lee."

Mark menyeringai "Good."

Mark menunduk, mendekatkan wajahnya yang basah pada Haechan. Tangan kirinya menahan tengkuk Haechan yang berusaha menjauh. Haechan tidak menolak ketika Mark melumat bibirnya lembut, Mark memiringkan sedikit kepalanya dan menghisap bibir bawah Haechan. Haechan membuka bibirnya, tetapi tidak membalas ciuman liar pria dewasa didepannya ini. Mark senang, Haechan sadar siapa pria yang berada didepannya sekarang dan tetap tidak menolak ciumannya.

Haechan terbangun dan kepalanya merasa sangat pusing, ia masih mengumpulkan nyawanya dan mencoba bangun untuk melihat sekeliling.

Tunggu...... Ini kamar siapa? Dia dimana sekarang? ia masih tidak fokus. Ketika ia sudah merasa sadar ada seseorang disampingnya, yaitu bosnya Mark Lee yang tidak menggunakan baju.

"Tuan bangun, tuan!!!!" Haechan mencoba membangunkan Mark dengan mendorong menggunakan bantal.

Mark bangun karena kesal dengan suara Haechan yang melengking. "Ada apa Haechan?" Mark mencoba membuka matanya perlahan. "Jangan teriak-teriak." timpal Mark lagi.

"Kenapa saya bisa ada disini, tuan?" Haechan meminta penjelasan karena ia memakai baju yang berbeda dari yang sebelumnya ia pakai. "Lalu baju saya, siapa yang menggantinya?" tanya Haechan panik.

"Bajumu basah. Semalam kau mabuk berat, jadi aku menggantikannya." jawab Mark santai.

Haechan melotot. "A-apa? Anda yang meggantikannya?" Ujar Haechan yang merasa terkejut.

Mark menaikan alisnya. "Kenapa kau terkejut? Aku tidak bernafsu dengan tubuhmu."

Benar-benar bos kurang ajar. "Lalu kenapa anda tidak memakai baju?"

Mark mengernyit. "Apa ada undang-undang yang mengatur cara berpakaian orang ketika tidur?"

Haechan lelah mendengar jawaban bosnya yang sungguh menyebalkan. Haechan mengatur nafasnya. "Tuan." panggil Haechan.

"Hmm."

"Aku tidak melakukan apapun, bukan?" Semoga mimpinya tidaklah benar.

***

Haechan masih berpikir keras apa yang sebenernya terjadi padanya, mengapa ia bisa berada dirumah bosnya. Bukankan ia kemarin bersama Renjun, ia harus menanyakannya pada Renjun. Apa mungkin Renjun meninggalkannya di klub, tapi tidak mungkin. Ah sudahlah nanti akan ia tanyakan pada Renjun, karena percuma saja ia meminta penjelasan pada bosnya yang menyebalkan itu.

Jisung berdiri di pintu kamarnya. "Kak, kenapa semalam kakakntidak pulang? Apa bosmu itu menyulitkanmu lagi?" Tanya Jisung.

"Ada pekerjaan yang harus segera diselesaikan, tidak terlalu menyulitkanku." Bohong Haechan.

Jisung mulai penasaran karena sejak tadi kakaknya hanya melamun di kamar. "Oh begitu.." Jisung masuk dan mendudukan dirinya di ranjang.

"Kak... eumm.... Kemarin tuan Yuta datang dan menagih hutang Daddy, ia meminta kita membayar sepenuhnya." Jisung menjelaskan dengan nada cemas.

Haechan menatap Jisung yang terlihat khawatir. "Aku akan menemuinya nanti, tidak usah khawatir."

Haechan berusaha meyakinkan Jisung. "Kau selalu saja berkata seperti itu, pakailah tabunganku walaupun tidak banyak setidaknya aku juga ingin membantumu walau sedikit." timpal Jisung.

Haechan menggeleng. "Simpan tabunganmu Jisung, percayalah padaku semua akan baik-baik saja." Haechan memegang tangan adiknya dengan penuh kasih sayang.

Jisung mendesah pasrah. "Baiklah, terserah Kakak saja." Jisung melangkah keluar.

With Love,
Lily🫶🏻

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 24, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dancing With The Devil [REVISI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang