Prolog

894 147 102
                                    

"Sah?"

"SAH!"

Hari ini adalah hari pernikahan Raka dengan Angel. Setelah melewati berbagai masa sulit, akhirnya mereka dapat bersatu.

Semua tampak bahagia dan terharu saat Angel mencium tangan Raka dan Raka mencium kening Angel.

Tapi senyum seorang gadis berambut sebahu dengan make up tipis serta memakai gaun berwarna merah tiba-tiba saja luntur. Matanya berkaca-kaca sehingga ia memilih memalingkan wajah.

"Kenapa hm?" tanya seorang lelaki lebih tua darinya beberapa tahun dengan kemeja putih dibalut tuxedo serta celana hitam.

Gadis itu menggeleng lemah. "Seharusnya yang di situ bukan kak Angel kan ...."

Nathan menghela nafas, menarik Gina dalam pelukan. Dirinya pun ikut merasa sesak.

Semua memanjatkan doa di tengah kesedihan mereka. Itu tak luput dari pandangan Riki.

Setelah acara selesai, Riki menghampiri Gina yang sedang duduk dengan melamun di salah satu kursi.

"Hai beb," sapanya menoel dagu Gina.

Merasa tak ada sahutan, Riki kembali berusara, "lo tau? Kalo diibaratkan sekarang rasa bahagia gue 7 dari 10."

Pernyataan Riki membuat Gina menoleh dengan pandangan tak paham. "Kenapa nggak 10? Sekarang pernikahan kakak lo kan."

"Ya gimana mau 10," jedanya. "Elo aja nggak bahagia. Sedangkan kebahagiaan gue setengahnya ada di elo."

"Maaf." Hanya itu yang mampu ia ucapkan saat ini.

"Hei ...." Riki memegang kedua bahu Gina. Memandangnya teduh. "Kakak lo bahagia di sana, jangan dibebanin dengan kesedihan lo."

Setetes air mata kembali turun. Ingatan tentang hari paling menyedihkan di hidupnya kembali terputar. Ya ... Kematian kakaknya.

"Ck. Jangan nangis dong Na, rasa bahagia gue nurun jadi 5 nih," ucap Riki dengan raut sedih.

Gina terkekeh sesaat, tak mau membuat sedih sang sahabat, ia menghapus air matanya "Iya-iya gue nggak nangis nih."

Melihat itu, Riki tersenyum manis.

"Kak Nathan mana?" tanyanya karena tak melihat pemuda itu di samping Gina. Biasanya Nathan akan selalu berada di samping Gina kapanpun dan dimanapun kecuali di sekolah.

"Ke kamar mandi."

Tak lama setelah itu Nathan datang,  duduk di samping Gina dengan wajah dingin andalannya. Bahkan tanpa menyapa Riki, membuat pemuda itu tersenyum masam.

Nathan menatap Gina sesaat kemudian bertanya, "mau pulang sekarang?"

Baru saja Gina ingin menjawab, Raka dan Angel datang otomatis membuat mereka bertiga berdiri.

"Congrats." Satu kata terucap dari Nathan sembari menjabat tangan Raka.

"Thanks bro. Btw, kapan nih nyusul?" tanyanya bermaksud gurauan. "Umur lo udah nggak muda lagi loh," lanjutnya.

Nathan memutar bola mata malas, menjawab dengan datar, "nggak niat. Dan ... Lo semudah itu ngelupain sahabat gue?" Tatapan tajam ia berikan pada Raka.

Merasa tak ada jawaban, Nathan melangkah hendak pergi. Namun sebelum itu ....

"Raka nggak kayak yang lo fikirin Nath." Suara Angel menghentikan langkahnya.

"Lo siapa sampe berani manggil nama gue?"

Mereka yang berada di situ meringis kecuali Angel yang sedikit tersentak.

"Terserah apa kata lo. Intinya Raka nggak seperti yang lo kira."

Nathan berbalik badan. Menatap datar Angel dengan sebelah alis terangkat.

Angel tersenyum tipis. Bagaimanapun sekarang Raka adalah suaminya. Ia tak akan membiarkan siapapun berfikiran buruk tentangnya.

"Sebelum hari ini, kita udah ke makam Grace. Raka cerita semuanya di sana."

"Oh." Nathan berlalu setelahnya membuat mereka menghela nafas pasrah.

Raka dan Angel ikut berlalu karena masih banyak tamu yang harus disambut.

Gina memandang Riki dengan tatapan yakin. "Gue bakal cari tau tentang Kak El, gue nggak akan berhenti sebelum tau semuanya."

"Dan gue bakal selalu nemenin lo dalam keadaan apapun," sambung Riki dengan sangat yakin.

~~~

Nggak ada Grace? Tenang masih ada Gina and Rikiiiii.

Btw, bakal aktif pub pas cerita "TRSG!" selesai revisi buat novelnya yakk, hehe.

Simpen aja dulu di perpus,-
Karena bakal banyak kejutan di S2 ini😉

RETISALYA (S2 TRSG!)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang