"Penampilan teater tidak lebih menarik
jika dibandingkan dengan senyumanmu"
◦»♪♪♪«◦
.
.
Penampilan Alex berhasil memukau sebagian besar penonton. Mendadak dia menjadi idola sekolah dalam semalam.
"Wah... rupanya penampilan penutup tadi sangat luar biasa, ya?" Sambut Kayra -sang pembawa acara.
"Benar-benar keren, ya?" Nathan -rekannya- menimpali. Penonton bersorak-sorai.
"Sepertinya penonton mulai menggila karena kita telah tiba dipengujung acara!" Seru Kayra. Sorak sorai penonton semakin kencang.
"Baik-baik. Tanpa perlu berlama-lama lagi, inilah dia penampilan spesial dari klub teater!" Seru Nathan disertai tepuk tangan yang meriah.
Malam semakin gelap. Situasi yang sangat pas untuk pertunjukkan teater dengan tema horor. Angin dingin mulai terasa menyusupi setiap orang. Lampu sorot mulai mencari tujuannya. Suara tangisan menjadi prolognya.
"Wah.. jadi ini yang selalu menjadi acara favorit siswa SMA Losteus!" Seru Rileya. Ara tak bergeming.
"Hei, Ara! Apa kau mendengarku?" Rileya mengguncang bahu Ara. Ara menoleh dengan ekspresi tegang.
"Eh? Hei aku lupa! Kau kan tidak suka genre horor!" Rileya menepuk dahi seraya terkekeh.
"Kenapa kau tidak memberitahuku jika acara penutupnya bertema horor!" Ara meremas tangan Rileya.
"Awww.. sakit, Ra. Maaf, aku lupa." Rileya melepas genggaman Ara.
"Wah wah, jadi kau takut?" Tanya seseorang di samping Ara.
Ara yang terkejut mendengar suara itu, refleks mengangkat tangannya, hendak memukul.
"Eits.. Tenang. Aku bukan hantu!" Laki-laki itu menyilangkan tangannya, membentuk tameng pelindung.
"Alex! Kenapa kau bisa ada disini? Kau punya kekuatan teleportasi, hah?" Tanya Rileya yang sama kagetnya dengan Ara. Dilihatnya Alex yang masih mengenakan pakaian panggung -kaos putih dibalut bomber army dan celana jeans.
"Nah, pakai." Alex memberikan jaket bombernya –yang tadi dia pakai untuk tampil– kepada Ara.
"Aku tidak memerlukan itu." Jawab Ara datar seraya menolak jaket itu.
"Hei, kau belum menjawab pertanyaanku!" Protes Rileya.
"Kalian terlalu fokus menatap panggung sampai tidak memperhatikan sekitar! Lihatlah, semua siswa yang tadi tampil sudah diperbolehkan kembali ke barisan untuk menonton teater bersama." Alex memperlihatkan apa yang dia katakan.
"Ohh begitu." Rileya mengangguk paham.
Ara memalingkan wajahnya kembali menatap panggung.
"Ada apa? Kenapa kau tidak mau memakainya?" Tanya Alex pada Ara.
"Kenapa kau duduk disampingku?" Ara balik bertanya.
"Kita kan, satu kelas. Aku hanya ingin menaati peraturan yang sudah dibuat oleh OSIS." Jawab Alex.
"Kau bisa saja duduk di barisan belakang." Guman Ara yang mencoba menonton teater.
"Oh, ya? Hanya itu saja?" Rileya menyela dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu
Любовные романыMenurutku ini semua terasa seperti abu-abu Entah dia baik atau tidak perhatian atau tak acuh cinta atau benci semuanya tidak bisa kulihat dengan jelas