"Kenapa?" Tanya Rile melihat wajah Ara sedikit pucat.
"Ini apa?" Ara masih menatap kotak nasinya.
Setelah bel istirahat berbunyi, ketua OSIS mengarahkan seluruh siswa baru untuk berkumpul kembali di lapangan. Mereka akan makan bersama dengan kelas masing-masing. Semacam cara untuk lebih mengakrabkan diri dan bisa menyesuaikan dengan lingkungan baru.
Awalnya berjalan menyenangkan, semua duduk melingkar dengan teman kelasnya, sampai akhirnya makanan dibagikan. Makanan yang diberikan oleh pihak OSIS sendiri.
"Aku tidak suka kangkung, kenapa ada kangkung di sini?" Ara menatap Rile.
"Ah, iya aku lupa. Tapi kita harus menghabiskan semua yang ada di kotak, itulah aturan mainnya. Kalaupun tidak suka, harus dimakan Ara." Rile mencoba membujuk Ara.
"Apa tidak bisa kau saja yang makan punyaku? Tolonglah aku sangat benci kangkung." Ara memasang wajah memelas kepada Rile.
"Hei, jangan begitu. Aku juga tidak terlalu suka dengan kangkung. Jika harus memakan punyamu juga, aku tidak akan kuat." Rile memulai suapannya. Ara masih tetap memajang wajah memelasnya.
"Ada apa? Kenapa kalian ribut?" Siswa yang duduk di sebelah Ara bertanya.
"Dia tidak bisa makan sayur kangkung dan dia tidak akan mau memakan itu." Bukan Ara, namun Rile yang menjawab.
"Begitukah? Ayo berikan padaku. Aku akan memakannya untukmu." Siswa itu menjulurkan kotak miliknya.
"Hah? Serius?" Ara akhirnya berbicara.
"Iya, aku suka kangkung. Jika bisa mendapatkan lebih, kenapa tidak?" Siswa itu tersenyum ramah.
"Baiklah." Ara memindahkan kangkung miliknya dengan perasaan senang.
"Hei, bukankah namamu Alex?" Rile bertanya pada siswa itu. Selama berdiam diri di kelas, Rile sempat berkeliling untuk berkenalan dengan teman di kelasnya, sekaligus membunuh rasa bosan.
"Ahh, iya benar." Jawab Alex.
"Sudah. Terimakasih." Ara akhirnya bisa selamat dari kangkung.
"Harusnya aku yang berterimakasih karena mendapat tambahan kangkung darimu." Alex tertawa.
"Hmm..." Ara mulai fokus menghabiskan makanannya.
"Hei, Ara, kenapa kau tidak berkenalan dengannya? Bukankah dia yang tadi pagi kau lihat bersandar di depan pintu." Rile sudah selesai dengan makanannya.
Hampir saja Ara tersedak dibuatnya. Ara langsung meminum air miliknya.
"Hah? Jadi itu dia?" Ara menatap lamat-lamat siswa yang duduk bersebelahan dengannya kini. "Sejak kapan dia duduk di situ?"
"Kenapa?" Alex yang merasa diperhatikan, menghentikan aktivitasnya dan menoleh Ara.
"Tidak ada." Menjawab dingin, Ara memalingkan pandangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Abu-abu
RomanceMenurutku ini semua terasa seperti abu-abu Entah dia baik atau tidak perhatian atau tak acuh cinta atau benci semuanya tidak bisa kulihat dengan jelas