Sesampainya di gerbang perumahan, Sapri yang berjaga membuka pintu. Dengan sopan dia menyapa Angga.
"Selamat malam, Pak," sapa Sapri.
"Oh, ya. Selamat malam …. " Angga membalas dengan senyum manisnya.
Angga segera memacu mobilnya dan menuju ke rumahnya. Sepeninggal Angga, Sapri menutup kembali portal itu. Dia kembali masuk di posko. Dia menikmati secangkir kopi. Ketika dia menyalakan rokoknya, ada sebuah mobil yang tak di kenal hendak masuk. Karena malam, Sapri menemui sopirnya.
"Maaf, pak. Bapak mau kemana?" tanya Sapri.
"Oh, saya mau kirim karpet ke alamat ini," kata sang sopir memberikan alamat pengiriman.
Sapri membacanya. Dia heran.
"Maaf, pak. Alamat ini adalah rumah kosong. Rumahnya sudah hampir roboh," kata Sapri.
Sang sopir terkejut. "Loh, rumah kosong?"
"Iya, Pak. Rumah yang sudah tak terawat. Rumah itu tak berpenghuni. Serius bapak kirim karpet?" tanya Sapri.
Sopir itu keheranan. Dia tepikan mobilnya.
"Aneh? Sebentar pak, saya konfirmasi bos saya," kata Sopir itu.
Dia mengambil handphonenya dan menghubungi bosnya. Agak lama sopir itu menghubungi bosnya. Tampak sedikit perdebatan antara sang sopir dan bosnya. Setelah agak lama, sopir itu menutup teleponnya. Dia tampak kebingungan. Dia kembali menghubungi sebuah nomor, namun ekspresinya menampakkan kejengkelannya. Dia coba kembali menghubungi namun, wajahnya kembali kecewa.
"Brengsek!! Nomor konsumen ini koq gak aktif?" Sopir itu mengumpat sambil mencoba kembali.
Berulang kali di coba, tetap tak membuahkan hasil. Dia datangi Sapri.
"Pak, bagaimana ini? Saya sama juragan disuruh ngantar ke alamat ini. Saya sudah jelaskan tapi tuh orang ngotot lagi. Katanya karpet ini buat acara pernikahan di alamat itu," kata sopir.
Sapri makin terkejut. "Apa?! Pernikahan?? Pernikahan siapa?"
"Nah itu dia, Pak. Tolong dong, kalo gak sampai tujuan ntar saya di pecat," kata sopir itu memohon.
Sapri berfikir sejenak. Dia mengkontak Marko melalui HT.
"Bocah malam … bocah malam kontak …," kata Sapri melalui radio.
"Kontak di terima merpati malam, ganti," balas Marko di suatu tempat.
"Di posko depan ada permasalahan pelik. Ada petugas deliveri ingin mengirim barang ke Perumahan Griya Sentosa blok H 14 ganti …. ," Sapri menjelaskan melalui radio.
Radio itu terdiam. Lalu, kembali berbunyi.
"Bocah malam, itu rumah kosong. Tak ada apa-apa di sana, ganti …," balas Marko.
"Ini pengirimnya begitu ngotot. Saya sudah jelaskan." Sapri kembali membalasnya.
"Oke. Saya akan ke pos jaga segera, perckapan selesai," balas Marko menutup percakapan melalui radio.
Sapri menaruh radio itu di pinggangnya. Dia temui sopir itu. Sapri kembali menjelaskan bahwa alamat yang dia tuju adalah rumah kosong. Rumah yang sudah lama tak ditinggali lagi. Sopir itu tetap ngotot karena tak ingin di pecat. Dan tak lama kemudian, datanglah Marko. Marko menemui Sapri dan sang sopir.
"Pak, serius mau kirim karpet ke rumah di Blok H nomor 14?" tanya Marko.
"Iya, Pak. Kata bos, pesanan ini sudah di bayar lunas," kata sang sopir.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sebuah Tabir Kasus Lama
Mystery / ThrillerDua tahun setelah terungkapnya kasus penggelapan dana oleh mantan HRD lama, Angga diangkat oleh Pak Roby sebagai orang keprcayaannya. Perlahan, kehidupannya berubah. Pak Roby memberikan sebuah rumah di komplek perumahan. Baru dua bulan menempati ru...