Ky's point of view
Suap demi suap daging panggang medium-well ku masukkan kedalam mulut. Saus BBQ nikmat menyeruak tiap kali kukunyah daging wagyu favoritku ini sebelum akhirnya masuk ke dalam perutku.
Aku harus ke gym malam ini, mengingat porsi makan malamku yang kalau kata Zara porsi nasi padang kuli bangunan yang dibungkus lengkap dengan teh tawar dalam plastik ikat and damn she is true!
And here comes, suapan terakhir dari daging dan sayuran rebus lengkap dengan sausnya dalam satu suapan penuh, ah...nikmat.
Langsung ku siram tenggorokanku dengan air putih dan mengelap mulut ku dengan serbet.
Disebrangku, Kevin masih menikmati ikan filet milikinya dengan begitu lahapnya. Entah, melihat Kevin-yang notabene atasanku-makan dengan mata tertutup setiap kali sesuap daging ikan masuk ke mulutnya mampu membuat diriku tersenyum sendiri.
Kenapa Aku memperhatikan Kevin memakan makananya? Ah, mungkin aku hanya bosan dengan piringku yang sudah habis hingga harus menunggu Kevin menghabiskan main course-nya sebelum bisa menikmati sepiring waffle hangat dengan ice cream green tea yang dingin. Yummy :)
Yups, UNION, tempat kami makan malam sekarang memiliki suasana deco kental dengan atraksi andalan dancing fountain di area courtyard yang membuat restoran ini selalu penuh. Luckily, pemiliknya merupakan kolega Steve, sehingga mudah bagiku mereservasi meja secara mendadak seperti saat ini.
Jendela besar di samping kami mampu mengalihkan pandanganku dari Kevin dan menikmati alunan lagu dari air mancur di luar sana.
Kevin mulai menenggak habis wine merahnya ketika aku tersadar bahwa meja kami merupakan tempat Zara dicampakkan.
Coincident? I don't know. Mungkin sang pelayan-yang sampai sekarang tak ku ketahui nama-menyadari bahwa meja ini keramat hingga aku dan Kevin layak makan di sini.
Hipotesis yang aneh.
Akhirnya piring Kevin telah bersih seperti tanpa kaca-Ups iklan-yang berarti hidangan desert akan segera dikeluarkan.
Kusesap minumanku bersamaan dengan Kevin yang kini menghabiskan gelas wine keduanya. I can't drink more than one glass of wine without feeling tipsy while Kevin mulai meminta gelas ke tiga.
Pelayan mulai mengangkut piring sisa main course kami dan menggantinya dengan hidangan desert ketika Kevin menatapku dalam.
Tatapan kedua mata itu bagaikan sedang menghipnotisku dengan samudra kecil didalamnya. Menimbulkan perasaan aneh di dalam diriku yang muncul setiap kali Steve tersenyum dan menatapku.
"So, do you like your fish?" Tanyaku berusaha membuyarkan tatapannya.
"Yes, I do." Jawabnya sambil terus menatapku, malah lebih dalam dari sebelumnya. Shit, wajahku mulai memerah memikirkan apa yang sebenarnya Ia lihat dariku.
Ia tersenyum dan melepaskan tatapannya ke arah desert yang kini sudah tersaji cantik dihadapan kami. Kevin lalu menenggak habis gelas ke tiganya, membuatku bertanya apakah Ia sengaja memabukkan dirinya.
Kusendok ice cream green tea dan memasukkannya ke dalam mulut sambil memperhatikan gerak gerik Kevin. Ia tidak langsung memakan desertnya, namun menenggak lagi segelas penuh wine dalam dalam. Yups, hes gonna drunk.
"Ky, tell me how you met Steve?" Tanya Kevin setelah meletakkan gelas wine ke empatnya.
"Ah...kita ketemu di Starbucks." Jawab ku sambil tertawa renyah.
"Seperti cerita cinta di film?" Goda Kevin sambil mengangkat alis mata kanannya seakan menggodaku.
"Lebih seperti sketsa komedi SNL[1]." Jawab Ku tersenyum.
![](https://img.wattpad.com/cover/9358057-288-k228387.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Velvet on The Suite
RomanceKy menghadapi sebuah dilema ketika sang kekasih Steve berasa di NYC dan seorang pria lain datang mengisi hidupnya. Kehadiran teman baiknya Zara juga tidak terlalu membantu mengubah keadaan menjadi lebih baik, heck, justru jauh lebih gila karena wani...