2nd Floor - Pervert

1.3K 53 3
                                    

Ky's Point of View

"So, what's going on between You and Andre?" Tanyaku kepada Zara yang telah duduk di atas sofa setelah berhasil ku bujuk untuk menginap di tempat ku.

"He dumped me Ky!" Jawab Zara dengan rasa frustasi yang terlihat jelas.

"I know. But why?" Balasku yan kini menggenggam segelas air putih untuknya.

"Because..." Zara kemudian terdiam.

"What?" Tanyaku makin penasaran ketika memberikan gelas yang langsung diminum Zara habis.

Ku tatap sebentar Zara yang kini telah meletakkan gelasnya di atas coffee table, She looks horrible.

"I'm tired Ky, I'll tell everything tomorrow."

"Ok, tapi janji besok harus cerita se-detail mungkin. And wash your face, you look horrible." Ucapku yang diikuti Zara dengan langsung bergegas menuju guest room.

Ku letakkan gelas Zara yang telah habis ke dalam washing machine ketika iPhone-ku yang ada di counter island bergetar. Sebuah sms masuk dari Steve yang mengatakan kalau dirinya telah naik penerbangan kedua.

Sedikit lega karena mengetahui Steve telah menaiki pesawat keduannya, namun kepala ini masih pusing karena masalah Zara dengan Andre.

Setahuku mereka berdua tidak pernah memiliki masalah yang begitu serius hingga dapat menyebabkan perpecahan di antara mereka.

Zara yang ceplas-ceplos sangat cocok dengan Andre yang pendiam.

And everything about their relationship is going well, until last night.

Ku langkahkan kaki menuju Patio yang malam ini menyuguhkan pemandangan kota Jakarta yang tenang.

Dihiasi gemerlap lampu dari gedung pencakar langit yang tentu saja di isi para pekerja yang masih lembur.

Namun tetap terasa tenang.

Begitu tenang, hingga menghipnotis diriku untuk duduk di salah satu kursi santai rotan favorit Steve.

"Thank you God." Cuma itu yang bisa ku katakan ketika terbaring melihat indahnya langit malam yang terbentang luas di atas angkasa.

****

Ku lihat sms dari Steve yang mengatakan kalau pagi ini dia sudah check-in untuk penerbangan lanjutan ke New York and some flirting text yang bikin ketawa geli di living room sembari memakan sereal ketika Zara datang menghampiri untuk ikut sarapan.

Living room dengan sofa putih custom-yang telah menjadi saksi ketika Aku dan Steve tidak dapat mengontrol diri setelah ciuman kecil kami sepulang kerja-dipadukan karpet cut pile grey yang dominan memang selalu menjadi tempat pilihan kami menghabiskan waktu makan pagi-or love making-di akhir pekan yang tenang. Apalagi dengan Wood paneling di sisi dinding hiburan makin menambahkan suasana homey yang menenangkan buat kami berdua.

Even kalau Zara kesini pun pasti ikut makan di livin room juga just like what she's doing right now.

"Udah baikan?" Tanyaku kepada Zara yang kini duduk dan melahap serealnya.

"I'm fine, Steve sudah di New York?"

"Baru check-in untuk flight ke New York. So, tell me about the bloody-dinner." Ucapku to the point.

"Bloody-dinner? Yeah..." Zara berhenti sejenak seperti tidak yakin dengan ucapannya.

"What? you promised to me." Paksaku kepada Zara yang kini menaruh mangkuk sereal-nya, seperti ingin mengatakan hal yang serius.

"Tapi janji apapun yang terjadi jangan marah ya?"

"Come on!"

"Oke, last night when we ate the appetizer..." Zara kembali menghentikan perkataannya.

Velvet on The SuiteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang