PROLOG

1.1K 18 0
                                    

Dua tahun berlalu sejak terungkapmya kasus penggelapan dana di perusahaan tempatnya bekerja. Angga akhirnya diangkat sebagai orang kepercayaan Pak Roby. Selain karena kecakapannya, kejujuran dan loyalitasnya membuat Pak Roby begitu senang.

Suatu malam, kantor Pak Roby tengah mengadakan sebuah acara syukuran. Acara itu di hadiri oleh seluruh pegawai dan istrinya. Angga datang bersama Firdha dan Meyla, anaknya yang kini berusia dua tahun.

Acara itu di buka oleh sambutan dari para pimpinan perusahaan. Selly, sang sekertaris menjadi MC di acara itu. Setelah berbagai sambutan, akhirnya tibalah saat di mana Pak Roby berpidato.

"Selamat malam, para undangan yang kami hormati. Di malam yang cerah ini, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebanyak-banyaknya pada kalian yang telah bekerja dengan baik. Saya kemari menyampaikan bahwa, perusahaan kita telah mengalami surplus profit. Semua ini tak lepas oleh kinerja kalian. Dan malam ini, saya akan mengumumkan beberapa karyawan yang telah berjasa besar pada perusahaan," kata Pak Roby dalam pidatonya.

Malam itu, Pak Roby mengumumkan beberapa pegawai yang paling berdedikasi untuk kemajuan perusahaan.  Pak Benny mendapatkan bonus tahunan lagi, dan di penutupan, Pak Benny memanggil Angga, orang kepercayaannya.

Angga maju ke panggung bersama Firdha dan Meyla. Di atas panggung, Pak Roby bersama Pak Benny memberinya ucapan selamat.

"Angga, terima kasih atas dedikasimu. Sejak kasus dua tahun terungkap, kini kantor sudah kembali normal. Keuntungan pun meningkat," kata Pak Roby pada Angga.

Angga tersenyum manis.

"Pak Roby, saya sangat senang bapak menghargai kinerja saya. Tapi, semua ini tak lepas dari kepercayaan yang di berikan oleh Pak Benny, selaku personalia di perusahaan bapak," kata Angga.

Pak Benny tersenyum. Dia menjabat tangan Angga.

"Angga, aku membaca kamu layak di beri kepercayaan. Dari berkas lapas yang saya baca, saya tahu kamu layak di beri kepercayaan. Selebihnya, itu adalah prestasi kamu," kata Pak Benny tersenyum.

Pak Roby memberikan kunci rumah pada Angga.

"Angga, ini kunci rumah barumu. Pindahlah ke Perumahan Anyelir di Blok H nomor 5," kata Pak Roby.

"Pak, terima kasih atas pemberian ini. Ini ... Seperti mimpi saja," kata Angga.

"Angga, prestasi kerjamu bagus. Kamu layak mendapatkannya," balas Pak Roby.

Dan, acara selanjutnya adalah ramah tamah. Sementara itu, di suatu tempat di tepi jalan, seseorang sedang berdiri di tepi jalan. Dia sedang mengamati suatu tempat yang biasa di gunakan para preman untuk nongkrong. Orang itu mengenakan hood hitam dan membawa teropong. Dari kejauhan, dia meneropong empat orang preman.

"Hmm, jadi di sini kamu nongkrong. Oke, lihat saja. Tunggu pembalasanku," bathinnya.

Setelah puas, dia berjalan menembus gelapnya malam. Di tengah jalan, dia menghubungi seseorang.

"Halo, Bagaimana pesanan saya?" tanyanya.

"Siap, Bos. Identitas baru sudah siap di kirim. Kita sudah cek dan hasilnya verified," kata orang itu dari balik telepon.

"Baiklah, nanti saya share leokasi," balas orang itu.

Telepon pun di tutup. Orang itu berpindah tempat. Dia masuk ke sebuah gubuk yang tak terlalu jauh dari jalan besar. Di bukalah hood hitam itu.  Dia memandangi sebuah foto di gubuk itu.

"Lina, aku akan memberi pelajaran bajingan-bajingan itu. Lihat saja," katanya dalam hati.

Dan tak lama kemudian, ada sebuah pesan masuk. Di bukanya pesan itu. Dia segera beranjak menemui orang itu. Tak terlalu banyak cakap, dia segera mengecek kiriman itu. Ternyata, sebuah KTP palsu.

"Uhm, sesuai dengan pesanan. Oke. Terima kasih," balas orang misterius itu.

Dia mengambil sejumlah uang dalam amplop coklat. Dia berikan uang itu pada pengirim.

"Ini, uang pembayarannya. Sesuai perjanjian," kata orang misterius itu.

Orang itu melihat ke dalam amplop dan menghitungnya. Tampak senyum kepuasan di wajahnya.

"Oke, senang berbisnis dengan anda, Reza." Orang itu tersenyum.

Orang itu langsung pergi menembus kegelapan malam. Dua bulan kemudian, Reza melamar kerja dengan berbekal KTP palsu. Dia berkeliling kesana kemari, dan akhirnya sampailah dia di sebuah komplek perkantoran. Setelah menjalani test wawancara, akhirnya dia di terima. Di situlah pertama kalinya Angga mengenal Reza.

Ketika itu, Reza berjalan dengan tergesa. Dia tak sengaja menabrak Angga yang tengah membawa minuman kopi. Kopi tumpah dan mengenai bajunya.

"Maaf, Mas. Saya tak sengaja," kata Reza.

Angga hanya tersenyum manis.

"Sudah, Mas. Gak apa-apa," kata Angga sambil membersihkan bajunya yang terkena tumpahan kopi.

"Waduh, Mas. Bajunya kotor," kata Reza.

"Sudah, gak apa-apa. Uhm, aku lagi ngantuk nih. Kita beli kopi, yuk," ajak Angga.

Reza mengangguk. Mereka berdua segera ke kantin. Di sanalah awal perkenalan Reza dan Angga.

Sebuah Tabir Kasus LamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang