"Ingat apa pesan mommy?" tanya Hana saat ia mengantar Yongbok ke sekolah. Yongbok yang berada di kursi belakang, menghela nafasnya. "Mommy, aku bosan mommy bertanya seperti itu tiap hari. Aku ini pintar, aku anak daddy." Hana menghela nafasnya, "Baiklah, anak pintar."
"Lagi pula ada uncle Chris, jika mommy tidak percaya padaku, percaya saja pada uncle Chris." kata Yongbok sambil keluar dari mobil. Bangchan yang duduk di samping Hana tertawa melihat kelakuan Yongbok, "Dia benar-benar anak Felix." ujarnya lirih namun bisa didengar oleh Hana.
"Bangchan-aa .." protes Hana, "Yaa ... Yaa .. Aku tahu. Kalau begitu aku turun dulu." kata Bangchan sambil keluar mobil. Seperginya Bangchan dan Yongbok, Hana masih terdiam memperhatikan keduanya berjalan memasuki area sekolah. Hana menggeleng teringat perkataan Bangchan tadi, "Aku merindukanmu .."
Bangchan memasuki ruang guru saat selesai mengantar Yongbok ke kelasnya.
"Mr. Christopher, today our school director will come." tutur salah seorang guru. "Ah, Okay, Mr. Han. Apakah pemilik sekolah ini orang Korea juga?" tanya Bangchan pada Han.
Han mengangguk, "Sepertinya begitu, aku juga belum pernah bertemu dengan beliau."
"Oh, Mr. Jeongin, apa kau pernah bertemu dengan pemilik sekolah ini sebelumnya?" tanya Han pada Jeongin, wali kelas Yongbok.
"Sudah, satu kali. Itu waktu beliau pertama kali datang ke Amerika. Setelah itu aku tidak pernah melihatnya."
"Apa berarti hari ini tidak akan ada pelajaran?" tanya Bangchan. Han dan Jeongin mengangguk, "Biasanya jika ada kunjungan dari yayasan sekolah akan mengosongkan pelajaran dan membuat festival kecil-kecilan." jelas Han.
"Oh pantas saja aku melihat beberapa hiasan dan stand pameran." sahut Bangchan.
"Ya sudah, kalau begitu aku akan bersiap ke kelas Yellow." pamit Bangchan.
"Semangat!! Kau tahu disana ada murid bernama Yongbok. Dia sangat cerdas hingga membuat kau kewalahan," ujar Han.
Bangchan tertawa, "Tenang saja, dia akan menurut pada pamannya." kata Bangchan sambil berlalu.
"Ha? Apa Yongbok keponakan dari Mr. Chris?" tanya Han pada Jeongin.
Jeongin hanya mengendikkan bahu. "Entahlah, aku juga baru mengetahuinya barusan."
