Sunni menghela napas panjang. Matanya sudah melirik kanan dan kiri keadaan di sekitarnya. Perasaan kelompok gue cuma ada enam orang, ditambah kelompok Anna harusnya cuma ada dua belas orang, tapi ini kenapa malah jadi sekampung ikut dah. Batin Sunni.
"Kenapa lo? Mata lo enggak woles banget," ucap Fakhmi yang melihat Sunni melirik ke kanan dan kiri, kebetulan ia duduk di seberang Sunni.
"Gue heran, ini kenapa jadi sekelas ikut kerja kelompok hah?!" Teriak Sunni sembari berdiri tiba-tiba membuat teman-teman sekitarnya terkejut.
"Yah elah, ngagetin gue aja lo Sun, duduk dulu duduk dulu," ucap Fakhmi dengan gerakan kedua tangannya yang mencoba mendingini suasa.
Sunni pun mengikuti ucapan Fakhmi yang merupakan sesepuh di kelasnya alias ketua kelas. Anna yang duduk di samping Sunni pun mengelus punggung Sunni mencoba menenangkan temannya yang sudah hampir mengamuk itu.
"Iya Sun, tenang dulu yah," ucap Anna.
"Mana bisa konsen," ucap Sunni yang sudah misuh-misuh sebal.
Sebenarnya Sunni sebal bukan karena anak sekelas ikut kerkel bersama atau pun karena ia kerkel di rumah Dyo. Bukan, bukan karena itu. Ia sebal karena sedari tadi sepertinya hanya dirinya yang tidak tahu apa-apa.
"Selow Sun, kita diem aja udeh, noh liat," ucap Bima duduk di belakang Sunni menunjuk arah di mana Dyo dan Lucas berada, "ada Dyo sama Lucas, udah selesai projek kita palingan, kita kebagian presentasi tinggal ngomong trus yang jawab pertanyaan mereka juga. Mantap lah," ucapan Bima membuat Sunni yang mendengarnya justru menjitak kepalanya.
"Si anjir," Bima yang sudah kena jitakan tersebut hanya bisa merintih kesakitan.
"Aduh, sakit njir, langsung cenat-cenut kepala gue," ucapnya.
"Jangan gitu, kita udah planga-plongo berapa jam? Ayo bantu dua orang itu, dua orang lagi kemana?" Tanya Sunni kepada Bima.
"Satrio molor, Aluma lagi temenin Aji boker," ucap Bima membuat Sunni menatapnya sembari menghela napas gusar.
"Yang bener aje," Sunni pun langsung bangkit dan menarik ujung baju Bima di bawanya ke arah Dyo dan Lucas berada.
"Ada yang bisa di bantu ga?" Tanya Sunni sesampainya di sana. Lucas yang mengetahui bahwa ada kehadiran temannya itu pun langsung menoleh dan tersenyum berniat menjawabnya.
"Telat," ucap Dyo duluan tanpa menoleh sama sekali ke arah kedua temannya yang sedang berdiri di sampingnya yang tengah terduduk. Sunni yang mendengarnya itu malah makin sewot.
"Dih, ga jelas banget lo, kalo ga mau di bantuin ya udah," ucap Sunni yang langsung melengos sebal, ia pun segera meninggalkan ketiga temannya itu.
"Dyo lo kenapa sih? Aduh, pusing dah gue, pasti nanti melimpahkan kemarahannya ke gue dah," ucap Bima yang langsung murung.
"Sabar," ucap Dyo mencoba menenangkan Bima yang sebenarnya sama sekali tidak mengaruh.
"Sabar sabar gigi lo lebar! Kalian berdua baikan kek," ucap Bima yang mulai meluapkan kekesalannya terhadap sahabatnya itu.
Dyo yang melihat Bima tidak biasanya marah padanya itu hanya bisa terdiam sembari melihat kelakuan Bima yang sedang kebingungan sendiri, ia pun terkekeh.
"Lo ngapa dah Bim? Selow sih, gue yang ribut kenapa jadi lo yang repot," ucap Dyo membuat Bima tidak segan menoyor kepalanya.
"Anak setan, gue gelisah gini sedang mencari cara minta maap sama Sunni, lo kan enggak pernah minta maap sama dia, otomatis sebagai teman yang baik ya gue deh yang minta maap sebagai perwakilan," ucap Bima sampai memonyongkan bibirnya membuat Lucas yang melihatnya justru menjadi geli, sedangkan Dyo hanya diam mendengarkan dan fokus melihat projek rangkaian listrik di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTSPOT
Teen FictionBermula dari kebaikan hati yang tidak disengaja. "Kok kuota gue sekarat?!" Kisah fangirl garis kerad dengan makhluk astral. Ga deh boong, makhluk tampan dengan sifat bertolak belakang maksudnya. . . [Bahasa nano-nano!! Kadang baku kadang batek;v] Ka...