Sunni mengedipkan matanya, mencoba menyatukan nyawanya yang belum sepenuhnya sadar. Ia menatap langit-langit kamar dengan tatapan yang kosong.
"Ibu," gumamnya.
"Dah bangun?" Suara bariton yang Sunni kenal membuatnya langsung tersadar dan dengan refleks pun ia teriak.
"AAAA DYOOㅡ" teriak Sunni yang langsung dibekap Dyo.
"Berisik."
Sunni membelalakkan matanya, menatap Dyo horor.
Dyo yang ditatap horor seperti itu pun langsung menjauhkan telapak tangannya dari wajah Sunni.
"Serem lo," ujar Dyo yang malah membuat Sunni semakin menyalak.
"Ini di mana? Ini jam berapa? Kok ada lo sih?" Ucap Sunni dengan pertanyaan beruntut membuat Dyo memijat pelipisnya pelan.
"Ini di kamar gue, sekarang jam sembilan malam, dan kenapa gue di sini? balik ke jawaban pertama," ucap Dyo dalam satu tarikan napas membuat Sunni yang mendengarnya mengerutkan keningnya.
Hening. Dyo menatap Sunni heran karena Sunni diam saja tidak seperti biasanya yang langsung menanggapi ucapannya.
"APAAA??!" Teriak Sunni tiba-tiba membuat Dyo refleks menutup telinganya.
"Maaf," ucap Sunni menatap Dyo dengan cengiran kuda saat menyadari lawan bicaranya itu kurang nyaman.
"Iya iya, sono pulang," ucap Dyo lebih seperti mengusir.
Sunni yang mendengarnya itu langsung membuat wajah mengejek. Ia pun segera menyibak selimut di depannya sebelum akhirnya ia duduk kembali. Dyo yang melihat Sunni menatapnya aneh pun bersuara.
"Kenapa?"
"Kalo gue kasih tahu, lo bakal marah enggak?" Tanya Sunni dengan raut wajah tegang membuat Dyo mengernyit heran.
"Kenapa emangnya?" Tanya balik Dyo dengan alisnya yang terangkat sebelah.
"Jawab dulu pertanyaan gue!" Ucap Sunni membuat Dyo menatapnya curiga.
"Iya enggak marah, sekarang kasih tahu kenapa," ucap Dyo yang justru membuat Sunni menjadi ragu untuk memberitahunya, ia bahkan menggigit kecil bibir dalamnya yang menandakan ia sedang gugup.
Sunni terdiam cukup lama sambil bergantian menatap Dyo yang sedang heran dan selimut yang menutupi tubuh bagian bawahnya.
"Yaudah kalo enggak mau kasih tahu, sekarang ayo pulang dulu gue anter, udah malem," ucap Dyo sambil mencengkram tangan Sunni untuk diajaknya pulang.
"Tunggu, tunggu, gue bocor!" Ucap Sunni tiba-tiba yang membuat Dyo langsung menghempaskan pergelangan tangan Sunni.
Kini dua orang itu sedang saling melihat dengan tatapan yang sangat sulit diartikan.
"Hah?" Ucap Dyo membuat Sunni bingung harus menjawab apa.
"Hah?"
Pada akhirnya dua orang itu menjadi orang bodoh yang saling bertatapan, sebelum akhirnya Dyo pergi meninggalkan kamarnya. Sunni yang ditinggal sekarang sedang meringis meratapi nasib, melihat seprai Dyo yang berwarna bendera Jepang. Sunni menutup kedua wajahnya. Malu plus miris.
Sunni celingak-celinguk memandangi kamar Dyo sebab ia salah fokus melihat kamar pria yang begitu rapi daripada kamarnya sebelum akhirnya ia teringat kembali bahwa ia telah membuat momen yang memalukan, yang tidak akan pernah ia lupakan walaupun ia sangat ingin melupakannya.
Sunni langsung melepas seprai kamar Dyo, ia membawanya ke kamar mandi yang ada di dalam kamar tidur tersebut. Ia pun memulai membersihkannya.
"Aish, pekok betul dah, dia anak cowok kan ya? Ngapain si pake seprai putih elah, emangnya lagi di hotel apa," gumamnya dengan penuh sambatan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOTSPOT
Teen FictionBermula dari kebaikan hati yang tidak disengaja. "Kok kuota gue sekarat?!" Kisah fangirl garis kerad dengan makhluk astral. Ga deh boong, makhluk tampan dengan sifat bertolak belakang maksudnya. . . [Bahasa nano-nano!! Kadang baku kadang batek;v] Ka...