"Aku memiliki penawaran untukmu" ucap Zira yang membuat pria itu mengangkat sebelah alisnya.
"Kuingin mendengarnya" ucap Aro sambil menyandarkan punggungnya.
"Aku ingin mencicil rumah ini. Tapi tunggu aku mendapat pekerjaan. Aku bisa membayar 45 juta sekarang. Selanjutnya mencicil"
Zira menyatukan dua tangannya dan menunduk. Aro melihat ada kegundaan dan kegelisahan dari Zira.
Atau mungkin semua orang yang melihatnya akan tau dengan jelas tentang perasaan Zira saat ini.
Zira adalah tipikal perempuan yang mudah di baca. Hal itu menyulitkan Zira jika ingin berbohong.
"Rumah ini sangat berharga bagiku dan Mom menjualnya. Berapapun harga yang kau tawarkan aku akan berusaha. Tapi kumohon bersabarlah"
Zira mendongakkan kepalanya dan menatap pria itu. Aro sejak tadi terus menatap Zira walaupun perempuan itu menunduk.
Zira berusaha sekuat tenaga membalas tatapan Aro. Berusaha menguatkan dirinya sendiri.
Rumah ini penting baginya. Setidaknya rumah ini yang menjadi kenangannya bersama Mom. Walaupun Mom seakan tidak pernah menganggapnya seperti anak.
Tetapi Mom adalah satu-satunya keluarga yang dipunyanya. Bahkan perempuan itu juga sudi merawatnya hingga sebesar ini.
Sadar tidak sada Mom sudah membesarkannya walaupun tidak selalu menunjukkan kasih sayangnya. Tetapi Zira tau jika Ibunya itu menyayanginya
Jika tidak mungkin saja Mom bisa memilih menggugurkannya atau malah membuangnya di pinggir jalan. Tetapi Mom tidak, beliau merawat Zira
Dua map bening berisikan sertifikat tanah dan rumah di taruh Aro di atas meja.
Zira menatap map tersebut dan kembali menatap Aro lagi. Pria itu mengangkat alisnya sebelum berdehem.
"Kau bisa memiliki sertifikat itu" Aro menyandarkan badannya dan kedua tangan terlipat rapi di depan dadanya.
Zira mengernyitkan keningnya dan menatap curiga pria di depannya ini. Zira bisa menebak apa yang sedang ditawarkan pria ini bukan hal gratis
"Aku tau tidak cuma-cuma kau memberikannya. Apa yang kau mau ?"
Niat buruk. Itulah yang dirasakan Zira ketika pria itu memberikan sertifikat itu dengan mudah.
Tidak ada yang gratis di dunia.
Senyuman tipis muncul di bibir Aro yang membuat Zira semakin yakin dengan pemikirannya.
"Kau gadis pintar" ucap Aro dan menganggukkan kepalanya.
"Sertifikat itu kuberikan percuma padamu saat kau sudah menikah denganku"
Zira tertawa kencang dan menggeleng. Lelucon aneh yang dilayangkan pria itu. Menikah ? Oh tidak mungkin.
"Ayolah, jangan becanda" Zira mengangkat tangannya dan memberikan tanda penolakan.
"Aku saja menghindari untuk menikahi Duda Tua. Sekarang kau datang menawarkan pernikahan ? Kau gila ?" Zira mengibaskan tangannya
Bagaimana bisa hari-harinya di kelilingi dengan kata menikah. Padahal dari dulu Zira bahkan tak pernah memikirkan tentang pernikahan atau hal semacamnya.
Namun dunianya berubah dan kata pernikahan terus terdengar. Bahkan dari mulut pria yang tak dikenalnya seperti pria di depannya ini.
"Jadi kau belum tau namaku ?" Zira memutar matanya dan menatap pria itu dengan jengah.
"Aro, kau tadi mengatakannya padaku" ucap Zira syarat akan kekesalannya.
Sependek-pendek ingatannya Zira mungkin tidak akan lupa jika pria di depannya ini memperkenalkan sebagai calon suaminya tadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Detik ( Baca Di Dreame )
Romance~ Karya Ke - 9 ~ *MOHON MAAF KARYA INI BANYAK YANG KACAU, SEDANG DALAM PERBAIKAN PELAN-PELAN YA. MOHOM MEMAKLUMI :)* "Punggung kecilmu itu bisa sakit. Jika kau terus menabrakkan diri" ucap pria itu yang membuat Zira menggelengkan kepalanya. "Sebenta...