BAB 1

143K 12.7K 1.3K
                                    

-o0o-

•Anti-Male Transmigration•

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•Anti-Male Transmigration•

Grana memandangi lautan dari jendela pesawatnya. Grana sedang melakukan perjalanan bisnis, pandangan dingin, dan tidak ada senyuman yang terpatri di wajah cantiknya.

Sempurna? Rambut merah tua, kulit pucat, manik mata merah pekat, badan body goals, dan memiliki banyak uang. Tapi, itu semua tidak mengubah tingkah anti-malenya.

Orang tua Grana sudah berusaha melakukan yang terbaik, mencarikan tunangan, rata-rata pelayan Grana adalah pria, bahkan kebanyakan rekan bisnisnya pria semua. Tapi, Grana hanya menampilkan wajah datar tidak ada senyuman sekecil apapun di wajah cantiknya.

Jika pun tersenyum itu lebih mirip seringai. "Nona." Suara bass dari pelayan pribadi Grana memecah lamunan Grana.

Grana tidak menoleh, "Nona pesawat hilang kendali." Bahkan dalam keadaan genting pun Grana hanya datar, Grana hanya memejamkan mata menunggu maut menjemputnya.

Duar Duar

Suara ledakan besar terdengar Grana merasakan angin panas menghempaskan tubuhnya.

"Akhirnya aku tidak akan bertemu dengan pria lagi." Grana tersenyum tipis.

-o0o-

Grana membuka matanya, rumah sakit? Grana menghela napas "Kenapa aku masih hidup." Gumam pelan Grana.

Grana melangkah menuju jendela besar di samping kirinya, Grana melihat sinar matahari yang sedikit malu-malu menunjukkan wujudnya.

Grana melihat pantulannya di kaca jendela. Grana memegang rambut hitam legamnya.

"Aku tidak pernah mewarnai rambutku." Grana berucap dalam hati dan mengelus rambutnya. Grana memperhatikan pantulan samar wajahnya, matanya bewarna coklat terang?

Suara decitan pintu terdengar, "Nona Anda sudah sadar?" Kepala Pelayan pribadi sosok tubuh yang ditempati Grana, seorang perempuan berumur 40 tahun.

"Jangan lama-lama berdiri Nona Anda baru sadar dari koma." Kepala Pelayan itu ingin menyentuh pundak Grana tapi langsung di tepis oleh tangan Grana. Pelayan itu kaget dengan tingkah Nonanya.

Aura dingin yang dikeluarkan Nonanya seperti bukan Nonanya. "Bawakan cermin!" Perintah mutlak Grana membuat kepala pelayan itu langsung mencari cermin dan langsung memberikannya kepada Grana.

Grana melihat di cermin, wajah cantik, seperti dirinya dulu dan rambutnya hitam pekat serta mata coklat terang. Grana memejamkan mata "Apa rambutku asli?" Ucap dingin Grana.

"Ten-tu saja Nona. Itu keturunan Keluarga Cakrabuana." Ucap kepala pelayan itu menunduk takut.

"Namamu?" Ucap dingin Grana. Kepala Pelayan yang mendengar penuturan Nonanya menangis pelan. "Na-ma saya Oky, Nona."

"Aku ingin pulang." Tutur Grana pelan. "Baik Nona saya akan memanggil Dokter dulu." Kepala Pelayan itu berlari kecil keluar ruangan.

"Aku pernah dengar tentang keluarga ini. Keluarga yang menguasai perekonomian di Negara Timur dan sangat dekat dengan orang-orang penting di Negara Tengah." Grana bergumam pelan. "Erlambang Cakrabuana dan Heristia Cakrabuana memiliki anak Qisya Baristia Cakrabuana." Ucap Grana seakan belum sadar tentang sesuatu. Grana membelak.

"Sial!" Grana membuang selimutnya. Grana beranjak dan menuju kamar mandi memandangi wajahnya. "Putri bodoh dan manja." Grana memukul cermin tebal di toilet dengan tinjunya membuat darah mengalir dari buku-buku tangan yang terluka akibat pecahan kaca.

Ketua pelayan Oky dan Dokter yang mendengar suara retakan di kamar mandi langsung menuju kamar mandi. "NONA!" Teriak mereka berdua.

Grana hanya membalikkan tubuh dan menyenggol bahu dokter itu. "Obati." Perintah mutlak Grana.

"Nona Qisya kenapa anda bertingkah seperti itu. Saya akan memanggil Tuan Varo jika Nona merasa kesepian." Kepala Pelayan Oky menunduk khawatir dengan Nonanya. Dokter yang mengobati tangan Grana sebenarnya juga heran, biasanya Nona keluarga Cakrabuana ini akan menempel padanya.

Tapi, sekarang hanya tatapan dingin yang terpatri di wajahnya. "Aristia bukan Qisya." Ucap tegas Aristia.

"Ya Nona?"Kepala Pelayan bertanya kepada Nonanya. "Jangan panggil aku Qisya panggil aku Aristia." Tatapan dingin Aristia kepada Kepala Pelayan Oky yang langsung gemetar.

"Kau lama sekali Dokter!" Aristia beralih menatap Dokter Zino, Aristia sangat anti dipegang dengan lawan jenis. Aristia menarik tangannya dan memperban sendiri.

"Pulang." Arsitia langsung berbalik tanpa mengucapkan terima kasih kepada Dokter Zino. "Terima Kasih Tuan Zino maafkan Nona saya." Ketua Pelayan Oky membungkuk dan mengikuti Nonanya.

"Apakah efek amnesia menjadikan orang berubah drastis seperti itu?" Dokter Zino bergumam sendiri.

Aristia berjalan dengan angkuh, rambut hitam legam dengan manik mata coklat terang. Membuat orang di lorong rumah sakit menunduk hormat secara refleks.

Aristia menuruni lift dan menuju mobilnya. Pintu dibukakan oleh Ketua Pelayan Oky dan Aristia duduk di kursi penumpang.

Aristia memandangi jalan asing karena dirinya dulu berasal dari Negara Tengah. Sopir dan Ketua Pelayan Oky saling bertatap tatapan. Entah kenapa mereka merasa aura berbeda dari Nona mereka.

Setelah beberapa menit mobil Aristia memasuki mansion megah dengan warna putih sebagai warna dominan. Pilar-pilar tinggi membuat kesan seperti istana.

Aristia keluar mobilnya dan menyipitkan mata. Memang mansionnya lebih kecil dari mansion keluarganya dulu. Aristia melihat ada dua bangunan di belakang bangunan utama. Aristia hanya mengedikkan bahu acuh.

Aristia masuk ingin menuju kamarnya tapi Ia tidak tahu pasti kamarnya dimana. "Oky tunjukkan arah kamar." Tutur tegas Aristia.

"Baik Nona." Ketua Pelayan Oky mengantarkan Aristia ke kamarnya. Aristia memasuki kamar mewah, Aristia mengusir Ketua Pelayan Oky dengan gerakan tangan.

Aristia memasuki kamar mandi dan memutuskan untuk berendam. Aroma bunga mawar menyeruak. Arsitia menikmati waktunya.

Aristia berjalan keluar kamar mandi dan membuka ruangan khusus di sana sangat banyak pakaian mahal, jam tangan mewah, dan sepatu high heels mahal. Aristia memutuskan untuk memakai celana panjang hitam dan kemeja putih serta high heels hitam.

Mengikat rapi rambut hitam bergelombangnya dan memakai pewarna bibir tipis. Aristia memutuskan untuk keluar menuju ruang makan. Para pelayan kaget dengan penampilan baru Nona mereka.

Aristia duduk dengan tatapan datar, memakan makanannya dengan anggun. Aristia mengelap bibirnya dengan tisu. Lalu berdiri tapi suara Kepala Pelayan Oky menghentikan langkahnya.

"Nona Aristia, Tuan Varo ingin menemui Anda di rumah para Harem." Kepala Pelayan Oky bersemangat mengucapkannya karena Ia pikir Nonanya akan senang tapi setelah melihat ekspresi Nonannya membuat Ia menarik pemikiran itu.

Aristia memutar badan melihat Kepala Pelayan Oky, Aristia tersenyum menertawai dirinya sendiri.

"Bagaimana aku lupa satu fakta bahwa Nona bodoh ini mempunyai banyak harem."

Bersambung...

-Terima kasih untuk orang-orang baik yang sudah vote, comment, follow, dan share🐣-

Anti-Male Transmigration ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang