Part 2

4 0 0
                                    


Tokk... Tokk.. Tokk..

"Assalamu'alaikum.."

"Wa'alaikumussalam.. Maasya Allah nak, kamu bawa anak siapa itu??." Suara terkejut ibu yang menyambut kedatanganku bersama bayi ini.

"Nanti Hasya ceritain bu di dalam.. " ucapku sambil masuk kedalam rumah.

" Ah iya iyaa, ayo masuk diluar dingin."

Hasya menyimpan bayi itu di atas sofa ruang tamu, ia pun mendudukan dirinya disana bersama bayi itu. Lalu ibu menyusul untuk mendengar cerita Hasya.  Hasya yakin ada banyak pertanyaan dalam benak ibunya.

" Ayah ada bu?"

" Ayah gak ada nak,  baru aja tadi pagi berangkat ke Dubai. Ada sedikit masalah sama kantor Ayah disana."

Hasya mengangguk.

"Jadi sayang,  bisa jelasin ke Ibu siapa bayi itu? Dan kenapa bisa kamu bawa kesini?"

Hasya menghela nafas , berat rasanya menjelaskan hal ini. Karena dengan menjelaskan nya,  berarti ia harus kembali mengenang sahabat nya dan itu membuat dia sesak.

" Ibu tau safira?  Sahabat Hasya yang suaminya meninggal sebulan yang lalu? " tanya Haura.

Ibu nya mengangguk " Iya ibu ingat, ada apa memangnya?."

Hasya memandang bayi kecil itu lalu mengusap pipi lembutnya.

"Ini bayi nya Safira bu,  qadarullah tadi sore setelah ia melahirkan bayinya, Safira mengalami perdarahan hebat lalu hilang kesadaran. Dia sempat sadar sebentar,tapi hanya untuk menitipkan anaknya pada Hasya. Setelah itu ia meninggalkan Hasya dengan anak nya. "

Hasya mulai terisak, bukan karena merasa terbebani dengan bayi ini. Tapi karena ia masih berduka atas kepergian sahabat terbaiknya.

"Innalillahi wa innailaihi roji'un, malang sekali bayi ini, kamu yang sabar yaa sayang.  Banyak berdo'a untuk safira. " Ibu memeluknya dan menenangkannya, kemudian mengambil bayi itu lalu menimangnya dan memandang nya takjub.

Yaa memang bayinya Safira itu begitu cantik,  rambutnya tebal, alisnya sudah terbentuk,  pipinya gembil kemerahan, bibir mungilnya berwarna merah cerah,  kulitnya putih bersih dan halus sehalus sutra.

"Assalamu'alaikum anak sholihah,  selamat datang dikeluarga baru mu nak.  Semoga kelak kamu menjadi anak sholihah,  taat dan patuh pada perintah Nya, menjadi hamba yang beriman, dan menjadi ahli Qur'an , aamiin." Satu kecupan mendarat dipipi bayi itu.

Hasya memandang ibu nya tak percaya. Sebegitu mudahkah ibunya menerima seorang bayi asing untuk hadir dikehidupan keluarga nya?

" Ibu ngizinin bayi ini tinggal dirumah kita?  Ibu gak keberatan?"

Ibu tersenyum,  lalu memandang anak gadisnya lembut. " nak apa yang harus menjadi alasan ibu untuk keberatan menerima bayi ini? Bayi ini amanah dari Allah,  sahabat mu perempuan sholihah, tidak ada alasan buat ibu menolaknya. Kita akan merawatnya."

Hasya kembali menitikkan air matanya,  hatinya terenyuh dengan kelembutan hati ibunya. Ucapan syukur tak pernah lepas dari bibirnya.

"Jadi,  bayi cantik ini manggil ibu apa yaa?  Ibu juga atau apa ya?"  ibunya tersenyum-senyum sendiri.

"Dia nanti panggil ibu nenek yaa, dan manggil Hasya Umma." ucapnya mantap dengan senyum yang mengembang.

Hati nya sudah mantap dan yakin akan merawat anak ini sendiri, menjadikannya anak angkat yang akan ia anggap sebagai anak nya sendiri. Biarlah untuk sementara ia akan menjadi orang tua tunggal, tak apa,  Hasya bisa merawatnya . Toh ibunya pasti akan membantu,  keluarganya akan memberi dukungan. Hasya tidak sendiri. Paling tidak itu lah hal yang ia yakini.

" Kamu yakin nak? Kamu masih kuliah loh,  gimana cara kamu ngerawatnya sendiri?"

"Hasya ga sendiri bu. Ibu,  Ayah,  Abang Husein dan kak hasna pasti bantu dan dukung Hasya kan?"

Ibunya mengangguk, sudah pasti ia akan membantu,  tanpa Hasya minta pun ibu dan keluarganya akan membantu. kemudian ibunya bertanya lagi untuk memastikan keputusan anak nya.

"Tapi gimana sama kuliah kamu nak?  Apa ga akan terganggu? Ibu ngerti banget gimana ribetnya merawat anak. Apalagi sekarang ini kamu harus udah mulai fokus untuk menyusun skripsi supaya bisa lulus tepat waktu."

Hasya tau, akan sulit memang.  Apalagi ia masih mahasiswi,  walaupun sudah semester akhir dan tinggal menyiapkan skripsi untuk sidang kelulusannya.

Namun pasti rasanya akan berbeda, Hasya yakin tugasnya akan bertambah, jam tidurnya akan semakin berkurang. Tapi Hasya harus tetap optimis bukan? Ia belum mencoba. Dan ia akan mencobanya.

"Hasya bisa kok bu,  in syaa Allah. Dekat kampus Hasya kan ada daycare. Hasya bisa menitipkan bayi ini disana selama Hasya lagi ada jam kuliah atau bimbingan. Hasya juga akan nyicil dari sekarang untuk cari bahan skripsi. Supaya nanti tinggal  menyusunnya. Boleh ya bu? Ibu yakin kan aku bisa? "

Setetes air mata mengalir di pipi ibunya. Ia tersentuh dengan kelembutan hati anak gadisnya, dari zaman Hasya SD, bahkan anak gadisnya ini sudah menyukai anak-anak. Saat Sma bahkan ia sudah mengatakan ingin punya anak angkat, dan ketika ia punya ponakan pertama dari abangnya Husein,  Hasya lah yang paling sibuk membantu merawatnya. Sampai sekarang pun Hasya lah yang paling akrab dengan keponakan-keponakannya.

Maka tak heran jika sekarang dia begitu antusias ingin merawat bayi sahabatnya. Ibunya paham betul, dan ia yakin anaknya akan menjadi ibu yang hebat.

" Ibu ngizinin kamu ngerawat dia, tapi jangan sungkan minta bantuan kalau kamu kerepotan karena harus nyusun skripsi juga ya nak,..."

Hasya mengangguk mantap. Dalam otaknya sudah tersusun rapi bagaimana ia harus mengatur diri untuk menjadi mahasiswa dan menjadi seorang ibu.  Bahkan ia sudah memikirkan biaya yang harus ia keluarkan selama mengasuh bayi cantik ini.

Tak apa, selama ia masih kuliah Hasya akan menggunakan tabungannya untuk membesarkan bayinya. Tahun depan ia akan mencari pekerjaan. Tekadnya sudah bulat. Hatinya sudah mantap,  segala urusan sudah ia serahkan kepada Rabb nya, Hasya hanya perlu berusaha.

" Kamu udah punya nama buat dia?" tanya ibunya.

Hasya mengangguk mantap sambil tersenyum.

"siapa sayang? " tanya ibunya lagi.

"Aqila Misha Shafana. Panggilannya Misha. "

" Namanya cantik,  kaya orang nya. " Ibunya menciumi bayi itu berubi-tubi

Dalam benaknya, Hasya berharap bayi ini bisa menjadi anak sholihah, yang pandai,  jujur dan bijaksana. Sesuai dengan arti nama yang Hasya berikan. Aamiin

***

To Be Mother? Can I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang