Part 4

5 0 0
                                    


Pagi ini Hasya sudah berada di perpustakaan kampus. Ia berniat akan mengumpulkan semua materi untuk bahan skripsinya hari ini,  agar bisa langsung Ia kerjakan dirumah. Sedikit demi sedikit Hasya akan menyicil skripsinya agar segera rampung.  Hasya tidak ingin menunda,  ia ingin segera wisuda agar bisa mendapat izin untuk bekerja dari ayah nya.

"Syaa.. "
Seseorang menepuk pundaknya pelan membuat Hasya menoleh mencari sumber suara.

" Eh Mir kirain siapa,  sini duduk " Ternyata Amira, ia adalah sahabat baiknya di kampus sejak awal mereka masuk ke kampus ini.

"Masih pagi udah disini aja tumben banget," Amira lantas duduk di samping Hasya.

" Iya,  pengen nyelesain skripsi nih biar cepet wisuda"

"Udah dapet tema nya emang?"

" Udah Alhamdulillah,  kamu udah dapet Mir? " tanya Hasya balik

Amira mengangguk
"Tapi belum ada gairah ngerjainnya. " ucapnya lesu.

Hasya terkekeh,  "Ayolah semangattt,  kita harus wisuda bareng.  Masuk bareng keluar juga bareng."

"Nanti dulu deh Sya,  besok aja mulai nyicil nya. " jawab Amira sambil membulak-balik buku yang Hasya kumpulkan.

"Yaudah terserah kamu. Tapi jangan terlalu lama ditunda ya."

Amira mangangguk mengiyakan ucapan Hasya.

" Yaudah duluan ya, mau ngerjain langsung dirumah. Byee Mir, Assalamu'alaikum. " Hasya bergegas merapihkan buku yang Ia cari dan menyerahkan kepada petugas perpustakaan untuk didata agar bisa ia pinjam.

"Wa'alaikumussalam,  semangat banget si bocah." Amira geleng-geleng kepala.

Hasya sudah mendapatkan apa yang Ia cari,  sekarang ia ingin segera pulang karena selain ingin langsung mengerjakan skripsi,  ia juga rindu pada anak angkatnya. Anak angkat yang bahkan sahabat nya Amira pun belum tau keberadaannya,  yaa memang Amira dan Safira adalah dua sahabat dari lingkungan yang berbeda, Safira adalah sahabat Haura sejak kecil ia tidak kuliah karena setelah mereka lulus dari SMA ia langsung menikah. Berbeda dengan Hasya,  setelah lulus SMA Hasya langsung melanjutkan kuliah.

Nanti,  ada saat nya Haura akan mengatakan pada Amira bahwa Ia memiliki anak angkat.

"Assalamu'alaikum Sya... "

Sesaat Hasya menghentikan langkahnya menuju mobil dan menengok ke sumber suara.

"Eh, wa'alaikumussalam pak.. " jawab Hasya gugup. Begitu mengetahui siapa yang memanggil nya

Dihadapannya saat ini tengah berdiri sesosok pria gagah yang bahkan tak pernah berani Hasya tatap.  Selain karena segan bahwa laki-laki dihadapannya ini adalah dosennya sendiri,  ia juga memang tak pernah berani menatap lawan jenis terlalu lama , dan jika bukan karena suatu hal yang penting ia tak akan menatap lawan jenis yang berbicara dengannya.

Hasya benar-benar berusaha menjaga sikap dan pergaulannya terhadap lawan jenis. Ia ingat bagaimana pesan orang tua nya yang selalu mengingatkan Ia untuk menjaga diri.  Karena Hasya sadar betul ia perempuan dan ia fitnah terbesar didunia ini bagi kaum adam.

"Maaf mengganggu waktu kamu,  saya hanya ingin memberi ini". Ucap pak Hasbi.

Yaa, nama dosen itu adalah Hasbi Fatihuddin Semua warga kampus memanggilnya pak Hasbi. Dia satu-satunya dosen laki-laki yang sangat menjaga jarak dengan lawan jenis, dia dikenal sebagai dosen termuda dikampus ini dan terkenal sebagai dosen yang cerdas karena diusia nya yang masih 29 tahun namun sudah menyelesaikan gelar s3 nya tahun lalu.

To Be Mother? Can I?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang