Selesai sholat Zhuhur, Zahra langsung mencari rumah makan. Memilih tempat yang sederhana saja tanpa harus ke Restauran dan yang paling penting makanan yang sudah terbukti halal.
"Halo cantik, mau kemana sendirian?" tanya si pemuda berjaket hitam. Pemuda itu tak sendiri, mereka berjumlah lima orang.
Zahra hanya tersenyum, tak ingin merespon lebih pemuda itu takutnya mereka akan melakukan hal yang tidak diinginkan. Dan hal buruk pun terjadi.
"Hei nona kenapa kau begitu sombong, apa kau wanita bayaran?" sahut pemuda bertubuh tinggi dengan rambut merah yang mencolok.
Zahra mulai terusik dengan perkataan pemuda itu, tapi Zahra mencoba untuk tetap tenang dan tidak meresponnya.
"Ternyata kau sombong sekali nona".
"Apa yang kau pakai itu, sangat terlihat tidak menyenangkan, kau terlihat sangat aneh disini. Lebih bagusnya kau buka saja, agar aku bisa melihat tubuhmu" sahut pemuda berjaket hitam.
"Oh maksudmu ini?" Zahra menunjuk hijabnya. "I'm sorry ini sudah menjadi kewajiban saya sebagai umat Muslim" sahut Zahra tegas.
"What? Apa yang kau maksud nona, kami tidak mengerti" sahut pemuda itu lagi sembari menertawakan Zahra.
Zahra sudah sangat kesal, ia meninggalkan pemuda itu, tapi pemuda itu menarik hijab Zahra. Zahra mencoba untuk menghindar, ia menahan hijabnya kuat-kuat agar tidak terlepas tetapi tarikan pemuda itu kini semakin kuat, sampai pada akhirnya.
Seseorang datang sembari mendorong tubuh pemuda yang menarik hijab Zahra.
"Maaf, kalian tidak seharusnya memperlakukan wanita seperti itu" ucap lelaki itu.
"Kami tidak ada urusan denganmu, jadi lebih baik pergi atau kami akan memukuli mu" ancam pemuda berambut merah.
"Seharusnya kalian yang pergi atau aku akan laporkan ke polisi sebagai tindak kekerasan" ancam lelaki itu kembali.
Pemuda itu tersenyum sinis dan langsung melayangkan satu pukulan tanpa aba-aba.
Untung saja lelaki itu dapat menghindar dan langsung membalas dengan satu pukulan tepat pada wajah pemuda berjaket hitam hingga terjatuh.
Pemuda yang lainnya tak tenang melihat teman mereka tertinju, dan terjadilah perkelahian satu banding empat orang. Untung saja lelaki yang mengenakan kemeja itu jago bela diri, ia sangat lincah memukul, menangkis serta dapat menghindar.
Tak lama datang beberapa polisi, dan langsung menangkap lima pemuda berandalan itu.
"Terima kasih atas bantuannya, anda sudah membantu kami mengamankan pemuda ini, mereka adalah buronan kami" ucap salah satu pemimpin dari polisi itu.
Polisi pun membawa para pemuda itu.
Zahra dapat bernafas dengan lega, akhirnya ia bisa bertemu dengan lelaki yang sudah mengantarnya tadi ke Mushola dan kini lelaki itu kembali melindunginya.
Sungguh sangat ajaib, Zahra sangat bersyukur dipertemukan dengan orang sebaik dia.
Lelaki itu berjalan mendekati Zahra dan mencoba mengecek bagian tubuh Zahra, jika ada yang terluka.
Zahra mundur beberapa langkah ketika tangan lelaki itu ingin memegangnya.
"Maaf, bukan muhrim" ucap Zahra sembari menunduk.
Lelaki itu bingung dibuatnya. "Apa maksudnya? Aku hanya mengecek kalau kamu baik-baik saja, niatku baik" sambung lelaki itu dengan sedikit terkejut akibat sikap Zahra.
"Iya aku tau kamu orang yang baik, di dalam ajaran agama ku, aku sebagai perempuan tidak boleh bersentuhan dengan lawan jenis terkecuali keluarga dan jika sudah ada ikatan seperti suami istri" sahut Zahra tetap masih menunduk tak berani melihat wajah lelaki itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mengucap Dua Kalimat Syahadat Di Kota Seoul
General FictionSebuah karya hasil dari pemikiran penulis sendiri, cerita ini hanya fiksi karangan. Bagaimana minimnya pengetahuan masyarakat Korea mengenai agama Islam dan bagaimana reaksi mereka ketika melihat wanita berhijab dan pendapat mereka tentang agama Isl...