HITAM

704 27 1
                                    

Tuhan... cobaan apa lagi ini?? Menyakitkan jika diingat-ingat Peter tidak menahanku untuk kembali pacaran. Tapi mau gimana lagi. Yang bisa kulakukan kini hanya bisa menangis tersedu-sedu menatap seluruh foto Peter yang kupajang di dinding kamarku. Aku belum memperkenalkan diri, namaku Rose Marry loardo dipanggil RoMa, tadi Peter Gallilei, pacar yang telah ku bina selama hampir 4tahun. Satu lagi orang namanya Vei, perempuan murahan yang bertampang polos, dia baru ketahuan gelapnya sebulan yang lalu dan masih berposisi 'melakukan'. Sejak saat itu dia tidak pernah menegor dan menganggapku ada. Sudahlah, aku bosan menceritakannya. Kita balik kepermasalahanku, bagaimana cara membalas perbuatan Peter???? :O

Esoknya, kujalani hari-hariku seperti biasa. Masuk kuliah, pulang kuliah, kerja part time. Tapi... ada yang berbeda rasanya. Peter, dia yang membuat hidupku berbeda. Disaat lelaki lain mencari perempuan cantik, kaya, menarik. Dia justru mau memacariku, awalnya aku sedikit curiga dan mencoba menjalani tanpa rasa cinta dan dingin. Tapi lambat laun aku mulai sadar Peter berbeda dan bukan lelaki biasanya. Namun kini seluruh penilaian ku berubah dia... dia sama saja dengan lelaki lain! Tanpa sadar air mataku mulai mengalir dan membasahi pipiku. Alasannyapun tidak jelas dan tidak...

"..benar dia tidak memberikan alasan yang jelas padaku"ucapku parau. Dengan cepat kulangkahkan kakiku kearah apartement Peter, pasti dia sudah ada di sana.

--

Mataku terbelalak dengan kejadian yang ada di hadapanku ini. Manusia biadab macam apa yang ada didepanku?!! Tunggu, perasaan ini seperti pernah terjadi. BENAR!! Ini seperti sebulan yang lalu saat Vei tertangkap basah olehku. Dan sekarang dengan Peter? Peter?!!

Suasana hening seketika, kami bertiga saling bertatapan. Peter segera melepaskan dekapannya dari Vei dan mendekatiku, namun dengan tanpa pakaian seperti itu membuat wajahku memerah.

"Rose.. RoMa.. biar aku jelaskan.. aku.." kupalingkkan wajahku mencari fokus yang lain.

"Jangan!! JANGAN MENDEKATIKU!!!"kataku mencoba mencari jalan keluar.

"Aku bisa jelaskan.. ini tak seperti yang kau pikirkan.."

"Aku sudah paham dan mengerti, Peter !! "

Pertengkaran kami terhenti saat Vei mulai berjalan dan berhenti di antara aku dan Peter. Wajahnya sudah bertampang sok dengan tubuh tak tertutup kain sehelaipun.

"Yah biarkan saja dia sayang.. dia pasti sudah sangat mengerti bahkan sejak sebulan yang lalu." Matalu melotot menatap Vei, apa yang ia maksud dengan sebulan yang lalu?

"Maksudmu kau tidak tau orang yang melakukan 'itu' denganku sebulan lalu?? Kau terlalu polos RoMa.. Dia Peter, bodoh!!!" Bentakkan keras itu membuat hatiku kosong, satu kenyataan yang membuatku berpikir lagi tentang mempercayai orang lain.

"Peter... kenapa? Kenapa seburuk ini perpisahan kita" airmata terus mengalir membasahi seluruh pipiku.

"RoMa... terkadang seorang manusia tidak bisa mengahiri apa yang ia mulai, bahkan sang waktupun tidak bisa..."

Kalimat bodoh apa itu?! Segera kutinggalkan mereka berdua yang yang masih telanjang.

Saking kencangnya aku berlari sebuah tubuh besar kutabrak dengan keras. Tanpa basa basi langsung aku minta maaf, dan melanjutkan lagi lariku. Tidak ada tempat yang kutuju, tidak ada jalan keluar atas hidupku saat ini. Teringat ucapan ayah bahwa

"Bahwa tidak mungkin ada masalah yang tidak bisa diselesaikan" tapi nyatanya apa satu masalah ini tak mampu kuselesaikan. Bahkan ketika kakiku terjepit si toilet dan kedua orang tuaku meninggal itu semua mampu kuselesaikan. Sekeras mungkin aku teriak san menangis meraung-raung ditengah lapangan baseball kosong.

"TUHAN KAU DIMANA??!!! APA KAU AKAN DIAM SAJA SAAT HAMBAMU INI DIHINA SEPERTI SAAT INI?!!!!!!" Kuluapkan seluruh amarahku.

Tiba-tiba terdengar suara parau yang berteriak kearahku.

"Oi!! Berisik tau!"

Kucari asal dari suara itu. Siapa dia mencegahku berteriak?!!!

"Orang luar diam saja!!!!" Balasku dengan tatapan sinis.

Dia terkejut dan justru mendekat. Manusia macam apa dia?!! Bukannya menjauh justru malah mendekat.

"Berarti kalau aku bukan orang luar lagi aku boleh bicara lepas denganmu??"

"Tetap tidak!!"

"Jadi yang kau inginkan?"

Dia mendekat lagi padaku, membuatku terus mundur.

"PER..." sebelum kalimatku selesai. Sebuah ciuman ganas dengan tepat membungkam mulutku. Kucoba untuk mendorong tubuh kekarnya, namun dia makin menekanku kepelukannya. Spontan kutendang kejantanannya. Alhasil, ia jatuh merintih kesakitan.

"Oiii!!!! Sakit,sa... sakit!!"

Justru aku lebih sakit, diperlakukan tidak senonoh seperti itu.

"Jangan kau seenaknya mengambil ciuman pertama seseorang!!!"

Dia berhenti seketika saat mendengar ucapanku itu tatapannya menajam menatapku menuduh. Lalu dia mulai tertawa terbahak-bahak

"Kau gila ya..!!!!!" Bentakku padanya.

"Rose Mary Loardo.. itulah yang diincar Peter selama ini.. apa kau tidak menyadarinya??"

JEGER!! Petir menyambar tepat di atas kepala ku dan hanya dikepalaku.

"Wooow.. kau tidak tau? Peter yang malang.." lelaki itu merapikan seluruh bajunya. Diikuti dengan menata rambutnya kembali.

"Peter memang tidak menginginkan apa-apa darimu tapi dia hanya ingin 'keperawananmu' saja .. dan kau tak tau itu..??" Setelah mengetahui hal itu airmata mengalir lagi dari mataku. Lelaki itu mulai menjauh dan menghilang dari tatapanku. Laki-laki tidak sopan setelah membuatku menangis dia justru meninggalkanku. Tidak lama kemudian dering telpon terdengar, nomornya di private kuangkat telpon itu dan ternyata
"Oiya, jika takdir menuntun.. kita pasti akan bertemu lagi.." laki-laki itu, siapa dia sebenarnya? Ngomong-ngomong dari mana dia tau namaku?

COLOR of My LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang