COKLAT

366 17 0
                                    

Banyak orang yang sudah berkerumunan didepan rumahku. Seorang anak kecil yang sedang menangis meraung-raung dihadapan sebuah mayat
"AYAH!!! BUNDA!!!! AKU GAK MAU SENDIRI!!!!" sambil itu orang -orang disekitarnya mencob
a menenang kan bocah itu. Tapi, yang terjadi dia justru makin menjadi-jadi dan berteriak makin keras. Kucoba untuk melongok siapa mayat yang ada dihadapan bocah itu. Lagipula kenapa ia berada di rumahku?
Tes! Tes!
Airmataku mengalir menatap apa yang ada didepanku ini. Itu adalah mayat ayah dan bundaku, jadi anak kecil itu aku? Tidak mungkin lalu aku siapa? Apa ini mimpi?? Pertanyaan demi pertanyaan menggejolak ingin terucap dari mulutku, tapi tidak ada yang keluar.
"Kenapa menangis terus sih?! Itu tidak akan mengembalikan orang tuamu...." anak laki-laki berani itu menguatkanku. Dia the braveman yang slalu kuimpi-impikan agar bisa bertemu lagi. Anak laki-laki yang meskipun menguatkanku dia juga meneteskan airmata. Saat aku ingin menyentuh pundaknya, tiba-tiba ada orang lain yang menyentuhnya duluan orang itu seperti orang tuanya. Dan mereka memanggilnya dengan sebutan.
"By.. ayo pulang.." tapi apa anak laki-laki itu melepaskan sentuhan orang tuanya dan mulai menghampiriku. Tapi, yang terjadi dia justru disekap dan diseret pulang. Kucoba mengejar mereka tapi mereka sudah jauh dariku dan semakin jauh. Lalu semuanya memutih.

--

Mataku terbelalak bangun dari tidur. Ternyata benar tadi itu hanya mimpi, mimpi buruk yang akhir-akhir ini sering ada dalam tidurku. Entah yang kualami itu bunga tidur atau bunga bangkai, karena tidak ada yang indah dari mimpi itu. Yang ada sekarang hatiku jadi sedih mengingatnya lagi.

Suara ketukan pintu terdengar dari tempatku sekarang. Ketukan itu terus-terusan terdengar sampai aku putua asa dan berjanjak dari tempatku kini. Setelah kubuka pintunya, kutatap orang yang mengetuk daritadi. Satu hal yang terlintas. 'Aku akan menutup pintunya lagi'. Tapi, tangannya yang besar langsung menghadang pintu apartemenku.

"RoMa... jangan tutup dulu.. kumohon" ucapnya memelas.

"Pak Robert! Maaf tapi aku menolaknya..!!" Menolak pastinya adalah keputusan yang sangat tepat, aku tidak mau disebut yang aneh-aneh oleh tetangga.

"Aku... tidak pernah menerima yang namanya penolakkan..!!"

Kuhela nafas panjang dan membuka lebar pintu apartemenku, mungkin karena dia orang kaya makanya dia tidak pernah ditolak.

"Dasar Egois!" Bisikku sepelan mungkin. Yang harusnya tidak didengar oleh si Robert. Tapi ternyata.

"Aku dengar Roma!" Urat didahinya mulai terlihat, pipinya mengencang. Diapun ikut-ikutan menghela nafas. "Apa kau baru bangun tidur??"

Penting ya harus menjawab pertanyaannya.

"Kau bisa melihatnya kan?!" Jawabku ketus. Ada yang terbesit dipikiranku. "Robert.. saat kita ada diluar kantor kau sama sekali bukan atasanku ..! Jadi kesepakatannya adalah aku akan memanggilmu nama saja ..!! Mengerti?!!" Dia menatapku dalam-dalam, senyum mulai mengembang dibibirnya.

Robert menyandarkan pundaknya dengan santai, matanya mengamati seluruh ruangan apartemenku. Tiba-tiba matanya berhenti pada foto yang telah dipajang di hadapannya. Awalnya dia tidak berbicara apapun, wajahnya memucat dan tampak sedih.

"Mereka..." ia tak melanjutkan ucapannya lagi. Ketika tehnya jadi, aku langsung mendatanginya dan menyajikannya -dengan kasar pastinya.

"Ada apa dengan orang tua saya?!"

Dia menatapku lagi dengan gelagapan, seolah maling yang baru ketahuan.

"Tidak... boleh aku mencicipinya?" Jarinya menunjuk kearah teh yang baru kubuat. Dengan buru-buru ia menyeruput teh yang kubuat, padahal..-itu masih panas.

Benar saja ia menyemburkan teh itu kebawah membuat seluruh bajunya basah. Lidahnya menjulur-julur keluar menahan panas.

"Panas!! Panas sekali!!" Aku sih hanya bersidekap menatapnya heran dan segera mencari baju dan handuk.

--

Setelah ia mengganti seluruh pakaiannya, dia menatapku kesal.

"Haruskah kau memberikan baju yang bergambar spongebob seperti ini?? Aku seperti anak kecil tau!"

"Huuh.. salahkan saja dirimu sendiri yang terburu-buru meminum teh panas!! Lagipula apa salahnya menjadi anak kecil toh mereka semua suci dan tidak berdosa..! Jangan berbicara seolah-olah mereka itu adalah dosa besar!" Entah kenapa kalimat panjang itu terucap dengan lancar ya? Apalagi kalau sudah menyinggung tentang anak kecil, orang tua dan impian.

Bisikan halus terdengar samar-samar ditelingaku saat Robert membuka mulutnya.
"Tetap sama seperti dulu ya..."

Hatiku berdegup kencang, apa maksud dari ucapannya itu? Mungkikah dia sudah mengenalku sejak dahulu? Tapi aku sama sekali tidak mengenal dia.

"Robert.. apa kita pernah kenal sebelumnya??" Dia kembali menatapku terkejut. Berarti kita benar pernah bertemu.

"Mungkinkah?? Kau yakin??? Aku adalah salah satu orang yang sibuk, aku sering bertemu banyak orang jadi aku tidak ingat kapan kita bertemu.."

UCAPANNYA SOMBONG SEKALI!!!!!! Kalo memang tidak pernah, tidak usah berkata seperti itu!!! Sampai kapan dia akan ada disini?!! Aku ingin cepat-cepat mengusirnya!!!!

"Robert, sebenarnya ada urusan apa sih kau kesini??! Kalo memang tidak ada yang penting silahkan pulanglah.."

Setelah aku menyelesaikan kalimatku dia menatapku serius dan memangku kedua sikunya diatas pahanya.

"Aku akan mengantarmu kuliah.."

Seketika tawaku pecah dan meramaikan seluruh ruangan yang ada. Kusapu airmata yang sudah timbul ketika aku tertawa sejak tadi. "Aku serius!" Tubuhnya tidak bergeming sesikitpun, pandangannya semakin menajam matanya.

"Aku tetap tidak percaya.. jadi silahkan keluar.!" Jika dia bisa serius seperti itu kenapa aku tidak? Toh, dia bukan siapa-siapaku. Ia merubah posisinya dengan bersidekap tak menghiraukanku.

"Kau boleh tak percaya yang itu.. tapi kau harus percaya yang satu ini.. aku Robert Handerson. Sudah menjadi mahasiswa di Gold Cherry-Blossom University!"

Aa.. apa?!! Ya ampun seperti geledek datang kerumahku. Untuk apa ia masuk ke universitas yang sama denganku? Ini benar-benar tidak bisa diterima!! Mungkin.. mungkin kami bisa berbeda fakultas. Iya, itu harapan terakhirku dan kalau dilihat dari latar belakangnya ia akan mengambil bisnis&manajemen. "Aku fakultas sastra .. sastra inggris, that's like you, honey.."

"Don't call me honey!!! Kau bukan siapa-siapaku! Kau hanya boss ku tak lebih dan tak kurang!! Jadi keluarlah dari sini!!" Urat mana lagi yang kutarik saat ini, laki-laki ini sungguh keterlaluan. Benat-benar tidak tau diri.

"... aku pernah bilangkan? Aku berjanji hanya aku yang akan membuka pintu hatimu.. dan aku akan menepatinya."

Entah kenapa saat ia berkata seperti itu ada perasaan hangat yang menyelimuti hatiku, rasa geli menggelitik yang sama saat Peter juga berjanji akan membahagiakanku. Benar, Peter dan janji busuknya. Lubang dihatiku sepertinya kembali menganga.

"Maaf Robert, kurasa aku sudah pernah sekali mendengar janji yang hampir serupa. Dan kurasa janji itu hanya membuat lubang dihatiku.. aku takut saat aku percaya janjimu, lubang itu bukan menjadi lubang lagi tapi akan menjadi jurang tak berujung yang mampu menghancurkan siapapun yang jatuh didalamnya.." ucapanku kali ini sepertinya berpengaruh padanya, ia tidak membalas sedikitpun perkataanku. Dia hanya berdiri menatap foto yang tadi berisi aku dan kedua orang tuaku lalu beranjak ke pintu keluar. Namun, tepat selangkah lagi ia mau keluar dia berhenti sesaat dan melirik menatapku.

"Aku berjanji akan tetap menyalakan api diantara kita, tapi please.. setelah nanti jangan matikan api itu bahkan dengan nafasmu sendiri." Setelah nengucapkan itu ia pergi meninggalkanku dengan kalimatnya yang terus terngiang-ngiang ditelingaku.

----------------------
Dalam part coklat ada yang harus kalian tau COKLAT yang dimaksud adalah makna dari coklat makanan. Dan coklat dark lah yanh terpilih. Kenapa coklat dark?
Karena hanya coklat darklah yang terasa pahit. Meski kita sudah mencoba merubah rasa itu menjadi manis tetap saja rasa yang kita rasakan dilidah adalah rasa pahit. 11:12 lah sama perasaan RoMa. I hope so \^_^/

COLOR of My LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang