JINGGA

309 16 0
                                    

Kumasuki kelas kuliah yang sedari tadi pintunya terbuka lebar, kucari tempat duduk paling pojok. Jika tiba-tiba aku tertidur tidak kelihatan, dan juga agar aku tidak diganggu oleh sebelahku -karena biasanya tempat sebelahku kosong.

Sudah 10 menit aku menunggu dosen dikelas rasanya membosankan, kusandarkan seluruh tubuhku diatas meja kecil yang kududuki. Lama kelamaan matakupun ikut terpejam, semuanya begitu hening sampai tiba-tiba suara orang duduk disebelahku mulai membuyarkan hening yang telah tercipta. Tidak hanya itu, orang disebelahku mulai mengusap-usap punggung. Tangannya yang besar menandakan bahwa dia laki-laki, saat itu juga aku langsung membuka mataku dan menatap sinis laki-laki itu. Dan tepat saat kubuka mataku aku ingin segera menonjok wajahnya karena tau siapa yan mengusap-usapku dan berteriak.

Tepat sekali saat aku membuka mulutku, dia menyekapnya dengan tangannya. Tentu saja adegan itu membuat seluruh mahasiswa yang ada diruangan menatap kami, tidak tanggung-tanggung ada yang senyum-senyum, bingung, ada yang mencibir di belakang, menatap sinis dan ada juga yang acuh tidak acuh.

"RoMa.. tidak baik berteriak di dalam kelas.." ucapnya menggoda, setelah itu ia mengedipkan sebelah matanya. Menjijikkan, ada apa dengan adegan tadi. Aku rasa, tidak ada mood yang tersisa untuk kuliah saat ia datang ke sebelahku.

Mata kuliah kali ini mata kuliah dasar. Tidak ada yang spesial, justru terasa menyeramkan karena ada Robert-ya, benar Robertlah yang duduk disebelahku. Tatapannya itu yang membuat itu menyeramkan, bukannya memperhatikan dosen dia malah terus-terusan menatapku. Alhasil tidak ada pelajaran yang masuk kedalam otakku, memangnya untuk apa dia kuliah kalau yang difokuskan adalah aku.

"Kau cantik RoMa.."

Ucapannya mampu membuatku terbelalak menatapnya. "Aku mau jika harus mati karenamu" lagi? Kenapa dia suka sekali menggodaku? Ya ampun wajahku memanas, jangan-jangan wajahku sudah memerah. Robert tertawa kecil, yang berarti itu benar wajahku memerah. Harus kusembunyikan, kututupi wajahku menggunakan buku dna mencoba fokus pada pelajaran.

"Kau!! Kedua dari pojok!! Kau si Handerson itukan?!!"

Oke aku menang kali ini, dia ketahuan tidak fokus oleh pak Jerry. Pasti dia akan segera dikeluarkan dari kelas, lalu aku bisa fokus dan tertidur di kelas. "Kenapa tidak fokus?!!! Kalau mau bermain-main keluar saja!!!!!!" Jauh dari dugaanku pak Jerry sepertinya sedang marah besar. That's very good, mr. Jerry.

"Baiklah pak jika itu mau bapak..." good boy, menjauhlah dari hidupku supaya aku hidup te ... "tapi RoMa juga harus keluar, pak! Dia yang membuat saya tidak fokus begini..!"

"What?!! What the fuck, dude!!!!? Are you crazy!! Pak saya bahkan gak tau apa-apa pak. Kenapa saya dibawa-bawa..?" Pak Jerry berpikir sambil menatap kami bergantian.

"RoMa, kau juga ikut dia keluar! Alasannya adalah kau mengeluarkan kalimat yang tidak, padahal tadinya saya tidak akan menyuruhmu keluar. Tapi kau yang memulai sendiri.!"

--

Dan disinilah kami di kantin kampus, duduk-duduk, aku sendiri masih kesal kenapa Robert membawaku dalam masalahnya? Tetap saja egois, ya!

"Untuk apa kau membawa-bawaku dalam masalahmu?!!" Tanyaku ketus.

Dia hanya menatapku santai lalu menyeruput lemon tea ice nya lagi. Kenapa ada orang yang mampu membuat darahku sampai mendidih begini? Jika ini hanya cobaan dari tuhan mungkin aku bisa menyelesaikannya.

"Aku tidak mau kehilangan kecantikkanmu walau hanya sedetik saja."

Deg! Deg! Deg! Degup jantungku kenapa terdengar begitu hebat??? Tunggu dulu, tidak mungkin ini terjadi! Seharusnya aku sudah mengunci, menggembok rapat-rapat hatiku. Kau harus kuat RoMa dia tidak boleh membuka hatimu.

COLOR of My LIFETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang