Aku bangun lebih awal karena harus bersiap-siap untuk bertemu dengan laki-laki itu. Setelah sekian lama sepertinya aku akan kembali menjadi orang yang memiliki kesibukan. Aku menatap pakain kerja yang biasa aku pakai, sepertinya aku tidak bisa memakai semua ini lagi. Meski tidak secara menyeluruh, aku sudah memutuskan untuk berpenampilan lebih tertutup. Aku pernah mendengar ceramah jika dosa anak perempuan yang belum menikah juga akan ditanggung oleh ayahnya dan aku tidak ingin membuat bapak ikut menanggung dosa yang aku buat.
Blazer warna mint, kemeja putih dan celana warna serupa dengan blazer adalah setelan yang aku pilih untuk dikenakan. Aku juga menambahkan pashmina warna putih untuk menutup kepalaku. Dengan memoleskan sedikit riasan, agar terlihat lebih segar dan cantik. Ya aku memang cantik, Bianca kamu adalah putri bapak dan ibu yang paling cantik.
Di lantai bawah terlihat Kak Mega sedang menyiapkan sarapan dibantu oleh asisten rumah tangganya yang kebetulan kembali lebih cepat dari perkiraan. Di sana juga ada Eca yang ikut sibuk membantu Kak Mega sebisanya.
"Pagi!" sapaku begitu sampai di bawah..
"Loh! Bi, kok udah rapi, mau ke mana?" tanya Kak Mega, "mau kondangan? Masa pagi banget sih?" Begitulah Kak Mega, dia terkadang terlalu banyak bertanya dan akhirnya akan menebak jawabannya sendiri.
"Lah kok kondangan?" tanyaku bingung.
"Ya kan, kamu biasanya pakai jilbab kalau nggak buat kondangan ya pengajian, meski itu juga jarang terjadi," kata Kak Mega yang langsung menembus jantungku, sindiran halus, tapi tepat sasaran.
"Emang nggak pantes ya, aku pakai kerudung gini?" Tiba-tiba aku merasa tak percaya diri.
"Ya bukan gitu, kamu cantik kok. Kalau kata papanya Eca, dipakai tiap hari makin cantik! Btw kamu mau ke mana sih?"
"Mau interview kerja," jawabku sambil mengambil roti bakar dan memasukkannya ke kotak bekal. "Aku bawa rotinya, ya!"
"Ya udah bawa aja, mau sama buah juga biar Mbak Lela potongin?" tawar Kak Mega penuh perhatian.
"Enggak deh kak, ini cukup!" tolakku, aku tidak ingin menambah pekerjaan Mbak Lela, dia sudah cukup sibuk dengan semua pekerjaannya.
"Berarti kamu mutusin untuk kerja lagi?" tanya Kak Mega lagi.
"Iya. Jadi laki-laki yang mobilnya Bia tabrak minta Bia untuk kerja di WO punya ibunya untuk ganti rugi."
"Wah ternyata dia orang yang bijaksana ya." Kak Mega terlihat cukup senang mendengar jawabanku.
"Iya sepertinya dia orang yang baik, dia bahkan bilang aku cukup kerja dengan baik itu sudah cukup."
"Iya Bia tahu. Ya udah aku berangkat dulu ya. Tolong pamitin ke Kak Erga ya."
Aku langsung pergi sebelum Kak Mega menyahut. Sebenarnya aku memang menghindari Kak Erga. Bukan apa-apa, kakakku yang hanya diciptakan satu di dunia itu, suka berlebihan saat memikirkan sesuatu. Ada saja pertanyaanya. Selain itu, alasan aku buru-buru pergi adalah karena aku tidak tahu letak kantor wedding organizer yang sedang aku tuju. Aku hanya bermodalkan google maps, berdoa saja semoga aku tidak disesatkan. Semoga aku dituntun menuju jalan yang benar. Aamin.
***
Setelah sempat nyasar sedikit, iya sedikit sekitar sepuluh kilometer akhirnya aku sampai di depan gedung yang cukup tinggi. Di lantai paling tinggi tertulis SUNSHINE WEDDING yang cukup besar dan tulisan itu yang memanduku, hingga tidak jadi nyasar sampai kuburan. Sepertinya tidak buruk juga aku bekerja di sini. Meski aku datang untuk ganti rugi, aku tetap harus menunjukkan sisi profesionalisme. Aku sudah menyiapkan CV, setidaknya aku harus punya kebanggaan saat masuk ke dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Ex-Boyfriend's Wedding
RomanceBianca menawarkan diri untuk bekerja di wedding organizer milik Derano untuk membayar ganti rugi mobil mewah yang rusak karena dirinya. Siapa yang menyangka kalau salah satu klien VVIP-nya ternyata adalah Miko mantan pacarnya yang masih berusaha dia...
Wattpad Original
Ada 1 bab gratis lagi