Dizza sontak terkejut melihat sosok laki-laki di hadapannya ini. Deryl, pria jangkung berkulit kuning langsat serta berlesung pipit tengah berdiri sambil memaparkan apa saja pekerjaan yang akan dilakukan oleh anak-anak magang termasuk dirinya. Ia tidak menyangka bahwa pria inilah yang akan menjadi pembimbingnya selama magang di perusahaan ini. Sedari awal pak Robi selaku pihak HRD memang sudah memberitahu bahwa manager yang akan membimbing mereka adalah Pak Deryl. Namun, ia tidak menyangka bawa Deryl yang dimaksud adalah Deryl Pratama, masa lalunya. Laki-laki yang sangat ia benci.
Deryl juga awalnya tampak terkejut melihat salah satu mahasiswi yang magang tersebut adalah wanita yang pernah menjadi masa lalunya. Wanita itu kini lebih tinggi dari terakhir mereka bertemu lima tahun lalu. Riasan wajahnya lebih dewasa. Dulu, rambut lurus Dizza hanya sebatas bahu, tetapi sekarang rambutnya panjang sepunggung. Bentuk tubuhnya juga lebih matang. Dizza sangat cantik. Namun, Deryl cukup pandai dalam menutupi keterkejutannya. Buktinya ia mampu memaparkan banyak hal dengan sangat santai. Tidak ada kecanggungan. Yang terlihat justru kewibawaannya sebagai atasan mereka.
Tiba-tiba saja Dizza merasa pening. Kenapa dari sekian banyaknya perusahaan, justru ia berakhir magang di perusahaan tempat Deryl bekerja. Sebagai atasannya pula. Sudah kepalang basah. Ia tidak bisa mundur. Karena magang ini sangat penting. Iya, Dizza sekarang adalah Mahasiswi semester enam. Harusnya ia sudah menikmati kelulusannya namun karena ia dulu sempat menunda sekolah selama satu tahun jadilah sekarang ia masih di semester enam. Tidak apa-apa, setidaknya ia masih memiliki harapan untuk mencapai cita-citanya. Lulus dengan IPK tinggi dan bisa bekerja di perusahaan terkenal, menjadi wanita karir dengan segudang prestasi merupakan impiannya. Untuk itu, ia selalu belajar dengan giat agar bisa lulus kuliah dengan cepat.
"Sudah paham semuanya? Apa ada yang perlu ditanyakan sebelum kita mulai bekerja?" tanya Deryl kepada mahasiswa-Mahasiswi terebut.
"Karena tidak ada yang bertanya, kalo gitu saya akhiri brifingnya. Semoga kalian nyaman magang di sini. Kalo ada yang kurang mengerti kalian bisa bertanya kepada saya. Kalian juga bisa membantu karyawan divisi ini jika mereka membutuhkan bantuan kalian."
Para mahasiswa tersebut yang berjumlah tiga orang mulai duduk di kubikel bersisian dengan kubikel para karyawan. Untuk divisi administrasi memang hanya berjumlah tiga anak magang. Dizza duduk di kubikel paling ujung. Di samping kubikel karyawan yang diketahuinya bernama Bima karena mereka sempat berkenalan tadi.
Bima mengarahkan duduknya menghadap Dizza.
"Berapa lama lo magang di sini?" tanya Bima setelah Dizza sudah duduk di kursinya.
"Tiga bulan Mas."
"Jangan panggil gue Mas. Panggil nama aja biar akrab." Bima tersenyum. Otomatis Dizza pun tersenyum.
Dizza bukan orang yang gampang bergaul jadi ia tidak tau harus menjawab apa lagi. Akhirnya ia pun memutuskan untuk langsung menghidupan komputernya.
"Dizza," panggil Bima
"Kenapa?"
"Kalo ada yang enggak lo ngerti, lo tinggal tanya aja ke gue. Tadi Pak Deryl udah bilang gitu ke semua Karyawan supaya saling bantu."
"Iya Bim. Makasih ya." Dizza tersenyum. Senyum yang mampu membuat Bima terpana. Untuk pertama kalinya ia merasa ada senyum terindah di dunia. Yaitu senyuman gadis di sampingnya.
"Mudah-mudahan lo nyaman ya magang di sini. Dan lo juga jangan kaget ya sama sikap Pak Deryl nanti. Dia itu perfectionis."
"Perfectionis?"
"Iya. Dia bisa tiba-tiba jadi nyebelin. Laporan yang enggak sesuai sama kriteria dia bakalan langsung dibuang."
Dizza mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALWAYS LOVE (Completed)
AcakDizza akhirnya diterima magang di sebuah perusahaan di bidang elektronik. Ketika hari pertama ia mulai bekerja di perusahaan tersebut siapa sangka justru ia dipertemukan dengan masa lalunya. Masa lalu yang memberikan luka padanya. Deryl, mantan suam...