63. BUNGA UNTUK GARNETA TERSAYANG

589 133 166
                                    

Sudah dua hari Garneta tak sadarkan diri di rumah sakit sejak ia pingsan di Bandara tempo hari. Teman-teman dan keluarganya bergantian untuk menjaga gadis itu. Selepas maghrib tadi kedua orang tua Garneta dan kakak laki-lakinya pamit untuk pulang dulu dan meminta Centauri untuk berjaga di dalam kamar karna takut nanti akan terjadi hal yang tak di inginkan. Sedangkan Ambra dan Percival sudah di jalan menuju rumahsakit.

Saat terlelap seperti ini, Garneta seperti gadis polos yang tak tau apa-apa tentang kejam nya dunia. Bulu matanya yang lentik, bibir tipis nya yang masih menggoda meskipun pucat, dan hidung nya yang mancung sesaat membuat Centauri kagum akan kecantikannya.

"Lo cantik banget Ta kalau gini. Coba aja kalau udah bangun, singa nya langsung keluar."

Dia geleng kepala pelan, "Gak heran kenapa Alba dan Cuan jatuh hati sama lo," ucap nya sambil terus menatap wajah Garneta yang pucat.

Tanpa sadar Centauri meraih tangan Garneta dan mengelus nya lembut, "Gue sayang tau Ta sama lo. Ya tapi cuma sebatas Kakak dan Adik. Gue kagum akan semua yang ada didiri lo. Cantik, jago bela diri, gak pernah paksain perasaan orang lain, masih tetep mau nolong orang meskipun udah di sakitin berkali-kali. Seandainya lo ada dua didunia ini, udah gue pacarin lo yang satunya sumpah," tutur Centauri kagum.

Menyadari ucapan aneh nya itu dia tertawa kecil. Ah, gadis yang terbaring lemah di depannya ini sedikit mengingatkannya akan seseorang yang pernah hadir di hidupnya dulu.

Sayang, nasib percintaannya sama dengan Alba.

Iya, sama-sama menyedihkan.

Suara denguhan dari Garneta membuat mata Centauri melebar kaget, "Ta, lo sadar? Eh lo beneran udah sadar 'kan?" tanyanya gugup dan cepat-cepat melepaskan pegangan tangannya tadi. Takut terjadi kesalahpahaman cuy.

"Aus..." lirih Garneta yang masih bisa di dengar Centauri.

Gelas yang berisi air putih terletak di atas lemari kecil yang memang tersedia di kamar Garneta, Centauri ambil dan membantu gadis itu untuk duduk bersandar di ranjang.

"Ini minum dulu, pelan-pelan," suruhnya lembut.

Selesai meminum satu gelas penuh itu, Garneta termenung untuk waktu yang cukup lama. Matanya melirik kanan-kiri dan sesekali memegang kepalanya. Tapi dia sama sekali tak mengeluarkan suara. Apa mungkin Garneta sedang bingung?

"Em, Ta. Lo gak lagi amnesia 'kan?" tanya Centauri hati-hati. Bisa gawat jika Garneta sampai amnesia.

Melihat Garneta geleng-geleng kepala Centauri menghela nafas lega, "Syukurlah kalau gitu."

Baru saja Centauri bernafas lega, tiba-tiba terdengar isakan dari Garneta.

"Ta, hei, kenapa nangis? Lo kenapa?" di sentuhnya bahu Garneta pelan.

"G-gue gak bisa inget apapun Cen. Gue lupa!!!" pekik Garneta meraung-raung
menangis. Dia menjambak rambutnya karna denyutan yang terasa menyakitkan, "Sakitt!! Arghh sakitt!" teriaknya menjerit-jerit. Centauri yang tak tega langsung mendekap Garneta erat meski gadis itu meronta-ronta di pelukannya.

"YaAllah Garneta. Lo kenapa?!" khawatir Ambra yang baru sampai di ruangan kamar tersebut. Tak tinggal diam, Percival pun keluar untuk memanggil Dokter.

Untuk beberapa saat Garneta akhirnya di tangani oleh Dokter. Ambra sendiri sudah menangis sesenggukan di pelukan Percival. Dia benar-benar tak sanggup melihat sahabat sekaligus adiknya lemah seperti ini.

"Garneta kenapa Dok? Dia gak kenapa-napa 'kan?" tanya Ambra bertubi-tubi saat Dokter tersebut selesai memberi penanganan pada Garneta. Seperti biasa, Dokter perempuan cantik itu tersenyum menenangkan lebih dulu sebelum menjawab.

The Secret Of Garneta [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang