1. Jantung yang berdebar

34 1 0
                                    

"Senyuman kamu indah, namun aku tak cukup indah untuk membuat senyuman itu terukir di bibir manismu."
-Azalea Verena-

••••

22 Maret 2021

Seorang gadis berseragam SMA yang kini tengah menguncir rambutnya sambil tersenyum senang karena sekarang ia akan kembali berangkat sekolah lagi, setelah sekian lama dirinya merindukan sosok laki-laki yang sangat ingin ia temuinya.

"Ingat! Apa yang saya bicarakan tadi malam. Jangan lupa selalu min--"

"Minum obat, dan jangan malas untuk rutin cek ke Rumah Sakit," potong Lea dengan wajah sebal menatap dokter Arga. "Udah berapa kali sih dokter bilang itu sama Lea? Bosen tau!"

Dokter Arga yang melihat itu hanya bisa menghembus nafasnya pelan. "Ya sudah, kalau begitu saya akan kembali bekerja lagi. Jika ada apa-apa sama kamu, telfon saya. Assalamualaikum."

Matanya mengekori kepergian dokter Arga dari ruangannya. Dokter Arga itu penyayang, meskipun begitu Lea merasa bersalah. Lea malu, dokter Arga selalu ada untuk dirinya. Itu berlebihan, ayahnya saja tidak seperti itu. Ia menginginkan ayahnya bukan dokter Arga. Tapi itu kembali lagi, masih mending ada orang yang peduli dengannya. Dirinya saja bahkan sempat tidak peduli dengan kondisi ia sendiri.

Lea mengambil sebuah obat di atas nakas, dan meminumnya. Perempuan itu melangkahkan kakinya untuk ke luar ruangan. Sebelum itu ia melirik sebuah kertas di samping obat tadi yang beberapa saat ia minum.

Kamu itu hidup untuk diri kamu sendiri bukan untuk orang lain. Cintai diri sendiri, maka orang lain pun akan mencintaimu.
-Dokter Ganteng

Lea yang baru saja membaca tulisan di kertas tersebut tersenyum geli. Ternyata dokter Arga itu narsis juga, pikirnya.

•••

Sekarang Lea tengah berjalan menuju gerbang sekolah, namun langkahnya terhenti ketika ia melihat seorang laki-laki yang sedang membantu seorang nenek tua menyebrangi jalan yang cukup ramai. Laki-laki itu tersenyum tulus dan menyalami tangan nenek tersebut.

Seperti magnet yang menariknya, Lea juga ikut tersenyum. Jantungnya berdetak tak karuan, ia memegang dadanya sembari tersenyum lebar. Tanpa sadar jika laki-laki itu kini akan berjalan melewati dirinya, ia cepat-cepat melanjutkan langkahnya menuju gerbang sekolah.

Lea melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul 07.15 ia berjalan di lorong sekolah sambil menyapa orang-orang, sesekali ia tersenyum ramah.

Saat memasuki kelas, Lea dikejutkan dengan sahabatnya yang langsung memeluk dirinya.

"Lea!! Lo kemana aja seminggu ini, gue kangen tau. Lo gakpapa kan? Tubuh lo sehat-sehat aja kan? Kenapa gak ngabarin gue kalo lo gak bisa masuk sekolah? Lo itu bentar lagi mau ujian kenaikan kelas, Lea. Masa iya udah mau kelas 12 lo gak naik kelas cuman karena absen lo banyak alfa."

Tesira Arabelle, gadis yang kerap di panggil Rara ini kelahiran Bandung mempunyai rambut hitam gelam yang diuraikan begitu saja dengan bando yang tersimpan cantik di kepala nya. Ia mengambil nafas serakah setelah selesai mengomel tanpa titik dan koma.

"Eh neng Lea. Kemarin-kemarin kemana aja sih? babang Kayos kangen tau," goda laki-laki yang bernama Kayos Bangfa sembari menaik turunkan alisnya yang tebal.

"Apaan sih, kepo banget! Nanti aja nanya nya. Lagian lo maen nimbrung aja!!" jawab kesal Tesira.

Baru saja dirinya akan melanjutkan wawancaranya dengan Lea, ia mencium bau-bau telur busuk di dekatnya. Ini sudah pasti bau minyak telon dari Kayos. "Lo kebiasaan jangan deket-deket deh, minyak telon lo semerbak banget. Pasti gak mandi ya! Udah kayak gak mandi satu abad," tuduh Tesira dengan tangan menutup hidungnya.

MENSCHTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang