Tangerang Balaraja, 21 Mei 2021
Sebaik-baiknya bacaan adalah Al-Quran
____
Zhifa Zahara Qamella, itu namaku. Sejak ayah meninggal aku sudah menjadi tulang punggung keluarga untuk membiayai sekolah adikku dan kebutuhan keluargaku.
Tidak mudah memang, saat anak-anak berusia belasan tahun masih senang-senangnya bermain tapi aku bekerja. Aku bekerja setelah pulang sekolah, apapun pekerjaannya aku tidak pernah memandang itu yang penting halal.
Dari dulu aku selalu tanamkan dalam diri kalau aku bisa sukses, aku bisa mengangkat derajat keluargaku. Setiap harinya aku belajar tanpa kenal lelah, aku mati-matian untuk mendapatkan beasiswa. Setelah perjuangan yang cukup panjang, Allah kabulkan doaku. Aku bisa kuliah di ITB melalu jalur beasiswa bersama sahabatku. Namanya Humaira Adiba Khanza, cewek paling bawel setelah bundaku.
"Belajar itu butuh asupan tenaga nanti kalo pingsan aku yang repot," dia menyodorkan sebungkus burger di hadapanku.
"Aku lagi fokus, Ra. Kamu yang makan aja," kataku menggeser burger ke arahnya.
Dia berdecak, "Rezeki itu nggak boleh ditolak. Pamali," dia membukakan bungkusnya lalu dengan cepat memasukan burger ke mulutku, mau tidak mau aku harus memakannya.
"Anak pinter," katanya sambil tersenyum menyebalkan.
Aku dan Maira itu sudah bersahabat sejak SMP, kita memutuskan untuk SMA bareng dan kuliah bareng. Saat ini Maira sudah bekerja sedangkan aku yang masih mencari pekerjaan. Biasa, pejuang amplop coklat.
Kami lulus kuliah beberapa bulan yang lalu dengan jurusan bisnis management. Sebenarnya bisa saja aku bekerja dengan Maira di perusahaan abinya, tapi aku tidak mau. Aku sudah terlalu sering merepotkannya.
"Udahlah Zhif, kerja sama abi aku aja, lagipula bagian admin ada kok yang kosong," kata Maira.
Aku mendongak sambil menghembuskan napas kasar, "Aku nggak mau Maira, udah berapa kali aku bilang? Aku udah sering ngerepotin kamu. Aku harus mandiri, aku nggak bisa ketergantungan sama kamu terus," ucapku sedikit kesal. Memang niat sahabatku ini baik, tapi tetap aja aku tidak mau merepotkannya lagi.
"Kapan sih kamu ngerepotin aku? Yang ada aku yang ngerepotin kamu," bantahnya.
"Sstttt diem," ucapku padanya saat ponselku berdering, "aku angkat telfon sebentar, dari Bunda." Lalu aku menjauh dari Maira sambil menempelkan ponselku di telinga.
"Assalamualaikum, kenapa Bun?"
"Wa'allaikumus salam, nenek masuk rumah sakit. Cepet kamu ke sini."
"Astagfirullah, nenek sakit lagi? Zhifa ke sana sekarang Bun. Shareloc ya!" Bundaku menjawab iya dan langsung mematikan teleponnya. Wajahku berubah panik bercampur khawatir mengetahui hal itu, nenekku sudah berapa kali keluar masuk rumah sakit. Ah lagi-lagi aku dalam keadaan panik dan rasanya ingin menangis.
"Maira aku pulang dulu, nenek masuk rumah sakit lagi." Aku mengatakan itu sambil memasukkan semua barang-barangku ke dalam tas dengan tergesa-gesa.
"Innalilahi, aku ikut Zhif," katanya serentak sambil ikut membereskan barangnya.
"Nggak usah, kamu nggak usah ikut. Besok aja jenguknya, aku pulang dulu assalamualaikum." Aku langsung berlari terburu-buru menghiraukan Maira yang berteriak, dia ingin mengantarkanku tapi aku tidak meladeninya. Aku memilih menyetop taxi sambil terus menggigiti kuku jariku. Aku punya kebiasaan seperti itu disaat dalam keadaan panik.
"Taxi!" Aku berteriak saat ada mobil hitam yang mendekat, dan syukurlah mobil itu langsung berhenti tepat di depanku. Aku langsung terburu-buru masuk ke dalam dengan perasaan panik.
"Pak ke rumah sa– Astagfirullah!" pekikku terkejut saat melihat pemandangan di kursi supir.
Kiss? Aaaa mataku sudah tidak suci lagi! Aku melihat pemandangan yang tidak seonoh. Pria berjas hitam dan wanita dengan pakaian kurang bahan sedang berciuman mesra!
Aku sontak menutup mataku sambil mengumpat dalam hati, apa yang mereka lakukan di dalam taxi? Benar-benar memalukan. Demi Allah, aku bergetar, aku mendadak lemas dan tidak bisa bergerak saat melihat pemandangan itu.
"Bitch! Lo salah masuk mobil orang!" pekik cewek itu tak terima, "ini bukan taxi!" ucapnya lagi, nada suaranya benar-benar meninggi.
Bukan taxi? Maksudnya aku salah masuk mobil orang? Aaaaa Zhifa kenapa tadi nggak liat-liat duluuuuu!
Payah, Aku memang seperti itu kalau panik, aku tidak bisa mengontrol semuanya dan bisa-bisanya salah masuk mobil orang!
Perlahan aku membuka mataku pelan-pelan, pemandangan pertama yang aku lihat tatapan tajam dari sepasang kekasih itu. Ya Allah aku malu,....
"J...jadi ini b...bukan taxi?" tanyaku terbata-bata dengan tangan yang terus bergetar.
"Ya lo pikir aja emang ada mobil taxi semewah ini?!" katanya terus membentakku sedangkan sang pria hanya diam sambil terus menatapku tajam.
Tamat riwayat lo Zhifaaaa!
Tanpa sepatah kata aku langsung keluar dari mobil, rasanya lidah ini keluh untuk mengatakan maaf. Aku langsung lari menjauh dari mobil itu. Ah sial sial sial! Aku terus beristighfar di dalam hati, benar-benar hari yang sial. Aku berdoa semoga tidak akan bertemu dengan sepasang kekasih itu selama-lamanya!
_______
To be continued

KAMU SEDANG MEMBACA
What's Wrong My Boss?
SpiritualSPIN OFF UNTUKMU IMAMKU What's wrong my boss? Sesuai judulnya, ada apa dengan bosku? Iya bosku, dia adalah pria teraneh yang pernah aku kenal selama hidupku, terkesan lebay memang tapi itu kenyataannya. Ingin mengatakan kalau dia adalah pria red fla...