07

16.3K 1.5K 59
                                    

Dilihatin sampe matanya mau keluar oleh Raga membuat Latifa risih setengah mampus, tabiat cowok itu gabisa apa sedikit aja berubah, kerjannya gangguin mulu.

Dia bahkan bikin pembina OSIS keluar ruangan karena jengah sama kelakuannya.

Latifa masih diam, tak mau buang tenaga buat bicara sama dedemit satu ini.

Tetapi, ada aja yang bikin Raga bacot, dan berakhir jadi bikin Latifa mau gak mau harus ngeliat cowok itu dengan tatapan tak biasa, menunjukan seberapa besar protes yang dia ajukan karena kehadiran Raga disini.

"Lo cabut deh, empet banget gue ngeliat Lo."

Raga acuh, pemuda itu malah asik tengkurap disofa sambil meratapi ponselnya, santai bener ini orang, dikira rumah nenek kali.

Latifa memijit pangkal hidungnya, "Terserah, gue gaada urusan sama Lo."

Awalnya emang berusaha abai,

Tapi makin kesini, Raga makin ganggu pemandangan banget.

Sekarang dia duduk disamping Latifa sambil terus ngeliatin seolah Latifa itu adalah patung yang pantas untuk dinikmati keindahannya.

"Udah puas ngeliatin guenya?"

Lah kocak, ditanya dia malah ketawa ngakak sampe nangis, gila ini orang.

Raga nyender di bahu Latifa, membuat perempuan itu reflek menyingkirkan bahunya.

Raga melotot, "Bentar aja, gue baru bisa tidur jam 3 pagi."

"Lah salah sendiri. Emang gua pikirin."

Latifa ngangkat laptop dan beberapa file proposal yang Kenan berikan, ia pindah ke bangku sebelahnya.

Menjauh dari jangkauan Raga, "Abi sakit, sepanjang malam gue gatenang."

Tangan Latifa berhenti diudara. Sejak Bara mengucap nama Abi, Latifa jadi sering mendengar nama itu. Sebenarnya siapa Abi itu?

"Lo ngomong sama gue?"

Lagi dan lagi, Raga cuma ketawa melihat ekspresi jengkel diwajah Latifa.

"Menurut ngana?"

"Kirain Lo lagi curhat sama temen Lo yang tak kasat mata."

"Kalo gue bisa ngeliat Lo percaya?" Latifa menoleh, galucu banget ini Bagong bercandanya.

Latifa itu penakut, denger suara bunga yang ketiup angin aja dia langsung parno, terlebih lagi kalo daerah yang dia lewati lagi sepi.

Parnonya Latifa ada dua, selain sama dedemit, juga takut smaa manusia yang gak bisa nahan hasratnya.

Latifa paling benci smaa cowok mesum.

"Gausahh bercanda gue ga takut."

Melihat respon Latifa yang sempat terdiam sesaat, membuat Raga jadi ingin menjahili perempuan itu lebih banyak.

Melihat Raga tidak berbicara, Latifa menoleh, ia melihat Raga sedang senyum-senyum sendiri sambil berbisik, ciri khas seorang yang sedang membicarakan orang lain.

Latifa jadi merinding sendiri, ini orang beneran bisa lihat dedemit?

"Katanya Lo sering banget ya di sini sendirian?" Latifa melotot, tahu dari mana anak setan ini kalau dia memang lebih sering menghabiskan waktunya di ruang OSIS ketimbang di kelasnya?

"Dia sering nemenin Lo tahu," kata Raga lagi, cowok itu menunjuk ke arah bangku kosong yang berada di samping kiri Latifa, tepatnya tengah-tengah Latifa dan Raga.

"Ga lucu ga sumpah." Wajah Latifa jadi berubah ketakutan. Raga cuma cengengesan kaya orang gila.

"Gue suruh pergi atau tetep di samping Lo? Kan lumayan ada yang nemenin."

BCS : RAGALATIFA [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang