3. A.S.A✨✨✨
Setelah melarikan diri dari hukuman Bu Indri, Arkan merebahkan dirinya di sofa sambil mengusap keningnya yang sedikit berkeringat. Ia memilih berdiam diri di markas daripada berjemur pagi pagi. Dia memang bukan siswa baik yang akan dengan patuh menjalankan hukumannya, jika bisa kabur, kenapa tidak?
Seperti yang sudah dikatakan, saat ini Arkan tengah berada di dalam ruangan yang dikenal sebagai markas A.S.A, tempat mereka sering berkumpul untuk berbagai kegiatan atau bahkan sesekali membolos. Meskipun pada awalnya hanya sebuah gudang kosong yang ada dilantai tiga gedung sekolahnya, Samuel berhasil mengubah ruangan ini menjadi tempat yang nyaman bagi mereka untuk bertemu dan beraktivitas bersama, lengkap dengan sofa dan Ac yang membuat mereka makin betah berlama lama disini.
Arkan yang tengah berbaring, memandang langit langit ruangan ini dengan pandangan kosong, otaknya memutar beberapa kilas balik tentang peristiwa dua hari lalu lengkap dengan gadis yang tiba tiba menjadi pahlawan dan membantunya malam itu. Awalnya Arkan tidak terlalu mengingat wajah gadis itu, karena malam itu kepalanya terlalu pusing untuk mengamati wajah itu dengan seksama, yang Arkan ingat hanya sandal jepit pink yang gadis itu kenakan saat berjongkok didepannya. Namun, saat melihat seorang gadis yang tadi tengah memasang sikap hormat ke bendera, Arkan menyadari dia gadis yang menolongnya malam itu.
Tak lama, pikirannya teralihkan saat mendengar suara pintu yang terbuka, dan matanya langsung menangkap sosok Samuel yang masuk dengan seragam olahraga, ah Arkan baru ingat kelasnya ada mata pelajaran olahraga di jam kedua. Dan melihat kehadiran Samuel disini bukannya dilapangkan, membuat dia menarik sudut bibirnya, "bolos lo, Sam?" tanyanya pada Samuel yang kini tengah duduk sofa seberang.
"Jamkos, gue udah keburu ganti." Jawab Samuel dengan nada malas sambil menyenderkan punggungnya di sandaran sofa,"kenapa nggak ke kelas?" Tanya Samuel sambil meraih satu bungkus snacks yang ada dimeja.
"Kesiangan, di hukum Bu Indri" jawab Arkan singkat sambil meraih bola kasti yang ada dibawah meja dan melempar lemparnya ke udara.
Oiya, kita lupa belum berkenan dengan Samuel, lelaki yang kini tengah memakan cemilan itu memiliki nama lengkap Samuel Alreza Pratama, dan fakta yang paling banyak dibicarakan adalah kebenaran jika dia adalah putra dari salah satu donatur tetap dengan jumlah donasi paling banyak untuk sekolah ini tiap tahun, hal itu membuatnya mendapat beberapa keuntungan seperti ijin menggunakan ruangan ini untuk keperluan pribadi dan guru guru yang berusaha memaklumi tingkah nya yang sering hilang ditengah jam pelajaran.
Bicara soal rupa, Samuel tentu tampan. Dengan alis tebal, rahang yang tegas dan, bola matanya berwarna coklat tampak cocok untuk matanya yang berbentuk seperti almond dengan kelopak mata yang indah, membuat tatapan yang dihasilkannya terlihat tegas dan memancarkan aura dominan yang ketara. Dalam satu kata singkat wajah Samuel sempurna, bibirnya pun indah walaupun senyum jarang terlihat disana.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYA
JugendliteraturKisah ini dimulai saat Naya menolong Arkan yang terlibat perkelahian di gang samping kompleks perumahannya, Naya yang menggangap Arkan menyebalkan lalu keadaan yang selalu membuat Arkan berada di sekitar Naya. Kata orang Arkan itu cuek, tapi kata Na...