5. Terjebak dan Samuel.
Pagi ini Naya tidak terlambat datang ke sekolah, seperti keajaiban dunia yang tiba tiba muncul, Pak Harto sampai menyipitkan matanya, memandang gadis yang baru turun dari bus itu dengan tatapan heran. Ini bukan Pak Harto yang berlebihan, tapi tindakan Naya ini patut dipertanyakan. Karena gadis dengan ransel biru itu selalu datang paling awal saat bel masuk akan berbunyi 10 menit lagi, dan hari ini Naya datang 1 jam lebih awal dari jam masuk yang selalu berbunyi pukul 07.30 itu.
Bisa dibilang, Kanaya ini seorang yang sering terlambat. Pak Harto lebih sering melihat Naya berlari entah itu berlari disaat detik detik terakhir sebelum gerbang ditutup atau berlari ketika guru piket menghukumnya karena datang terlambat.
"Pagi, Pak Hartoooo! Good morning!" sapa Naya sambil tersenyum bangga, dengan tubuh bersandar pada pintu pos satpam. Dia melambaikan tangannya seolah Miss universe dengan senyum lebar seolah habis melakukan tindakan terpuji.
Dari dalam pos satpam, Pak Harto melirik sekilas "Tumben udah dateng jam segini? Ngelindur apa kamu, Nay?" Tanyanya sambil mengaduk kopi hitam yang selalu menjadi teman beliau menyambut hari.
Naya yang mendapat respon itu bergegas masuk kedalam pos dan memegang pundak Pak Harto, dan menatap pria itu dengan tatapan lurus dengan kesan serius "Naya mau jadi murid rajin Pak, nggak akan telat lagi deh!" jawab Naya sungguh sungguh, mengundang decak lelah dari Pak Harto.
Pak Harto meniup niup kopinya yang masih panas, lalu kembali melirik Naya "Kamu juga bilang nggak akan telat lagi bulan lalu, tapi kemaren telat juga tuh." Adunya, seolah ingin menyadarkan Naya pada jati dirinya dulu.
Dengan cepat Naya menepuk pundak Pak Harto sekali lagi, tatapannya kini berubah menjadi tatapan paling meyakinkan yang pernah Pak Harto lihat"Duh Pak! Naya serius ini mau berubah, nanti jangan kangen Naya ya? kalau Naya nggak pernah telat lagi" kata Naya lalu tertawa.
Meskipun sempat memutar bola matanya malas, Pak Harto mengangguk "Iya deh, semoga kamu beneran tobat telat kali ini Nay, Bapak bosen liat kamu mulu yang dihukum Bu Indri tiap pagi" ujar Pak Harto sambil menunjuk Naya dengan sendok kopinya.
Naya menegakkan tubuhnya, membentuk sikap hormat sebelum berseru "Siap pak!" Kata Naya dengan semangat membara membuat Pak Harto terkekeh "udah sana, ke kelas. Belajar yang rajin ya!" Pesan Pak Harto setelah membalas hormat dari Naya.
Naya mengiyakan sambil menurunkan tangannya "Kalau gitu, Naya ke kelas dulu ya Pak! Semangat kerjanya!" pamit Naya, sambil melambaikan tangan kepada Pak Harto, dan berlalu pergi. Pak Harto membalas dengan lambaian tangan yang bermaksud menyuruh Naya agar bergegas masuk, dan saat gadis itu tak terlihat lagi Pak Harto kembali fokus pada kopi hitamnya sambil terkekeh geli "Naya, Naya. Coba kita lihat sampe kapan niat baik kamu ini terlaksana" ujarnya sambil menarik kursi dan berbalik kearah jendela agar bisa memperhatikan siswa lain yang mulai berdatangan.
KAMU SEDANG MEMBACA
ARKANAYA
Teen FictionKisah ini dimulai saat Naya menolong Arkan yang terlibat perkelahian di gang samping kompleks perumahannya, Naya yang menggangap Arkan menyebalkan lalu keadaan yang selalu membuat Arkan berada di sekitar Naya. Kata orang Arkan itu cuek, tapi kata Na...