Sejak pagi matahari enggan menampakkan diri. Ia nyaman bersembunyi dibalik kabut tebal yang menyelimuti alam. Archie mengintip dari balik selimut melihat ke arah luar jendela, terlihat masih gelap. Segera ia cek jam tangannya di samping bantal ternyata waktu telah menunjukkan pukul setengah delapan.
Seketika mata Archie terbelalak, ia baru ingat hari ini harus bekerja dengan shift pagi menggantikan Tommy yang sedang sakit. Godaan bermalas-malasan di tempat tidur ia tepis dan segera berlari ke kamar mandi.
Guyuran air hangat membuat badannya segar dan semangatnya untuk mengumpulkan Euro sebanyak mungkin terpompa kembali.Musim dingin selalu membuatnya kewalahan meskipun ini adalah kali kedua selama tinggal di Jerman. Sejak kecil ia suka bermain di bawah matahari. Tumbuh dan besar di negara tropis bernama Indonesia menjadikan dingin sebagai tantangan utama yang harus ia kalahkan. Seharusnya ia kini sudah mampu beradaptasi seperti Tommy, namun nyatanya belum. Archie mengeluarkan long john abu-abu dari lemari lalu ia kenakan bersama jeans belel biru dan kemeja garis-garis sebagai luaran. Meskipun pakaian berlapis cukup membatasi gerakannya namun itu satu-satunya cara untuk menjaga badannya tetap hangat. Setelah merasa nyaman, segera ia menyambar Mütze-topi terbuat dari wol dan jaket parka yang tergantung di belakang pintu. Sebelum keluar, ia mematikan Heizung dan mengecek seluruh peralatan elektronik. Archie kemudian bergegas mengunci kamar lalu keluar dari Wohngemeinschaft berjalan menuju halte kereta.
Jarak dari tempat tinggalnya ke halte kereta tak jauh. Tujuh menit lagi kereta tujuan stasiun utama Ravensburg akan tiba sehingga ia duduk santai di sudut halte. Sambil menunggu datangnya Straßenbahn, ia membuka bekal untuk sarapan. Schwarzbrot dilapisi butter dan coklat, sederhana namun cukup mengganjal perut. Tak terasa ada tetes air mata yang jatuh. Sebuah rindu yang menggumpal di dadanya. Ia membayangkan menikmati nasi goreng dan telur dadar favoritnya dibuatkan oleh Ibu. Mengapa hidupnya harus sesulit ini? Mengapa ayah begitu sulit menerima keputusannya kali ini?
Pertanyaan yang terus berputar di kepala Archie hingga hari ini belum ia temukan jawabannya.“Scheisse, kenapa aku secengeng ini?” keluhnya sambil menghapus air mata dan membangun kembali mood-nya agar semangat bekerja.
Tak mau tenggelam dalam sedih. Archie memutar ingatannya, mengingat hal menyenangkan yang ia rasakan selama dua tahun tinggal di kota ini. Tak hanya menjadi mandiri, ia juga lebih dewasa dan menemukan banyak pengalaman hidup yang memperkaya wawasannya. Dulu ia hanya anak manja, hidup di sebuah rumah mewah di salah satu kompleks perumahan elite di Jakarta yang harus dipenuhi segala kebutuhannya. Kini ia hidup secara sederhana dan mengandalkan diri sendiri untuk bertahan hidup di sini.
Meskipun awalnya terasa begitu sulit, bahkan ia nyaris menyerah dan kembali ke Indonesia mengaku kalah pada ayahnya, namun Tuhan memberinya kesempatan untuk terus berjuang.
Perkenalannya secara tiba-tiba dengan seorang perempuan baik hati menjadi titik awal hidupnya ke arah yang lebih baik. Sang Ibu yang bersuamikan orang Jerman itu sedang membangun bisnis restoran bernama Nusantara di Ravensburg. Oleh pasangan suami istri itu, Archie ditawari untuk bekerja di sana. Di tempat itu pulalah ia bertemu Tommy, seorang rekan kerja dan sahabat baik yang ia miliki di Jerman.Lamunannya terhenti oleh kereta yang telah tiba. Pintu terbuka dan Archie melangkah masuk dengan langkah yakin untuk memperjuangkan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Giani dan Archie
AventuraMengapa harus merantau, bukankah tinggal bersama keluarga lebih mudah dan menyenangkan, semua hal terpenuhi dan tidak perlu kerja keras untuk mendapatkan sesuatu? Giani dan Archie justru merasa hidupnya terlalu nyaman dan mengambil langkah berani u...