Pengalaman Pertama di Tanah Rantau 2

26 4 0
                                    

"Sebenarnya aku juga buru-buru, suamiku menunggu di luar. Tapi, mari sini kuantar ke bagian pengaduan. Ceritakan saja ke petugas ciri-ciri kopermu biar mereka mudah menemukannya."

Sang Ibu pun berjalan ke arah yang dimaksud diikuti oleh Giani. Mereka melangkah seperti saling memburu.

"Setiap maskapai memiliki bagian pelayanan untuk masalah kehilangan barang dan biasanya mereka sangat tanggap. Kamu tidak perlu khawatir, mereka sangat bertanggung jawab, kok," Ibu itu melanjutkan penjelasannya.

Giani hanya mengangguk namun dalam hatinya kini merasa lebih tenang.

Ibu itu mempercepat langkah, tidak lama kemudian beliau berhenti. Ia menunjuk ke sebuah ruangan tak jauh dari mereka.

"Nah, itu bagian pengaduannya. Maaf ya, aku gak bisa temani. Oh iya, Aku Sundari. Insya Allah kita bertemu lagi." Ibu itu mengulurkan sebuah kartu nama yang disambut ucapan terima kasih oleh Giani.

Giani bersyukur di tengah situasi sulit, Allah selalu memberikan jalan keluar.

Ibu Sundari berlalu dengan langkah cepat, dari jauh tangannya melambai ke arah Giani lalu menghilang dibalik lalu-lalang penumpang bandara. Kartu nama ibu itu ia selip ke dalam dompetnya. Giani berharap dapat menemui Ibu Sundari suatu hari nanti.

"Pasti menyenangkan bisa berkumpul dengan sesama orang Indonesia," ujar Giani dalam hati.

Kini ia sendiri dan harus kuat melewati ujian pertamanya di rantau. Mengokohkan langkah ia berjalan ke arah dua petugas yang berdiri di sana.

"Guten Tag, was kann ich Ihnen helfen?" Sapa seorang wanita menanyakan bantuan apa yang dapat ia berikan ke Giani.

Kemudian ia menjelaskan kopernya yang yang hilang dengan terbata-bata. Selain karena kekhawatiran yang masih menyanderanya, kemampuan bahasa asingnya memang masih jauh dari sempurna. Syarat menjadi Au-Pair adalah memiliki sertifikat A2 sehingga topik pembicaraan sulit seperti ini membuatnya sangat kewalahan. Meskipun begitu tak sekali pun ia ingin menyerah. Gabungan Bahasa Inggris, Bahasa Jerman dan Bahasa Isyarat akhirnya mampu menjembatani pemahaman mereka berdua. Sang petugas pun berusaha memahami dengan sabar dan mencatat hal-hal yang dijelaskan oleh Giani hingga informasinya benar.

Ternyata kesalahan ini terjadi pada saat Check in tiket di Jakarta. Barang bawaannya entah bagaimana ikut di pesawat lain. Beruntung kedua pesawat itu masih tergabung dalam satu aliansi penerbangan sehingga dapat terbaca oleh sistem bagian pengaduan maskapai.

Penjelasan petugas membuatnya kini tidak khawatir lagi karena pihak maskapai berjanji akan membawa koper itu ke alamat Giani paling lambat dalam waktu 3 hari. Setelah semua proses pengecekan administrasi selesai, Giani pun mengucapkan terima kasih.
"Auf Wiedersehen" ujar Giani berpamitan pada kedua petugas baik hati yang telah membantunya.

Langkahnya belum jauh, tiba-tiba...

Grrrrr...Grrrrr!

Handphone Giani bergetar, segera ia mengecek siapa yang menghubunginya.

Sebuah panggilan, tertulis nama Herr Michl di layar.

"Hallo, Giani?" Sapa Herr Michl ramah namun ada nada gelisah dari suaranya.

Giani membalas dan menanyakan kabar kemudian dibalas oleh sang ayah angkat bahwa kondisinya baik hanya saja situasinya saat ini sulit untuk ke bandara.
Firasatnya benar, ternyata ujian pertama di tanah rantau belum selesai.
Herr Michl menjelaskan bahwa ia mengalami kecelakaan di perjalanan menuju bandara. Meskipun tidak begitu parah namun ia harus membawa mobilnya ke bengkel dan butuh waktu lebih lama untuk sampai di bandara.

Giani lemas mendengarkan penjelasan sang orang tua angkat.
pembicaraan telpon ditutup oleh Herr Michl dengan permintaan maaf.

Giani dan ArchieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang