HAPPY READING 📖
***
"Pagi, Pak." Al mengetuk pintu ruangan Avigan dengan sedikit ragu.
Masih belum ada tanda-tanda dia di ijinkan untuk masuk ke dalam ruangan itu. Dicobanya kembali untuk mengetuk pintu itu. "Permisi, Pak."
"Masuk!" seru Pak Avigan dari dalam ruangannya.
Al yang mendengar respon dari Pak Avigan pun mendorong pintu dan berjalan ke dalam ruangan tersebut.
Al menjatuhkan bokongnya ke kursi yang berada di depan meja Pak Avigan.
"Siapa yang suruh kamu duduk?" Pak Avigan bertanya dengan aura yang terasa dingin di ruangan ini. Sepertinya, suhu AC di ruangan ini terlalu rendah, tapi tidak! Tadi saat Al memasuki ruangan ini, tidak sedingin ini.
"Gawat! Apa dia lagi bad mood?!" batin Al cemas.
"Maaf, Pak." Al menjauhkan bokongnya dari kursi, lalu kembali berdiri hingga mendengar instruksi dari Pak Avigan.
"Kamu benar-benar ingin mengambil judul kemarin?" tanya Pak Avigan setelah keheningan melanda ruangan itu selama 15 menit.
"I-iya, Pak."
"Kalo saya memaksa untuk ganti judul, bagaimana?"
"Ta-tapi saya mau pakai judul ini, Pak?" kekeh Al pada pendiriannya.
"Baik. Cari pembimbingmu yang lain!" ucap Pak Avigan santai tapi terlihat tegas.
"Ja-jangan gitu dong, Pak."
"Jangan begitu, gimana? Terima saran saya, atau tidak sama sekali."
"Sial! Kenapa harus begini banget, sih pembimbing gue?!" batin Al kesal.
Al tampak menghembuskan napas untuk menetralkan kekesalan di hatinya.
"Kenapa diam? Lagi berpikir mencari pembimbing baru?" tanya nya seperti mengejek Al.
"Ti-tidak, Pak."
"Lalu?"
Al terdiam kembali. Dia bingung harus bagaimana.
"Keluar! Saya banyak pekerjaan, bukan hanya melihat kamu terdiam ketika saya bertanya!" usir Pak Avigan tegas dan sedikit menyakitkan hati. Tapi tak apa, Al adalah wanita yang kuat. Sekuat Okky Jelky Drink.
Dilangkahkan kakinya menuju pintu keluar. "Permisi dan terima kasih, Pak," ucap Al pelan dan masih terdengar oleh Avigan.
Wajah yang terlihat kesal pun terpampang di sana. Mahasiswa/i lain yang melihat sudah pasti tau apa yang terjadi.
"Enggak di terima ya judul nya?" tanya kakak tingkat Al yang hendak melewatinya.
"Iya kak," balas Al sedih.
"Yang sabar ya. Pak Avigan emang gitu, turutin aja deh mau nya beliau biar cepat kelar," peringat kakak tingkat itu sambil menepuk pundak Al sebelum meninggalkan Al.
"Sabar Al ... sabar ...."
***
"Kenapa lagi?" tanya Max lembut yang sudah nangkring di parkiran motor mahasiswa/i Fisika.
"Jangan dibahas, deh, ntar yang ada aku makin kesel," ketus Al.
"Iya deh iyah. Sebelum aku antar kerja, mau makan siang dulu, nggak?"
"Ya, mau," jawab Al lesu. Sungguh, Al saat ini sangat amat kesal dengan dosennya yang satu itu.
Lagi pula, itu kan judul dia, yang akan diuji nantinya juga dia. Kenapa Pak Avigan yang ngotot ingin Al mengganti judulnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVASYA (ON GOING)
Teen Fiction"Ehm, Al, gue mau ngomong sesuatu, nih! Boleh, kan?" "Boleh. Mau ngomong apa?" "G-gue suka sama lo. Lo mau jadi pacar gue, nggak?" *** Alvasya Almeira, seorang mahasiswi jurusan Fisika di salah satu Universitas yang ada di Yogyakarta, harus merasaka...