2

82 6 1
                                    

Apes sudah kaki Dara

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Apes sudah kaki Dara. Hampir lima jam dia keliling di seputaran desa tugu. Udara dingin membuat Dara kesal karena sempat percaya diri kelilingnya pakai sendal jepit. Setelah mengirim hasil dari wawancaranya kepada Bu Hanum tentang pendapatan para petani di kebun teh yang ada di desa tersebut, Dara akhirnya bisa bernapas lega. Bu Hanum bahkan memuji hasil kerjanya sehingga Dara merasa tidak sia-sia sudah kelelahan seperti ini untuk mengambil data penelitian.

Melihat waktu yang masih pukul tujuh malam, Dara tidak bersegera kembali ke penginapannya. Bu Hanum sudah memberinya kebebasan sekarang untuk setidaknya menikmati suasana desa yang memang indah sekali sebelum mereka kembali ke Jakarta besok pagi. Bahkan di malam hari penduduk desa sengaja memasang lampu di sekitar area perkebunan teh dan jalan menuju area pemukiman.

Tidak mau melewatkan kesempatan, Dara berjalan ke sekitar perkebunan yang indah itu sembari beberapa kali memotret pemanadangan malamnya. Tentu dia tidak akan menikmatinya sendiri. Dara mengirim hasil jepretannya ke whatsapp Daren. Sebelumnya sudah ada tiga kali panggilan tak terjawab darinya dan pesan yang ternyata sekedar mengingatkan Dara untuk mendapatkan istirahat yang cukup setelah tugasnya selesai.

Baru tiga menit Dara mengirim jepretannya itu, Daren langsung menelpon. Bersyukur sekali Bu Hanum tidak mengajaknya melakukan penelitian di desa yang tidak punya signal. Mana sanggup Dara menahan rindunya pada si gula aren.

"Ren, libur nanti kita jalan-jalan ke area puncak ya. Di desa ini juga gapapa, warganya baik amat, serasa pulang kampung sendiri." Dara langsung menyambar dengan ucapan penuh harapan dan antusias. Tawanya tidak terhenti, entah kenapa senang saja memikirkan waktu liburan yang semakin dekat.

"Selamat malam, cabe tengilku yang cantik." Daren menyapa dengan sok imut, sekalian menyadarkan Dara bahwa gadis itu tidak sempat mengucapkan kalimat pembuka nan gemas seperti yang dilakukan Daren barusan.

"Selamat malam, gula aren," seru Dara sambil cekikikan. Dara saking kebanyakan senyam-senyumnya, mungkin bisa dikira hantu penjaga kebun teh. Kakinya juga masih tidak bisa diam untuk berkeliling ke are perkebunan teh tersebut.

"Bekalnya udah aku habisin tadi. Emang beneran makin jago ya masaknya. Enak sampai bikin kangen."

"Makasih udah sabar ngadepin kebegoan aku ya. Hihi, bersyukur banget punya pacar gemesin kayak kamu, Ren." Dara mendadak memuji Daren. Sepertinya akibat terbawa suasana melow di kebon teh yang makin banyak nyamuknya.

"Makasih juga Ra udah biarin aku jadi bucin kamu. Gak jadi gabut deh hidupnya gula aren."

Dara cekikikan lagi mendengar ucapan. Saking serunya bisa melepas rindu dengan mengobrol santai bersama Daren, dia hampir mengabaikan pesan Bu Hanum. Dara juga bodo amat sekali dengan nyamuk yang sudah menggigitnya selama hampir setengah jam dia mondar-mandir di seputaran kebun teh. Dasar Dara. Kalau sudah berhubungan dengan Daren, dia bisa melupakan kondisinya sendiri sih. Walaupun mungkin Daren lebih gila lagi kalau berhubungan dengan memprioritaskan Dara.

SAYA [Seek Anything You Ask] #2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang