(Tulisan pertama Daren)
Setelah gue pikir-pikir, hidup gue seru juga. Ada lika-likunya kayak jalan ke puncak. Ya pada awalnya semua emang bagus sih di hidup gue.
Daren yang polos, yang dapat kasih sayang lengkap dari Mama Papa. Maklum, anak tunggal. Cuma, pada tau sendiri kan habis itu apa?
Hmm, emang siapa yang tau sih Ren habis itu apa? Kan gue nulis diary buat gue sendiri doang. Lagian ini bukan untuk gue sebar kecuali Dara. Tapi mana mungkin juga kan Dara baca? Ah, gue mau nulis apaan sih sebenarnya?
"Pacar aku dari sononya emang bego kali, yah?"
Daren menoleh ke samping kursinya. Seketika dia menjerit kaget, membuat beberapa orang di sekitar mereka jadi protes. Wajar saja karena mereka ada di perpustakaan umum kampus. Perpustakaan kampus kan tidak se-sepi perpustakaan SMA mereka yang bisa diganti nama dengan kuburan buku beserta jejeran debu.
Bukannya memprotes Dara, si gula aren malah melanjutkan tulisannya. Membiarkan Dara jika ingin terus membaca isinya atau tidak. Tentu saja mata Dara yang tajam tapi gak setajam silet itu, diam-diam melirik jelas apa yang akan ditulis Daren di buku yang baru dibeli mereka kemarin.
Barusan cabe tengil liatin tulisan gue. Kaget deh gue. Habis pacar gue makin lama kayak kuntilanak. Matanya udah kek pandan. Eh, panda deh. Ngelucu aja lo, Ren. Pokoknya gitu. Tapi gitu apanya gue juga gak tau gitu. Ini diary pertama gue, jadi kalau gak jelas, moon biarin aja wahai diri gue di masa depan.
"Ikut gue!"
"Gue?"
Dara langsung menyeret Daren keluar dari perpustakaan setelah anak itu menutup buku hariannya. Mendengar Dara yang mendadak memanggilnya dengan mode lo-gue, sudah dapat disimpulkan bahwa Dara pasti naik darah membaca isi tulisannya tadi. Mampus lah Daren.
"Kenapa sih, Ra?" Daren pura-pura polos.
Dara melipat kedua tangannya di depan dada dan memasang tampang cemberut. Matanya yang seperti yang dikatakan Daren, sudah dihiasi dengan lingkaran hitam. Padahal mereka belum mencapai zona mahasiswa semester akhir. Tapi Dara terlihat lebih kacau dibanding para senior perempuan yang menghiasi kaki mereka dengan heels menawan beserta make up nge-jreng.
"Gue-"
"Aku, Ra," ralat Daren, berusaha membenarkan cara bicara Dara kepadanya.
"Iya, lo maksudnya." Dara tidak mengerti maksud ralatan Daren.
"Kamu, Ra. Kamu," ralat Daren lagi, mulai gemas dengan cara bicara Dara setiap kali gadis itu kesal padanya.
"Lah, gue kenapa, Ren? Maksudnya, gue kesel lo nulis isi diary pertama lo jadi tentang kondisi gila gue sekarang."
Daren menyerah. Entah siapa yang tidak nyambung di sini. Salah Daren juga yang pura-pura bego saat kelalod-an Dara sedang dalam tahap menggebu-gebu begini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SAYA [Seek Anything You Ask] #2
Teen Fiction•SEQUEL of STAY AS YOU ARE• Dara dan Daren semakin menempel seperti surat dan perangko. Tapi seperti perekat yang mulai memudar, Dara dan Daren menghadapi krisis kehilangan. Seolah mereka harus mempertahankan. Mempertahankan hubungan yang tak semani...