11.00 a.m-Bandara International Soekarno Hatta, Indonesia.
Siang itu, tepat di terminal 2 aku berpamitan dengan kedua orang tuaku. Memohon izin dan doa restu agar segala keputusan yang ku ambil secara mendadak ini tetap lancar sesuai harapanku dan harapan mereka. Melepas putri sulung nya untuk menempuh pendidikan lebih lanjut di negara orang mungkin bukan perkara yang mudah, meskipun umurku sudah melewati angka 22 tahun semenjak beberapa bulan yang lalu, tetap saja di mata kedua orang tua ku, aku adalah Bina kecil yang sangat bergantung pada mereka, Bina kecil yang manja ketika sedang bersama orangtuanya, dan Bina kecil yang selalu menghabiskan setiap detik waktu dalam hidupnya bersama keluarga. Lingkungan pertemananku pun sudah paham akan hal itu mereka akan mengajak ku pergi di waktu weekday atau ketika aku tidak ada acara bersama keluarga, sampai-sampai mereka menyebut ku terlalu Family oriented, Family women, lalu ada juga yang selalu menyebutku dengan Anak papi banget. Tapi apapun itu sebutannya aku tidak keberatan karena memang begitu faktanya. Menurutku Family always come-first mereka akan selalu jadi prioritas utamaku dalam hidup no matter what happen.
Oh ya, Papa dan Mamaku memang sangat sibuk bekerja dari hari senin - jumat, tetapi mereka selalu memanfaatkan weekend sebagai quality time dengan kami, putri-putrinya. Itulah yang menjadi alasan ku untuk tidak segan menolak ajakan teman-temanku nongkrong di malam minggu demi membuntuti orangtuaku meskipun hanya untuk datang ke pesta pernikahan koleganya bahkan aku juga rela untuk bangun lebih pagi di hari minggu untuk memenuhi keinginan mereka berjalan kaki ke central sarapan komplek untuk menikmati berbagai macam makanan seperti bubur ayam, nasi pepes atau ketan hitam favorite ku & Pritta. Setelah itu biasanya kami ber-empat melanjutkan perjalanan ke pasar tradisional dekat rumah untuk membeli sayuran segar yang akan Mama olah menjadi menu makanan kami di siang hari.
ah.. aku yakin mulai besok pasti aku akan sangat merindukan moment-moment tersebut terlebih teriakan Papa di pagi hari saat membangunkan ku dan Pritta...
Kembali ku memandang wajah mereka, terlihat jelas ada raut cemas yang begitu besar disana. aku juga yakin akhir-akhir ini mereka melihat banyak perubahan dalam diriku, termasuk keputusan besar yang sama sekali tidak pernah ku diskusikan sebelumnya. Sepertinya mereka telah sadar bahwa Bina kecilnya sudah tumbuh menjadi gadis dewasa yang memiliki mimpi dan masalahnya sendiri.
Ku peluk Pritta, Papa dan Mama sekali lagi. Tangisku pecah tak terbendung dipelukan Mama. seketika aku ingin kembali pulang bersama mereka, tapi tidak mungkin... aku selalu berprinsip bahwa aku harus menyelesaikan apa yang sudah aku mulai. Dengan menguatkan hati, ku lepas pelukan Mama, ku cium tangan orang tua ku untuk meyakini mereka bahwa aku bisa dan aku berjanji bahwa aku akan baik-baik saja.
Setelah berpamitan, semua pesan dan ucapan hati-hati tidak berhenti diucapkan sampai akhirnya aku harus benar-benar berpisah dan pergi menuju check in counter untuk memperoleh boarding pass sekaligus menitipkan luggage ku untuk disimpan di bagian kargo dalam pesawat.
KAMU SEDANG MEMBACA
PHUKET OLD TOWN
ChickLitSome say it's painful to wait for someone. Some say it's painful to forget someone. But the worst pain comes when you don't know whether to wait or forget. -Unknown- then, if you were me, which one would you choose? [namun sebelumnya, pastikan kamu...