[45] Ada Jebakan Di Balik Jebakan

1.6K 387 92
                                    

Rocky berlari setelah memasuki pintu utama. Tujuannya kali ini adalah rooftop seperti permintaan Lily. Lelaki itu tersenyum, semuanya berjalan lancar tanpa kendala apapun. Mengalir seperti air dan sesuai rencana. Beberapa kali dia sempat berpapasan dengan siswa kelas A lainnya, dan mereka juga memberi tatapan sinis pada Rocky.

"Aku harus segera menyelesaikan ini. Anjing menggonggong, tapi dia tidak sadar dengan apa yang sudah dilakukannya. Memalukan."

Sebelum menaikki tangga lantai empat, seseorang meraih tangan Rocky lalu menariknya ke balik pintu kelas.

"Apa kau gila!" Lidya menekan kalimatnya agar tak di dengar oranglain.

Rocky melepas tangannya dari genggaman tangan Lidya. "Apa maksudmu!"

"Ck! Ponsel Lily, kau mencurinya?" Lidya kini beralih memegang bahu Rocky.

Rocky menaikkan sebelah alis. "Sudah berapa banyak orang yang tahu? Apa dewan konselor tahu?"

Lidya menahan napas lalu menoleh ke kanan dan ke kiri. Sekarang keduanya tengah berada di dalam ruang kosong dekat tangga. Tempat yang hampir tidak pernah dikunjungi oleh siswa siswi karena terkesan angker.

"Mereka belum tahu, tapi akan tahu. Kalau kau ikuti panggilan Lily, kau akan terjebak!" Lidya menunjuk-nunjuk dada Rocky hingga lelaki itu mundur selangkah.

"Maksudmu?" Rocky menaikkan sebelah alisnya.

"Kau tahu, Bastian melihatmu meletakkan ponsel Lily di bawah kursi siang itu! Sekarang di rooftop, ada Bastian, Lily dan juga Mecca. Apa yang akan kau katakan pada mereka?"

"Apa?" Rocky hampir saja berteriak.

Rocky hampir tidak percaya dengan apa yang telah didengarnya. Dia berpikir rencananya berjalan lancar, namun ternyata diluar dugaan.

"Bagaimana kau tahu kalau Bastian melihatku?" Rocky menekan tiap kalimat yang diucapkannya.

Lidya mengusap wajah kasar lalu menghela napas panjang. "Tadi pagi, Bastian berangkat lebih pagi dan berbicara dengan semua penghuni kelas! Itulah sebabnya Lily menemukan aplikasi penyadap di ponselnya dibantu oleh Bastian."

"Astaga!" Rocky menjambak rambutnya lalu membuang muka.

Hening seketika menyeruak. Rocky dan Lidya sama-sama larut dalam pikiran masing-masing. Namun tiba-tiba suatu hal membuat Rocky curiga atas sikap Lidya saat ini. Lelaki itu menatap Lidya lekat.

"Kenapa kau tiba-tiba memberitahuku?" tanya Rocky curiga.

Lidya sontak terkejut lalu mengedipkan mata beberapa kali. "A--apa?"

"Apa mereka menyuruhmu untuk memata-mataiku?" tanya Rocky lagi.

"Apa maksudmu?" Lidya menaikkan suaranya sembari berkacak pinggang.

"Siapa tahu? Bukankah tidak ada yang bisa dipercaya di kelas kita?" Rocky memancing emosi Lidya dengan kata-katanya. Dengan cara inilah Rocky bisa tahu, apa tujuan Lidya bersikap berbeda beberapa hari ini.

Gadis itu terdiam lalu membuang muka. Dia juga menggigit bibir seperti ragu untuk mengatakannya. Rocky melirik arloji di pergelangan tangannya lalu mengusap ujung kepala Lidya.

"Tak perlu risau, jawab saja nanti."

Bunyi bel berdering akhirnya memecah keheningan. Tubuh Lidya terasa terpaku seketika saat Rocky melakukan itu. Rocky tersenyum manis lalu memasukkan tangannya ke dalam saku sembari melangkah keluar.

Rocky memilih menuruti ucapan Lidya untuk tidak menemui Lily di rooftop. Tepat saat Rocky melangkahkan kaki ke dalam kelas, semua mata langsung tertuju padanya. Tatapan sinis dan juga kesal jelas tergambar pada seluruh penghuni kelas, baik Metha sekalipun.

THE CLASS [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang