2. Boy's

68 35 17
                                    

Tidak banyak yang dilakukan oleh Jessi setelah kepergian ayahnya. Selain karena tidak mengenal siapa pun dia juga masih kurang tahu denah Andromeda 2. Dari gedung utama alias gedung sekolah ke asrama putri saja Jessi sudah dibuat pusing karena harus melalui lorong - lorong bercabang. Dia tidak ingin menyesatkan dirinya sendiri dengan nekat keluar kamar hanya untuk mencari udara segar.

Di bukanya tas selempang berwarna kuning miliknya yang dia gunakan tadi siang. Ada enam batang coklat putih yang sengaja dia bawa dari rumah.

Sembari tengkurap di atas karpet berbulu di tengah ruangan, Jessi membaca buku yang tebalnya 158 halaman. Buku yang diberikan oleh pihak sekolah untuk lebih mengenal sekolahnya.

Pada sampul buku di isi dengan gambar gedung utama dengan tulisan huruf besar 'ANDROMEDA' dan di bawah nama kebesaran itu terdapat sepotong kalimat visi dari Andromeda.

Beberapa halaman berikutnya ada foto - foto alumni lulusan dari Andromeda yang sukses. Satu dua diantaranya dapat Jessi kenali karena menjadi tokoh masyarakat yang sering riwa riwi di layar televisi.

"Ra buka pintu, Ra!! Cepetan bukain tolol!!! " Teriak orang dari balik pintu dengan menggedor - gedor brutal.

Jessi bangkit dari posisinya lalu membuka pintu hitam kamar asramanya dengan sedikit ragu. Ayolah orang gila mana yang bertamu dengan memaksa seperti itu.

"Lama banget sih, Ra! Gue udah-" ucapannya terpotong kala melihat wajah Jessi yang dia temui.

"Maaf ada apa ya? "

Gadis yang tubuhnya lebih tinggi 9CM dari Jessi itu mengintip ke dalam kamar seperti orang yang mencari sesuatu. "Ini kamarnya Laura 'kan? Atau gue salah gedor pintu? " Mata kucingnya menoleh pada nomer kamar yang ada di pintu, "bener kok sembilan sembilan. Lo siapa? Laura mana? "

"Laura? " Jessi membutuhkan beberapa detik untuk berfikir. "Laura itu orang yang tinggal di kamar ini? Kata Bu Ghina lagi pulang ke rumah buat nikmatin liburan kenaikan kelas. "

"Rumah? Laura itu udah balik ke sini sejak tiga hari lalu," gadis dengan baju biru itu masuk tanpa permisi lalu membuka tiari dan jendela.

Jessi hanya memandang dengan menikmati coklat putihnya yang tinggal setengah. Dia tidak peduli jika gadis itu tidak sopan atau terlalu kasar.

"DHIKAAA!!! LAURA GAK ADA DI KAMARNYA!!! " Teriaknya dengan lantang dari jendela.

Kaki putih yang terbalut dengan celana santai yang hanya sampai setengah paha bergerak kesana kemari mengedarkan pandangan mencari sesuatu. "Lo siapa? Nama lo siapa? "

"Jessi, Jessica Veronica. Panggil aja gue Jessi. "

"Salam kenal gue, Lili kelas dua belas sama kaya Laura. Lo adek kelas ya? " Ucapnya setelah melirik buku yang tadinya Jessi baca.

Mengangguk kaku Jessi menjawab. Ini kakak kelasnya, salah sedikit bisa kacau. Jessi tidak ingin mendapat masalah di hari pertama dia ada di sini.

"Lo takut darah nggak? "

Satu langkah mundur Jessi saat mendengar pertanyaan dari Lili. Pertanyaan macam apa itu?! Apa kakak kelasnya yang terlihat cantik ini akan membunuhnya? Kepalanya menggeleng samar untuk mengenyahkan pikiran negatifnya namun sepertinya itu membuat Lili salah paham yang mengira itu jawaban dari pertanyaannya.

"Bagus kalo gitu, ikut gue bentar yuk!" Ajaknya yang langsung menggeret tangan Jessi tanpa menunggu persetujuan.

"Ma-mau kemana? "

Lili berhenti di depan pintu lalu menoleh pada Jessi, tangan kanannya menyentuh pundak Jessi dengan mantab. "Gue anggap lo temen gue dan gue punya temen yang lagi butuh bantuan. Secara otomatis temen gue yang butuh bantuan juga butuh bantuan lo juga! "

DangerouslyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang