Mereka terpaksa berangkat menuju pasar lebih siang karena Aldri yang lama mempersiapkan diri, dan alhasil mereka pulang ketika matahari sudah muncul sempurna di ufuk timur. Kaesang merasa sangat kesal karena terpaksa membuka kedai terlambat dari waktu biasanya, dan tentu saja pelanggan yang hendak bersantai di kedai miliknya menjadi berkurang. Karena kesal, Kaesang berjalan dengan cepat menuju kedai membuat Aldri tertinggal jauh darinya. Nafas mereka memang sudah ngos-ngosan, tetapi jiwa mandiri Aldri kalah dengan jiwa manja Kaesang. Pria berambut pirang itu masih kuat menenteng dua kantung penuh berisi dengan gula dan tepung untuk membuat kue, sedangkan Aldri sudah berubah menjadi manusia mleyot karena kepanasan dan bawaan yang beratnya sama dengan Kaesang.
"Apa kita tidak beristirahat dulu sejenak? aku sangat haus!" ucap Aldri sembari menahan beban yang dipegangnya agar tidak jatuh. Kaesang yang melihat kelakuan Aldri ini hanya bisa mendengus kasar dan mengiyakan sang empu untuk berisitirahat sejenak.
"Ya sudah kita duduk di kedai kopi sebrang jalan sana" ucap Kaesang sembari menunjuk kedai yang cukup sepi, hanya ada beberapa pengunjung yang sepertinya juga hendak keluar. Kaesang memesan kopi dengan tergesa, karena semakin memikiran waktu yang sudah mereka buang karena kesiangan ini. Ketika kopi sudah tiba, dia pun meminumnya dengan terburu-buru.
"Hei, santai saja kali! kita tidak akan kehilangan rezeki hanya dengan terlambat membuka kedai" ucap Aldri yang ngilu membayangkan rasa kopi panas yang langsung diminum. Pasti lidahnya kini sudah mati rasa, pikirnya.
"tapi kita sudah terlambat satu jam lebih! kau bayangkan berapa banyak orang yang menunggu kedai kita buka? Memangnya kau tidak tahu banyak sekali anak sekolah yang suka sekali jajan di kedai kita sebelum mereka berangkat sekolah?" ucap Kaesang membara dengan cangkir kopi yang ikut terangkat, dan itu membuat Aldri tersenyum. Kaesang sudah masuk ke dalam perangkap Aldri, dan kini dia bisa semakin mengulur waktu kedai untuk buka.
"Makanan buatan kita tidak seenak yang kamu kira. Mungkin mereka membeli karena tertarik dengan wajahmu yang imut? atau... Hei! apa kamu tidak merasa kalau akhir-akhir ini pelanggan kita didominasi oleh wanita?" Aldri yang merespon ocehan Kaesang memikirkan satu hal yang disadarinya akhir-akhir ini, dan itu adalah pelanggan yang diam-diam memotretnya serta berteriak tertahan ketika Aldri sedang melayani pesanan.
"Mungkin karena promosi kita di media sosial cukup membuahkan hasil, atau mungkin... ini semua karena kamu"
"Aku? Aku kenapa memangnya?"
"Lihat wajahmu. Wanita mana yang tidak tergila-gila dengan wajah tampan sepertimu"
"Eish, mana ada. Kamu juga tampan kok, banyak juga kan yang meminta nomor teleponmu"
"Tapi mereka menghubungiku untuk mengenalkan mereka padamu"
"Yang benar saja. Sudahlah, cepat habiskan kopimu dan kita cepat pergi dari sini" setelah mereka selesai membahas soal kedai mereka dan hendak pergi, tiba-tiba teriakan dari seorang pria menggelegar dari dalam dan membuat mereka berdua meletakkan atensi sejenak terhadap apa yang sedang terjadi.
"APA KAMU BUTA? BAGAIMANA BISA KAMU MENUMPAHKAN KOPI PANAS PADA BAJU MAHALKU INI??!!" seorang pria berperawakan besar itu sedang berkacak pinggang di hadapan seorang pelayan kedai yang gemetar ketakutan.
"Maafkan saya tuan, saya akan membersihkannya dan mengganti pakaian anda"
"Kamu tak sadar jika dada saya juga melepuh akibat tumpahan kopimu itu?"
"M-mari saya antar ke belakang, setidaknya luka anda harus dibersihkan" setelah sang pelayan berkata bahwa dia akan bertanggung jawab di belakang, senyum pria itu muncul dengan begitu aneh. Aldri yang melihat senyum tersebut menyadari sesuatu, senyum itu bukanlah senyum yang baik. Aldri meletakkan kembali barang belanjaan dan berjalan ke dalam kedai.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thunder: The Hidden Treasure
FantasyAttention! Ateez fantasy story, Terinspirasi dari comeback terbaru mereka, ZERO: FEVER PART 1. Ini murni pemikiran penulis, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan karya milik orang lain. Tentang delapan remaja berkumpul dalam mimpi untuk meraih mimp...