Siang yang kelabu, sama seperti kondisi hati Aldri. Hidupnya sudah cukup hancur dengan tinggal sendiri setelah kecelakaan tunggal yang menewaskan satu keluarganya, tetapi hari ini dia juga baru dipecat dari kerja paruh waktunya. Lengkap sudah, hidupnya kini menjadi seorang gelandangan. berkaleng-kaleng bir sudah habis ditenggak olehnya, tetapi suasana hatinya tak kunjung membaik. Kini dia sudah mabuk, tergeletak di kursi taman kota yang cukup jauh dari keramaian.
"Aldri?" sahut seseorang yang kini berdiri di depan Aldri. Matanya memicing untuk melihat siapa orang yang berdiri menghalangi matahari. Dia terkekeh begitu tahu siapa orang itu.
si culun Kaesang!
"Kamu punya banyak waktu ya untuk menyapa gelandangan sepertiku" Aldri mengibaskan lengannya, memberi tanda untuk Kaesang agar pergi dari hadapannya. Namun pria dengan suspender berwarna merah darah ini tidak beranjak dan masih mengemut permen lolipopnya yang belum habis.
" Aku bukannya ada waktu, tapi proyek pameran seni milik ayah ada di seberang sana. Kebetulan aku melihatmu setelah membeli minuman ringan di dekat sini"
"Pergi! aku tidak suka berbicara dengan orang sibuk" mendapat pengusiran dari Aldri, Kaesang hanya mengedikkan bahu dan berjalan menjauh. Namun sifat belikan Aldri kini mengusiknya dan sekarang dia duduk sambil melihat sosok Kaesang yang perlahan menjauh.
"Hei, hei! Kamu beneran akan pergi?! HEI!!" Aldri berusaha bangun, namun karena dalam pengaruh alkhohol dia menjadi tidak fokus dan akhirnya terperosok ke dalam drainase yang terbuka di dekatnya. Seketika Aldri yang terperosok dan terbentur dinding drainase tak sadarkan diri. Kaesang yang mendengar suara jatuh di belakangnya sontak menoleh dan langsung mendecakkan lidahnya. Dia mengambil handphone dari sakunya dan menelepon seseorang.
"Bawa mobilku ke taman, ada orang gila yang terperosok ke dalam drainase"
-o0o-
Samar-samar Aldri menangkap cahaya yang hangat mengelilinginya. Dia melihat sekitar dan mendapati dirinya di kasur mewah yang harganya bisa dipakai untuk membeli apartemen kecil nya sekarang.
"Dimana ini?"
"Tempat yang akan membuatmu sujud syukur seumur hidup" ucap sosok yang baru keluar dari bilik kamar mandi. rambut pirangnya yang masih menteskan air, bau orang mewah yang menusuk hidung siapapun yang menciumnya, dan mata hazelnya yang memang terkenal semasa SMA dulu. sungguh, kini dia menciut melihat betapa keren nya Kaesang saat ini.
Kaesang berjalan menuju bilik pakaian dan mengganti pakaian di sana. Tak lama dia keluar dengan pakaian santai -tetapi tetap mewah dan duduk di meja rias yang letaknya bersebrangan dengan ranjang, lalu memulai aksi merawat wajahnya dengan produk-produk yang Aldri yakini harganya setara dengan biaya makannya selama sebulan.
"Kamu mau diam disitu terus atau bangkit dan membersihkan diri, huh? Aku sudah sangat baik membiarkan badan baumu tidur di kasurku, kini jangan banyak tingkah dan cepat bersihkan dirimu. Aku alergi bau orang miskin"
mendengar ucapan Kaesang barusan membuat urat leher Aldri mengeras. Dia bangkit dari ranjang dan berjalan meraih Kaesang untuk dihajar
"Kau-" kata Aldri meninggi, namun segera dipotong oleh hempasan dari tangan Kaesang. Mata hazel Kaesang itu menatap tajam Aldri yang kini terseungkur di depannya.
"Atau kau mau keluar sekarang? pintu keluar selalu terbuka"
"Lantas apa tujuan kamu membawaku kemari? Aku juga tak sudi bersahabat dengan orang kaya seperti kau" Kaesang mendekat dan menunduk sembari menatap tajam Aldri, dan dibalas tatapan yang tak kalah tajam darinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thunder: The Hidden Treasure
FantasyAttention! Ateez fantasy story, Terinspirasi dari comeback terbaru mereka, ZERO: FEVER PART 1. Ini murni pemikiran penulis, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan karya milik orang lain. Tentang delapan remaja berkumpul dalam mimpi untuk meraih mimp...