Rasya dan Aldri terbangun pukul empat pagi dengan suasana hati yang kacau. Mereka berharap dengan tidur, setidaknya mereka bisa melupakan masalah pelik di dunia. Namun yang didapat dalam mimpi pun sama buruknya dengan kehidupan dunia nyata.
"Sumpah, aku tidak ingin bermimpi ini lagi" ucap Aldri yang masih memeluk gulingnya begitu erat.
"Tapi kurasa kita akan terus seperti ini, entah sampai kapan itu" jawab Rasya seraya bergegas menuju kamar mandi dan membersihkan diri.
"Kamu mau kemana?" tanya Aldri saat melihat Rasya sudah rapi dengan setelan kemeja putih yang sudah tampak kusam. Mereka yang saat itu sedang sarapan berusaha menelan makanan dengan susah. Rasya yang saat itu sudah menghabiskan potongan rotinya beranjak pergi dan mengambil beberapa dokumen untuk melamar kerja.
"Aku akan mencari kerja. Jika aku ingin tinggal bersamamu setidaknya aku bisa memberimu sesuap nasi" ucapnya sebelum menutup pintu, meninggalkan Aldri yang terdiam di tempatnya. Aldri yang saat itu masih belum menyelesaikan sarapannya hanya menatap sedih pada roti yang sudah tergigit itu, nafsu makannya itu menguap tanpa sebab.
"Kamu memang tidak berubah ya, aku takjub pada tekad kuatmu"
Pagi itu dia berkeliling kota untuk kembali mencari pekerjaan baru, namun hingga siang menyapa dia tidak menemukan toko yang mau menerimanya. Rasya menyandarkan punggungnya ke teralis, dan dia yang saat itu tidak membawa bekal apapun hanya terduduk di depan toko yang tutup sambil berusaha menahan haus. Matanya berani menantang sang raja surya untuk berperang, namun kini tertutup oleh bayangan seseorang.
"Aku jarang menemukan pemuda lalu lalang di daerah sini. Ada apa yang membuatmu kemari, anak muda?" tanya seorang pria berusia 40 tahunan menyodorkan sebotol air mineral padanya. Pakaian model retro yang nyentrik menyilaukan pandangan Rasya, membuatnya memandang aneh pada pria itu.
"aku sedang mencari pekerjaan, tapi sedari tadi aku tidak menemukan toko yang membuka lowongan pekerjaan" Rasya menjawab dengan ogah-ogahan, karena tatapan sang kakek terlihat mencurigakan. Pasalnya paman tersebut tersenyum sejak awal menyapanya dan senyumnya itu tidak kunjung turun.
"Kau mau bekerja denganku? Aku punya pekerjaan untukmu di toko jam milikku"
"benarkah? saya mau!" Sang paman mengajaknya menuju tempat yang dijanjikan memiliki itu. Saat paman tersebut memasuki toko, Rasya menyadari bahwa ini sedaritadi dia melintas kesini namun tidak menanyakan ke toko jam ini, karena Rasya pikir toko ini tidak punya pekerjaan untuknya.
"Mulai hari ini kamu bekerja disini untuk megurus semuanya. Membersihkan, melayani pelanggan, mencatat laporan keuangan toko ini, dan melaporkannya padaku. Jika ada apa-apa kamu bisa memanggilku di lantai dua" ucap sang kakek paman berlalu meninggalkan Rasya dengan pekerjaannya. Rasya menyambut pekerjaan ini dengan baik, dan mulai membersihkan jam yang terpajang dengan teliti. Selama membersihkan jam, dia melihat sesuatu yang berkilau diantara di etalase paling ujung. Dia mendekati jam tersebut dan terkejut bukan main.
jam pasir ini kan...
Tak lama kemudian, kesadaran Rasya mulai hilang dan dia terjatuh di pojok ruangan. Rasya tahu bahwa sekarang sedang berada di dunia mimpi, lagi. Bahkan dia tertidur di hari pertama bekerja dan ini siang hari. Bagaimana reaksi sang paman saat tahu karyawan barunya ini malah tertidur di pojokan?
"Sialan" umpat Rasya saat melihat tempatnya sekarang adalah gudang tua itu, namun kondisinya persis seperti awal dia bertemu dengan orang berjubah hitam itu. Rasya paham sekarang, tempat ini tidak dapat berubah namun isinya dapat diubah total. Seperti yang Rasya kira juga, orang berjubah hitam itu berjalan menghampirinya. Rasya menatapnya dengan sengit dan tak suka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Thunder: The Hidden Treasure
FantasyAttention! Ateez fantasy story, Terinspirasi dari comeback terbaru mereka, ZERO: FEVER PART 1. Ini murni pemikiran penulis, jadi tidak ada sangkut pautnya dengan karya milik orang lain. Tentang delapan remaja berkumpul dalam mimpi untuk meraih mimp...