2. Rasya - me and 7 unlucky boy

7 1 0
                                    



"Kamu serius kabur dari rumah?!"

"Maaf, ga ada yang terlintas di pikiran selain kamu"

Begitulah inti dari pembicaraan panjang antara Rasya dengan teman semasa SMA dulu. Setelah seharian dia berjalan tak tentu arah, akhirnya dia berdiri di depan apartemen yang berada di kawasan padat penduduk. Rasya yang sudah nampak lusuh membuat pria itu merasa tidak enak, dia hanya bisa berdecak dan membuka pintunya lebar. 

"Aish, ya sudahlah. Masuk"

Setelah Rasya masuk kedalam apartemen pria itu, dia membersihkan diri dan berbincang mengenai apa yang baru saja menimpanya -kecuali mimpi itu. Setelah pembicaraan mereka habis, Rasya melihat ke sekeliling apartemen pria itu. 

"Apartemen milikmu tidak berubah sejak enam tahun lalu aku kemari" ucap Rasya dengan mata yang masih terus menjelajah isi apartemen milik pria ini. Aldri -panggil saja begitu menatap kosong langit-langit ruang tamu dan menghela nafas frustasi seraya tersenyum miring. 

"Aku mana punya uang, untuk biaya sewa saja aku harus berhutang sana sini" jawab Aldri sambil menutup matanya dengan lengan kurusnya itu, berusaha menghindari tatapan kepo Rasya yang liar. 

"Tapi kamu masih buka restoran kan?" tangan yang digunakan untuk menutup matanya itu turun dan dia menatap Rasya dengan bimbang. Rasya yang tahu situasi sahabatnya itu hanya bisa merangkul pundaknya, bermaksud menguatkan hatinya. 

"tak apa, kau tidak perlu cerita padaku"

"Restoran ku bangkrut tak lama setelah kita tidak saling mengabari"

"Aku ikut sedih mendengarnya"

"Tak apa, lagipula ini murni kebodohanku. Meninggalkan apa yang sudah dimiliki demi orang lain, adalah kebodohan terbesar yang sudah kulakukan"

"Aku tahu, semoga masalahmu bisa cepat selesai" Rasya mengelus pundak sang sahabat, yang sukses membuat Aldri jadi lebih tenang. Mereka kembali berbincang secara random, hingga tanpa terasa waktu sudah menunjukkan jam tengah malam. 

"Sudah malam, bagaimana kalau kita bersiap untuk istirahat? Aku yakin kamu juga lelah kesana kemari" Mereka berjalan menuju ruang tidur dan bersiap untuk beristirahat. Rasya terkekeh mengingat enam tahun lalu dia berada disini untuk bermain bersama Aldri, dan bahkan Aldri tak segan untuk membagi ranjang padanya -dimana Rasya pikir bahwa ranjang merupakan tempat ternyaman baginya dan tidak bisa dibagi kepada orang lain. Saat mencoba berbaring, mereka tidak berhenti tertawa karena menyadari satu hal. Terakhir kali Rasya tidur di ranjang ini enam tahun lalu, panjang Ranjang ini terasa pas baginya, namun kini kaki miliknya dan milik Rasya menggantung bebas di udara. Pertambahan tinggi badan laki-laki memang tak main-main. 

"Hei, kau suka tidur dengan kaki menggantung seperti ini?" SIndir Rasya jahil seraya mengayunkan kakinya keatas, memperlihatkan kaki putih pucatnya yang menggantung di udara.

"Mana ada. Aku selalu tidur dengan posisi menyerong" jawab Aldri ketus sembari berusaha mematikan lampu tidur yang ada di sampingnya. Pikiran jahil Rasya kembali muncul, dia mengayunkan salah satu kakinya dan menindih kedua paha Aldri hingga sahabatnya itu mengaduh keberatan. Tak berhenti sampai disitu. Karena keduanya tidak bisa tidur tanpa guling dan posisi guling sudah berada pada pelukan Aldri, alhasil Rasya memeluk Aldri dari samping alih-alih memeluk bantal guling. Aldri yang sudah dipeluk erat oleh Rasya sudah mulai sesak dan berusaha untuk kabur. 

"Haish, jangan mulai!" Aldri mencubit pinggang Rasya dan terjadilah perang bantal -dan mulut yang sengit diantara mereka berdua. Namun hal itu tidak berlangsung lama karena mereka sudah terlalu lelah, dan mereka memutuskan untuk segera membaringkan kepala di atas bantal. 

Thunder: The Hidden TreasureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang