Bagian 2, 1037

15 4 0
                                    

Dalam perjalanan pulang kami berdiskusi soal kejatuhan Einbrecht dan kemungkinan letak batu-batu mulia. Sesungguhnya aku ingin menawarkan diri untuk membantu, lagipula beryl merah-batu mulia yang dipilih menjadi inti mahkotanya-adalah salah satu batu mulia yang disimpan dan dijaga sepenuhnya oleh keluarga Kerajaan Renatine. Aku bisa saja menyusup dan mengambilnya, namun akan sulit karena Youngjo dapat mengenali postur tubuh dan bentuk wajahku dengan mudah.

"Yang aku tahu dari beryl merah ialah mereka tertimbun dalam tanah pegunungan-"

"Dan dikoleksi oleh keluarga Kerajaan Renatine," potong si gadis. Beberapa warga menoleh ketika mendengar nama itu, anak-anak berhenti mengomel dan para pekerja tiba-tiba berhenti. Renatine, yang dulunya adalah Leómara, adalah rumah lama dan tempat mereka tumbuh dewasa. Wajar saja bila mereka terkejut, karena pastinya hati itu terasa pilu sebab kenangan akan rumah semakin membiru.

"Maksudmu Leómara? Sebelum Leómara runtuh bangkit dengan nama Renatine, beryl merah sudah menjadi harta kebanggaan pendahuluku," koreksiku. Mendengar itu, orang-orang desa kembali menyibukkan diri dan sebisa mungkin mengabaikan percakapan kami. Aku tahu mereka pasti rindu akan tanah itu, dulu seringkali rakyat kerajaan lain memanggil para warga kerajaan dengan sebutan "Si Pemberani dari Tanah Abadi", rasanya aku ingin kembali, tapi bagaimana harga diri?

"Kau benar, maaf."

"Lalu kapan kau akan berangkat ke Einbrecht?"

"Mungkin besok pagi? Entahlah, aku tidak bisa berlama-lama tapi aku juga tidak mau berjalan dalam gelap malam," katanya. Aku mengangguk, menyadari bahwa gadis itu mungkin butuh gaun baru, kumintai seorang pengikutku untuk mengambil salah satu gaun yang biasa aku kenakan.

"Kalau begitu tinggallah, hanya satu malam lalu kau boleh memulai perjalanan," jawabku sembari menyuruhnya duduk di atas batu besar yang rata. Gaunnya sudah rusak dan telapak kakinya terluka, jalan-jalan ke hutan memang bukan pilihan yang paling baik bagi seorang putri sepertinya, tapi dia cukup hebat karena belum menyerah. "Gaunmu rusak, aku punya beberapa pilihan yang aman untuk mendaki, tidak begitu panjang dan tidak begitu pendek."

"Tidak apa, sudah banyak yang aku dapatkan darimu, aku bisa melanjutkan hanya dengan pakaian ini."

"Terima atau kutahan kau di sini selamanya," sahutku sembari menyodorkan lipatan gaun ungu hangat dengan mantel dan sepatu datar. Ya, aku sering mengenakan pakaian itu untuk menyamar, jangan ragukan kejantananku. Gadis itu menerimanya dan berjanji untuk mengganti gaun kotornya dengan pakaian itu esok hari sebelum berangkat. "Oh dan, soal beryl itu tidak usah kau pusingkan, aku akan membawakannya untukmu."

"Bagaimana jika Youngjo si penasihat raja menyadarinya?"

"Itu urusan nanti. Sulit bagimu untuk menyusup ke istana itu, dan lagi, aku ingin kau merebut tahta itu," ujarku sambil melemparkan senyum kecil ke arahnya. Bayangan kemarahan dari Yeo Hwanwoong 5 tahun yang lalu terlintas di kepalaku ketika mata kami bertemu. Pemberontakan berdarah hanya demi tahta, amarahmu mengerikan, Hwanwoong.

"Jangan memberontak sepertiku, ya?"


☆★☆


Mentari telah lama terbit, namun Siyeon belum menunjukkan tanda-tanda ia akan pergi. Jadi pagi itu kuputuskan untuk menemui anak-anak di tempat biasa mereka berkumpul, pinggiran sungai aku rasa. Tujuan utamaku bukan untuk mengajak mereka bermain, namun memeriksa apakah jalan menuju Einbrecht masih terbuka.

Leómara dan MurkaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang