Follow dulu authornya yow!
Arombai_Spam komen juga boleh. Xixixi
Votenya jugaa yaa😚biar makin mangattss authornya."Panggil Mbah las jika ada apa-apa," Wanita tua itu berjalan menaiki panggung.
Riri terdiam, berdiri di sana. Semua mata tertuju ke arahnya. Seolah, ia adalah makhluk asing yang harus disingkirkan.
Alunan gamelan semakin nyaring terdengar. Mbah las memainkan selendangnya dengan anggun. Bibir merahnya mengkilap saat bertabrakan dengan lampu. Entah apa yang dilakukan mereka. Mereka yang sedang berjalan mengitari Mbah Las.
Lampu terpasang dimana-mana. Seperti acara besar-besaran layaknya di kota maupun desa-desa. Terang, sangat terang. Bahkan Riri bisa melihat jelas wajah pucat mereka. Bocah itu berdiri di barisan paling belakang, sedangkan orang-orang itu berdiri tegap di depannya. Mereka tidak bergerak sedikitpun. Sejak pertama ke sini, bulu kuduknya sudah meremang.
Gamelan ditabuh semakin cepat, bersamaan dengan robohnya tubuh wanita tua yang sedang menari gemulai.
Riri panik melihat hal tersebut. Ia langsung berlari ke sana.
Jedugg....
Jantungnya berpacu.
Secara otomatis, kakinya berhenti berlari. Seketika nyalinya menciut. Semua mata melotot ke Riri. Bocah itu diam, lalu menunduk.Mereka berjalan bergerumbul, menaiki panggung. Lalu mengangkat tubuh Mbah Las yang terbujur lemas di atas sana.
Mereka menggotong tubuh kurus itu ke belakang panggung. Langkahnya terseok seperti orang pincang. Dalam hitungan detik, semua lenyap.
Riri melangkah mundur, hingga berbenturan dengan pohon besar di belakangnya. Ia menggenggam kedua tangannya. Keringat dingin berbaur dengan Sepoi angin malam.
Sedetik itu juga, semuanya gelap. Lampu-lampu besar menghilang entah kemana. Hanya suara jangkrik yang terdengar nyaring.
Blukkk.....
Riri terlonjak saat sesuatu jatuh. Tepat di samping ia berdiri sekarang. Mata kecilnya ia pejamkan. Bocah itu takut jika ada sesuatu yang mengerikan.Setelah beberapa menit. Tidak ada pergerakan di sekitarnya. Gadis itu mengintip di balik matanya. Apa yang jatuh dari atas pohon. Sebuah tas jinjing berwarna hitam.
Riri segera mengambil tas itu. Saat menggeledah isinya, pakaiannya terlepit rapi. Ia merasa, benda itu miliknya.
Bocah itu menengadahkan kepalanya. 'Bagaimana mungkin?'
Batinnya.Srettt......
Bayangan putih melintas dengan cepat di depannya. Membuat matanya teralihkan.
Ia masih mencerna semua ini. Dan, kemana hilangnya panggung itu.Riri mencoba untuk berjalan menembus ilalang setinggi pahanya. Gelap. Matanya terasa buta. Hanya cahaya bulan yang sedikit meruntuhkan kegelapan.
Ia terus berputar mengelilingi hutan. Nasib baik berpihak pada bocah itu. Jalan setapak terlihat memanjang. Riri terus berjalan mengikuti jalanan yang entah menuju kemana. Yang jelas, ia ingin segera keluar dari sana.
Hujan deras tiba-tiba turun mengguyur pepohonan dan ilalang liar. Jalanan menjadi becek. Tanah melekat di sendal jepitnya karena basah.
Riri berjalan dari arah barat, ke timur.
Bocah itu berhenti, menoleh ke kiri, tepat di sebuah gang perkampungan. Gapura berwarna putih pudar. Ditumbuhi lumut hijau yang menjalar hampir di seluruh bagian. Pojok gapura sudah hancur. Memperlihatkan batu bata berwarna merah kehitaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
PULANGNYA BALAKOSA (END)
Mystery / ThrillerHujan deras mengguyur hutan yang masih padat dengan pepohonan. Seorang wanita berjalan menyusuri jalanan yang tampak becek di penuhi ilalang liar dan rumput yang tumbuh dengan subur. Ia membawa lampu ublik sebagian penerangan. Setiap satu bulan seka...