The Wrong Bride

217 22 15
                                    

Happy Sunday, Happy Reading

***


Risa menatap tangan Michele yang sedang menghapus makeup di wajah Bobby. Ia menoleh kearah jendela besar yang tepat berada di sebelah kanannya. Hujan deras pun turun di kota Paris. Tidak biasanya hujan turun selebat ini. Padahal beberapa menit yang lalu ia membaca prediksi cuaca untuk hari ini adalah berawan bukan hujan lebat.

Cuaca memang tidak bisa diprediksi dengan pasti.

Michele masih mengelap wajah Bobby dengan kapasnya. Ia sudah terbiasa mencoba berbagai macam teknik makeup. Risa dan Bobby sebenarnya tidak keberatan dengan hobi Michele yang terbilang cukup aneh. Yang membuat mereka keberatan adalah Michele selalu memaksa mereka ikut serta bahkan dijadikan tikus percobaan.

Seminggu yang lalu Michele mengajak mereka berkumpul hanya untuk mencoba teknik face lifting dengan makeup. Dan yang terjadi adalah wajah Bobby yang sudah jelek menjadi lebih jelek karena teknik itu. Sebenarnya Bobby ingin sekali menolak ajakan Michele tapi ia kasihan.

"Hidungmu..." Michele berbicara disampingnya, "Kau mimisan Risa!!".

Risa kebingungan dan langsung mengusap hidungnya pelan. Ia menatap telapak tangannya yang tadi ia pakai untuk mengusap hidungnya kini berlumuran darah.

Risa panik tangannya meraih sebuah tissu dan menyeka lubang hidungnya, "maaf".

Bobby melirik "Pasti lo tuh stress Ris, kan biasanya emang mimisan kalo lagi stress". ujarnya.

Michele menghentikan tangannya, " emang lo stress mikirin apa Ris? mantan lo itu?" tanya Michele.

Risa menghela napas panjang, "Gue stress karena butuh liburan, ngapain juga mikirin mantan" ujarnya sambil menoyor kepala Michele dan Bobby bergantian.

"Eh bener juga nih, liburan yuk" ujar Michele antusias, "Eh tapi jadwal gw padet banget".

"Ya gue juga mau liburan tapi gatau kapan" Risa mengangkat bahunya acuh, "Eh Bob kan lo gue suruh kosongin jadwal gue".

"Gabisa Risa lo udah tanda tangan kontrak, jangan aneh-aneh deh! cukup sekali aja lo buat ulah sama client".

***

"Sayang, kenapa kau masih menyimpan lukisan itu?" ujar Denna, ia memperhatikan lukisan yang dulu dibuat Risa tepat di depan matanya sendiri.

"Biarkan saja" balas Lukas santai.

"Kenang-kenangan? jadi gak mau dibuang?" tanya Denna sambil mengikat rambutnya.

"Gausah dibahas lagi Den, sudah beberapa tahun berlalu".

Denna tidak membalas.

"Kau tidak ingin mendengar bagaimana kabar Risana Eugené saat ini?" tawar Denna.

"Kurasa tidak" Lukas menjawab dengan ragu-ragu.

Denna berdecak " sayang sekali, padahal aku ingin menceritakannya padamu" ia kemudian terdiam mengikuti Lukas menatap pohon.

Mereka saling membisu selama beberapa saat.

"Memangnya bagaimana dia? ada yang spesial?" Lukas tiba-tiba berbicara memecah kesunyian diantara mereka. Mata Denna terbelalak tidak percaya karena ini pertama kalinya Lukas bertanya bagaimana kabar Risa sekarang.

"Aku tahu kau sebenarnya tertarik" Ujar Denna dengan sinis.

Lukas menggertakkan giginya karena kesal. Sejujurnya ia tak tertarik mengetahui tentang Risa.

"Ia ada di Paris" bisik Denna "Dan ia menjual tubuhnya".

Ucapan terakhir Denna terdengar bagai sambaran petir di siang bolong. Tanpa sadar Lukas mengepalkan tangannya hingga buku-buku jarinya memutih untuk menahan diri

Shit, Ia sebenarnya memang mencintai Risa tapi terlalu naif untuk mengakuinya.

"Menjual tubuhnya?" Lukas pura-pura tertawa santai, "Memang Risa seorang jalang kan?" lanjutnya.

"Temanku di Paris mengenal Risa, sekarang dia berbeda dengan Risa yang dulu kita kenal. Tidak ada lagi Risa yang ramah dan hangat. Ia berubah menjadi wanita yang kaku dan dingin para pria. Oh ya dia di kontrak dengan IMG agency, sekarang dia adalah model terkenal. Aku yakin kau sebenarnya tahu karena wajahnya pasti sudah bertebaran di internet". Ujar Denna santai.

Lukas terdiam. Risa berubah menjadi dingin pasti karena dia. Kelakuannya yang brengsek telah mengubah sifat Risa yang dulu sangat ramah dan hangat kepada setiap orang. Ia mengacak rambutnya frustasi, Denna yang sedari tadi memperhatikan perilaku Lukas pun terbakar api cemburu.

"Kau cinta dengan Risa?" tanya Denna yang membuat Lukas menoleh dan menatapnya intens, "Kalau aku mencintainya, aku tidak akan memilihmu!" jawab Lukas lalu beranjak pergi meninggalkan Denna.

***

Risana's POV

"Risa, sudah berapa kali mama minta kamu untuk cari pacar dan nikah!" Ujar Diana penuh penekanan. Inilah rutinitas ibunya setiap hari. Mengomel minta cuculah, minta segera menikahlah. Tapi untung aku sudah kebal dengan semua omongan ibuku tercinta.

"Mom ayolah, aku sudah tidak berniat untuk menikah" ujarku lalu mengambil dua buah kue nastar dan memakannya.

"Risa, cuma kamu harapan mama untuk menimang cucu, sudah beratus-ratus kali mama mengomel setiap hari". ujar Diana dan aku hanya tersenyum manis.

"Mama sayang aku cape cari pria yang tulus, mereka selalu menebar cinta dengan pamrih" balasku lalu mencium pipi ibuku, "Bye mom aku ngantuk".

"Anak itu selalu saja beralasan ngantuk, sudah terlambat, padahal aku hanya ingin cucu apakah itu salah?" decak Diana.

"Jelas itu salah, kau memaksanya untuk menikah" ujar Frans yang tiba-tiba datang dan duduk disebelahnya.

"Tapi pah, memangnya papa gak mau punya cucu?" tanya Diana sambil memijit pelipisnya.

"Tentu saja papa mau, tapi tunggu sampai Risa siap jangan dipaksa" ujar Frans. Ia mengelus pundak istrinya dengan pelan. Frans adalah tipe ayah yang penyabar, beda dengan Diana yang selalu menuntut anaknya agar segera menikah.

Huh. Pembicaraan dengan topik yang sama setiap harinya. Tadi pagi baru disuruh nikah dan punya anak, sekarang malam-malam begini pun masih disuruh nikah dan punya anak. Hidupku memang sangat monoton dan mudah ditebak. Memangnya umur 26 tahun itu sudah siap menikah? belum tentu, setiap individu tidak bisa disama ratakan. Mungkin orang lain siap tapi tidak dengan aku, aku masih ingin berkarir terlebih lagi aku tidak percaya akan adanya pria yang tulus.

"Risa!" pekik Diana dari luar pintu kamarnya. Pasti disuruh nikah lagi. Sangat mudah ditebak.

"Iya mom kenapa? disuruh nikah? minta cucu? minta cicit?" tanyaku sambil menyenderkan diri di pintu kamar. Tidak bisakah aku hidup tenang tanpa tuntutan menikah? Ayahku santai karena dia orang Perancis yang tidak menargetkan usia untuk menikah tapi berbeda dengan ibuku , orang Asia yang selalu menargetkan usia untuk menikah.

"Kamu kapan nikah? mama mau punya cucu!" rengek Diana. Aku tidak habis pikir. Usia sudah tua, sudah minta cucu tapi masih merengek. Huft.

"Besok" balasku santai masih dengan tubuh yang menyender di pintu kamar.

"Sungguh? besok? sama siapa? mama serius Risa!"

"Besok kalau gak hujan mah, udah ah Risa ngantuk besok ada photoshoot pagi banget". ujarku lalu menutup pintu. Maaf mom sudah kurang ajar tapi sungguh aku ngantuk.

"Dasar anak kurang ajar, disuruh nikah juga!! Risa!! kalo kamu gak laku biar mama kenalin sama anaknya teman mama!" teriak Diana. Gak laku? yang benar saja mom? banyak pria yang mencoba mendekatiku tapi aku aja yang gak mau karena pasti mereka pamrih! aku maunya yang tulus.

The Wrong Bride [ ON HOLD]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang