Happy reading ❤
“Selamat sore menjelang malam sobat Brawijya. Apa kabarnya nih kamu? Iya kamu yang lagi diam-diam rindu doi. Hahaha Semoga penantian lo berbuah manis ya sobat. Seneng rasanya gue Ben bisa kembali di acara Nyamuk, Nyatakan Cintamu Yuk!”
“Sepeti biasa, dua jam kedepan. Dari jam 6 sampai jam 8 malam nanti, gue bakalan menemani sobat semua yang sekarang lagi menahan rindu ingin bertemu ataupun lagi bahagia karena doi akhirnya putus sama pacarnya. Cieee ada kesempatan nikung sebelum balikan sama mantan.”
“Hahahaa… Lo semua bisa request lagu buat ngode doi ke line nyataincintamu atau mention ke twitter @nyataincintamu. Gak cuma requst lagu dong, lo juga berkesempatan buat nyatain pesan buat someone special yang lo gak berani nyatain, ntar gue bantu sampein. Kalo gak kuat pake nama asli, just use your nick name….”
“Oke sobat, gue bakal bacain pesan yang udah mampir ke line. Yang pertama ada dari aromahujan, aku yang tak pernah kau lirik. Untuk kamu yang selalu aku pikirkan. Aduhh astaga, sumpah ini parah sobat. Bertepuk sebetah tangan banget kan? Oke pesannya gini: aku heran kenapa masih saja menyebut namamu dalam khayalku, padahal aku tau kau menginginkan orang lain. Ahh seberat itukah berharap?...”
Suara Ben yang sedang siaran menggema sampai ke seluruh penjuru kamar Aarav. Seharusnya mereka ada jadwal rekaman di luar tapi mendadak Ben minta ganti jadwal karena dia juga tiba-tiba harus siaran. Karena rekaman tidak jadi, maka Ogy juga memilih menyibukkan diri bersama teman-temannya di ekskul fotografi. Maklumlah, dia dan anggota ekskul tersebut terpilih menjadi panitia acara valentine bulan depan.
Hanya ada dua manusia di kamar Aarav. Sudah pasti yang satu adalah sang empunya ruangan itu, Aarav Jovanka. Dan satu lagi tak lain dan tak bukan adalah Ivan. Tamu tak diundang yang kurang tahu diri itu dengan santai rebahan di kasur sehingga si pemilik asli kasur harus mengungsi ke lantai yang tak beralas.
“Feby les ya hari ini?” Sebuah pertanyaan basa-basi dari Ivan untuk memulai percakapan dengan temannya yang super cuek itu, sebenarnya dia sudah tau kalau Feby les di hari apa saja.
“Iya.”
“Singkat banget jawanya kek chat mantan,” sindir Ivan.
“Eh, Van?”
“Apaan?”
Aarav meletakkan ponselnya lalu mengubah posisi tubuhnya menjadi duduk bersandar di kasur. “Lo tau nggak Ari orangnya gimana?”
“Kenapa nanyain Ari? Lo naksir?”
Arav menggeram. Bicara dengan Ivan harus selalu melibatkan urat emosi. Sebuah bantal menjadi pilihan Aarav untuk dilemparkan ke kepala Ivan.
“Gue serius, Van.”
“Lo mah tiap hari serius, gak pernah main-main. Makanya tuh muka lo kaku banget udah kayak beton sekolah.”
“Serah lo dah. Lo tau Ari nggak?”
“Gue gak terlalu kenal sih. Kan temen gue lo, Ogy, ama Ben doang. Dari gue lahir sampe sekarang temen gue ya lo bertiga. Yang relasinya luas tuh si Ben. Lo tanya aja ntar sama dia. Tapi setau gue nih ya, Ari tuh gak pernah berkasus sih di sekolah. Anak basket, kapten kalo gak salah, gantiin posisi Bang Akbar.”
Aarav menggaruk tengkuknya. “Menurut lo dia baik nggak?”
“Dari penampilannya sih baik. Tapi gak tau juga sih.Yang pasti lebih baik dan lebih ganteng gue lah, ya menurut emak gue sih.”
“Lo mau gak bantuin gue?”
Kening Ivan berkerut. Tak biasanya Aarav meminta tolong. Dia itu manusia paling mandiri semuka bumi. Biasanya juga yang minta tolong itu adalah Ivan. Minta tolong dimasakkan bubur kacang hijau, membuatkan kopi pahit, minta dibuatkan telur dadar, dan pertolongan kecil lainnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
UNSTOPABLE LOVE
Ficção AdolescenteBukan kisah preman sekolah. Tidak mengandung cerita anak genk motor. Hanya sebuah kisah klasik dimana benci dan cinta hanya dipisahkan oleh sebuah garis tipis.