O3

501 96 72
                                    

frasa dan suara

Bisa dibilang, sekarang Yuda dan Ima sedang menikmati waktunya bersama. Ima dengan perasaan senangnya karena memiliki teman baru dan Yuda dengan perasaan cintanya yang meluap-luap.

Mereka saling berbalas kata-kata tanpa suara di bawah pohon ceri. Sambil sesekali tersenyum satu sama lain.

Mereka sama-sama bahagia, namun dengan perasaan yang berbeda. Yuda tak keberatan, karena sekali lagi, ia sudah sangat puas bisa berbincang sedekat ini dengan Ima.

Tiba-tiba ia merasakan getaran handphonenya dari arah sakunya. Ternyata teman satu kosannya mengiriminya pesan berisi ;

[ Mas Yuda ikut gerak jalan minggu ini nggak? Kalau iya, saya ambilin sekalian tiketnya. ]

Sebelum membalas pesan WhatsApp itu, ia menoleh terlebih dahulu pada Ima. Sementara yang ditoleh hanya bisa memasang wajah bertanya-tanya.

Minggu ini, kamu mau ndak gerak jalan sama Mas?’ tulisnya di note mini abu-abunya.

Gerak jalan itu ngapain mas?’ Kalau boleh bilang, Yuda serasa ditanyain anak paud. Tapi walaupun bingung cara menjelaskannya, ia tetap berusaha menulis penjelasan tentang gerak jalan.

Kalau menurut KBBI, gerak jalan itu merupakan olahraga dalam bentuk berjalan bersama-sama menurut aturan tertentu. Tapi kalo biasa e mas ikut gerak jalan, itu kegiatan jalan bersama tapi bedanya ada karcis seharga dua ribu sampai lima ribuan gitu. Karcisnya itu dibuat undian hadiah, tapi sebenernya ndak pake karcis pun gapapa.’ Sambil membaca tulisan Yuda, Ima terlihat mengangguk-angguk lucu. Yang lebih tua merasa tak kuasa menatap insan mungil didepannya. Kok mirip anak kucing se?, inner Yuda.

Aku paham, mas! Aku mau ikut juga! Ngajak Mas Rahmat, Mas Putra, sama Mbak Mawar boleh?’ Saat membaca kalimat pertama dan kedua senyum Yuda masih mengembang. Namun kalimat terakhir sedikit membuatnya kesal.

Niatnya, saat gerak jalan nanti, ia akan berduaan dengan Ima. Mungkin sedikit kencan pula. Namun nyatanya, ekspetasinya hanyalah angan semata.

Dikarenakan tak bisa menolak permintaan dari sang pujaan hati, Yuda pun mengiyakan dengan senyum cerah. Sementara Ima pun langsung ikut tersenyum cerah. Tubuhnya melompat-lompat kegirangan. Rambutnya yang panjang dan di kuncir menjadi dua pun ikut bergoyang. Yuda benar-benar merasa, ia akan diabetes melihat semua hal manis ini.

Baru saja ia akan bersenang-senang dengan Ima, Rahmat malah mendatangi mereka. Dengan cepat--walaupun masih lamban--Ima menulis di note nya dan menunjukkannya segera pada Rahmat.

Sejenak seusai membaca, Rahmat terdiam sebelum membentak Yuda.

Lo gila ya? Bisa-bisanya ngajak Ima keluar dari sini. Asal lo tau nih ya, Ima nggak pernah keluar dari pemukiman sini!” Yuda langsung saja menelan ludahnya kasar.

Melihat ekspresi Yuda yang terlihat takut dan ekspresi milik Rahmat yang penuh emosi, Ima paham apa yang terjadi walau tak bisa mendengar apapun. Langsung saja ia mengetikkan sesuatu untuk sang kakak.

✧ FRASA DAN SUARATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang