Chapter 4

685 76 3
                                    

Malam hari setelah kejadian itu, Mikasa sudah bisa pulang dan membaringkan diri di apartemennya sendiri. Segala urusan administrasi rumah sakit dan biaya kontrol sudah diurus oleh kakaknya, Levi. Levi harus selalu menasehati Mikasa agar menjalani kontrol rutin dan minum obat untuk menghindari kejadian seperti pagi tadi. Levi juga meminta nomor tetangga Mikasa agar bisa memastikan keadaan adiknya ketika nomornya tidak bisa dihubungi untuk beberapa lama. Sorenya setelah Mikasa pulang, Levi sempat menjaga Mikasa sekitar 1 jam sebelum akhirnya pulang karena ada keperluan di rumahnya.

Jam dinding menunjuk pada angka 19:24. Mikasa masih berbaring di kasur apartemennya ditemani Sasha yang sekarang berada di dapur untuk memasak sesuatu. Selain itu juga ada Jean dan Connie yang juga datang untuk melihat keadaan Mikasa. Mereka berdua duduk di lantai beralaskan karpet dan masih fokus pada ponsel masing-masing. Atmosfer tempat tinggal Mikasa terasa berbeda untuk hari ini, tidak lagi sepi dan sunyi seperti biasanya. Ia cukup bersyukur untuk itu.

Hari ini aku mendapat begitu banyak perhatian

"Mikasa, apa besok kau tetap berangkat bekerja?" Jean akhirnya angkat bicara untuk memecah keheningan antara mereka bertiga.

"Sepertinya begitu, lagipula hal seperti ini sudah biasa bagiku. Aku akan baik-baik saja"

"Kalau begitu istirahatlah, jangan banyak memikirkan sesuatu"

Mikasa baru menyadari bahwa sepertinya sedari tadi Jean memang beberapa kali melirik dan melihatnya melamun. Mikasa memang sedang memikirkan beberapa hal, namun ia tak sadar sampai melamun bahkan tak tahu sedang diperhatikan oleh seseorang.

"Mikasa?"

"Em.. iya"

Rasanya agak jengkel bagi Mikasa karena hari ini sudah beberapa orang menyuruhnya istirahat, istirahat, dan istirahat. Seperti diperlakukan sebagai anak kecil saja. Pikirnya, bukankah lebih baik jika mereka yang beraktivitas penuh hari ini mendapat perintah untuk isitrahat daripada ia sendiri yang seharian ini banyak berbaring?

Sesaat kemudian, Sasha datang dan membawa makanan dan minuman untuk mereka berempat. Mikasa turun dari ranjangnya dan bergabung dengan teman-temannya.

"Sudah lebih baik?" Sasha mengawali pembicaraan.

"Setidaknya semakin membaik. Aku tidak apa-apa. Besok aku akan pergi bekerja"

"Baiklah, tapi tak perlu banyak dipaksakan, Mikasa. Kau hanya perlu melayani pembeli selagi kau masih tahap pemulihan. Jean akan membantumu saat kau butuh sesuatu di dapur. Jadi kau tak perlu bolak-balik dapur"

"Tapi, itukan sudah diluar pekerj-"

"Untuk besok saja, Mikasa" Jean memotong ucapan Mikasa. Mikasa terdiam seperti merasa bersalah.

"Terima kasih. Kalian begitu peduli padaku. Aku bahkan tak tahu harus seperti apa untuk membalas kebaikan kalian"

Sasha, Jean, dan Connie saling bertatapan satu sama lain. Mereka bahkan tidak akan menyangka Mikasa akan berkata seperti itu. Dan itu membuat kecanggungan diantara mereka.

"Haishh! Kau ini bicara apa Mikasa. Kita kan sahabat, bukan hanya sekedar teman kerja. Teman memang harusnya begini, bukan?" ucap Sasha

"Tumben si kentang bicara bener hari ini" tukas Jean dengan suara meledek sambil melihat kearah Sasha. Sasha hanya menggertakkan giginya seakan ingin menggampar muka kuda Jean.

"Teman? Kurasa tidak setelah seseorang memelorotkan celanaku tadi sore" Kali ini giliran Connie memandang tajam ke arah Jean. Jean memandang balik dan berusaha menahan tawanya yang ingin meledak.

"Hahahaha hey man, lagipula dia kan tidak kenal kau" Jean tak bisa menahan tawanya setelah kejadian tadi sore. Waktu itu Jean dan Connie pamit sebentar dari apartemen Mikasa untuk pergi mencari sesuatu diluar. Saat keluar dari pintu Mikasa, mereka berdua bertemu dengan tetangga Mikasa, yaitu Historia Reiss. Connie dan Historia sempat berbincang sebentar sebelum tiba-tiba Jean dari belakang menarik celana training Connie hingga melorot. Untung saja ia masih memakai celana pendek. Connie yang panik dan malu langsung pamit pergi begitupun dengan Historia.

"Justru itu aku ingin berkenalan dengannya, dasar kuda sialan! Oh iya Mikasa, ngomong-ngomong, siapa nama tetanggamu itu" Connie berpaling muka dari Jean ke Mikasa. Ia memasang muka penasaran seolah ingin kenal lebih jauh perempuan yang ditemuinya tadi sore.

"Oh itu. D-dia namanya H-historia.." Mikasa berbicara sambil menatap Sasha yang menatap Connie tajam seolah ingin memoles kepala botaknya. Connie yang sadar kode dari Mikasa pun mencoba mencari alasan lain untuk menghindari amukan Sasha.

"Tadi.. eee tadi aku hanya ingin memberitahunya kalau pakaiannya jatuh. Tapi aku tak tahu memanggilnya dengan siapa"

"Pakaiannya jatuh?" Sasha mulai bicara

"I-iya tentu saja, kelihatannya ia tadi sedang ingin menjemur pakaian"

"Bohong, mana ada seperti itu. Hahahaaha" Jean tertawa lantang seakan puas terhadap drama rumah tangga didepannya. Connie pasrah dan mendengus kesal dibuatnya. Mikasa hanya tersenyum imut melihat kelakuan orang-orang. Ia ingin menikmati malam yang tidak biasa ini, dimana ada orang-orang yang berkumpul untuknya meskipun hanyalah kebersamaan yang sederhana. Beberapa waktu kedepan Mikasa dan ketiga temannya larut dalam obrolan dan candaan malam itu

-

"Sudah jam 9. Mikasa, apa kau benar-benar sudah baik-baik saja? Kami ingin pulang".

"Kalian tak perlu khawatir. Aku sehat"

"Baiklah kalau begitu, kami pamit pulang dulu. Sasha, ayo" Connie menggandeng tangan Sasha menuju ke pintu. Jean yang melihatnya hanya bisa menggandeng tangannya sendiri.

"Sampai jumpa besok, Mikasa"

"Iya, hati-hati dijalan ya" Mikasa mengantar mereka sampai di pinggir jalan. Setelah mereka sudah menghilang, Mikasa kembali dan merebahkan dirinya di kasur kembali. Ia belum begitu merasa mengantuk. Tapi ia harus tidur, ia tak boleh tidur terlalu larut malam. Mikasa harus menuruti penuh perintah kakaknya, setidaknya untuk hari ini.

Mikasa mencoba mencari buku untuk dibaca sekalian memancing rasa kantuknya. Ia kemudian mengambil buku bersampul hitam yang didapatkannya tadi pagi oleh seseorang bernama Armin Arlert. Setelah ia mengambil buku itu di meja, ia kembali ke ranjangnya untuk mulai membacanya. Sekilas buku itu memang menarik, dengan sampul berwarna hitam yang ditengahnya terdapat gambar sekumpulan anak laki-laki dengan posisi membelakangi pembaca dan sedang memandang pemandangan lepas di tepi bukit. Isi buku itu tidak begitu tebal, mungkin hanya berisi cerita-cerita ringan yang tidak perlu berpikir keras untuk mengambil intisari ceritanya. Buku itu berjudul "The Lost Boy".

Sepertinya menarik

Mikasa mulai membuka halaman daftar isi. Seperti yang telah disangkanya diawal, cerita ini berisi tentang petualangan anak-anak muda dengan part yang berbeda-beda. Ia mulai membaca part pertama yang berjudul "Adventure of Two Brothers". Membacanya membuat Mikasa sedikit antusias. Mikasa penasaran apa yang dilakukan laki-laki saat mereka bermain atau berpetualang, karena memang Mikasa tak memiliki banyak kenalan anak laki-laki di masa kecilnya, apalagi sampai bermain bersama.

Setelah membaca sekilas dan belum juga selesai, Mikasa kembali penasaran terhadap buku ini. Karena ditengah ia membaca tadi, ia menemukan tokoh yang memiliki mata berwarna hijau zamrud. Reflek perasaan Mikasa berubah menjadi tak karuan. Ia mencoba membuka lembar terakhir dan ia menemukan sesuatu. Sebuah foto yang memperlihatkan deretan anak laki-laki dan satu perempuan yang berjejer menghadap ke arah kamera dengan pose mereka masing-masing. Warna foto tersebut semu pudar karena efek cetakan, namun wajahnya masih terlihat dengan sangat jelas.

Mengapa ada foto disini?

Mikasa menduga bahwa itu adalah foto Armin dan teman-temannya. Namun ia agak heran, untuk apa menaruh foto disini? Apa Armin hanya iseng? Atau dengan suatu alasan tertentu? Entahlah, Mikasa tak ingin memikirkannya terlalu jauh

Belum sempat ia memperhatikan foto tersebut, ia menemukan keterangan dibawah foto tersebut. Keterangan yang menunjukkan siapa saja yang ada dalam foto tersebut.

Ia kemudian membacanya dengan seksama.

"Dari sebelah kanan : Marco Bodt, Annie Leonhardt, Thomas Wagner, Marlo Freudenberg, Armin Arlert,..

dan..









"EREN YEAGER???"





















-To be continued-

Interstellar [EreMika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang