Chapter 18

677 46 13
                                    

Hai :)

Sekedar mengingatkan, ini masih chapter flashback yaaa

--

Suasana tegang menyelimuti tempat mereka berdiri. Mereka para berandalan tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sebab jika mereka melangkah diluar batas mereka, wanita itu sepertinya tak akan sungkan untuk menarik pelatuk pistol itu pada mereka.

"Dengar ya. Aku tidak ingin nyawa kalian. Namun aku tidak akan pernah segan-segan untuk meledakkan kepala beberapa dari kalian, atau bahkan kalian semua, jika kalian berani untuk macam-macam denganku. Kalau ingin mencoba, majulah"

Rico masih menodongkan senjatanya. Mereka yang melihat itu hanya berpandangan satu sama lain. Mereka tak melakukan apapun selain diam di tempat. Rico sendiri tak menyangka ternyata mereka bahkan tak memiliki mental dan nyali sedikitpun untuk melawan. Padahal, Rico sebenarnya juga tak cukup berani untuk membunuh manusia, meskipun kemampuan beladiri dan menembaknya terbilang expert.

"S-siapa sebenarnya kalian? Apa kalian agen rahasia polisi?" tanya salah satu dari mereka

Rico sedikit terkejut. Memangnya se-misterius apa penampilan mereka sampai dikata seperti itu. Namun ia sadar itu adalah kesempatannya untuk mengelabuhi berandalan bodoh itu.

"Benar. Untik itu lakukan saja perintah kami, dan kami akan memberikan sedikit keuntungan untuk kalian, jika kalian bersedia patuh"

"Memangnya apa keuntungannya? Apa mau kalian?" tanya seorang laki-laki yang memiliki postur tubuh tinggi kurus diantara mereka.

Tanpa berbalik kebelakang, tangan Rico mengulur kebelakang, meminta sesuatu pada dua asistennya. Mereka berdua yang paham langsung memberikannya sebuah koper yang sedari tadi dibawa oleh salah satu dari mereka.

"Mau ini?" goda Rico. Segerombol manusia yang ada didepannya pun menjadi penasaran dan memusatkan perhatiannya pada barang itu. Sesaat kemudian, mereka semua melongo melihat isi koper itu yang penuh dengan uang. Entah mereka itu semua menginginkannya, atau mereka yang tidak pernah melihat uang sebanyak itu.

"Kalian mau ini, bukan? Oh, pastinya. Ini, benda ini, tentunya bisa mengubah rongsokan yang kalian pakai itu menjadi pakaian branded. Hidup kalian akan berubah menjadi mewah, dalam sekejap. Kalian juga akan mendapatkan mata para perempuan. Makan enak setiap hari, tanpa harus repot-repot keliling pasar. Bahkan aku bisa melipatkannya jika masih kurang. Bagaimana?"

"Kau tak ingin macam-macam, kan? Memangnya apa yang harus kami lakukan?"

"Serahkan bocah yang bernama Eren pada kami. Semudah itu"

Mereka semua memperhatikan Eren yang perlahan mendelik ke belakang temannya yang berbadan lebih besar dari dirinya. Eren tak tahu mengapa harus dirinya yang diminta oleh mereka. Tanpa belas kasihan ataupun ragu, sang ketua geng itupun memberi isyarat pada yang lain untuk segera membawa Eren pada wanita itu. Eren bingung dan mencoba melawan mereka semua.

"HEI HEI HEI!! Lepaskan! Kenapa kalian melakukan ini? Aku ini bagian dari kalian! Argghh!" berontaknya ketika teman-temannya mulai menangkapnya.

"Maafkan kami Eren. Tapi manusia butuh bertahan hidup. Dan juga, kau tak punya orang tua, bukan? Nah, anggap saja mereka itu orangtuamu" ucap si ketua sambil mengacak-acak rambut Eren. Ucapan maafnya juga malah membuat Eren semakin merasa tersakiti karena pengkhianatan.

"Seret dia"

Empat orang menyeret Eren yang berusaha untuk diam di tempat itu. Rico tersenyum miring karena akhirnya ia bisa mendapatkan Eren. Namun Eren tak menyerah, ia semakin melawan ketika Rico sudah semakin dekat dengannya. Karena tak inginkan keributan terjadi, Rico melemparkan sebuah jarum suntik yang berisi cairan penenang pada salah satu dari mereka. Cairan itu langsung disuntikkan pada Eren dan seketika ia langsung kehilangan kesadaran.

Interstellar [EreMika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang