Chapter 8

643 70 18
                                    

Masih flashback 9 tahun lalu

Pagi ini, Mikasa sedang duduk di tepi jendela kamarnya, memandangi taman di luar panti asuhan tempatnya berada. Ia ditempatkan di sebuah kamar khusus dirinya untuk memulihkan traumanya terhadap orang lain. Semenjak kejadian itu, kondisi kejiwaan Mikasa masih sangat sensitif apalagi ketika ia bertemu dengan orang yang tak dikenalnya. Ia menjadi pemurung dan seringkali menangis tanpa sebab. Hanya pengasuh panti asuhan yang boleh mengurusnya, sampai Mikasa benar-benar bisa beradaptasi kembali dengan dunia luar. Pengasuh panti yang mengurus Mikasa itu adalah seorang perempuan bernama Frieda.

Sebelum berada di panti asuhan, Mikasa sempat dirawat di rumah sakit selama beberapa hari karena luka-lukanya. Tak ada satupun keluarganya yang menunggunya saat itu. Pihak polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut pada rumah Mikasa setelah mereka menemukan jasad kedua orang tua Mikasa. Pihak rumah sakit juga berusaha menghubungi keluarga satu-satunya yang dimiliki Mikasa, yaitu Levi. Namun karena kepentingan negara, Levi sulit dihubungi dan pihak rumah sakit menyerah untuk menghubunginya.

Dokter Grisha Yeager adalah dokter yang memeriksa dan mendiagnosis Mikasa saat itu. Namun Mikasa belum sepenuhnya sadar sehingga waktu itu adalah bukan pertama kalinya ia melihat dokter itu. Tanpa sepengetahuan Mikasa, Dokter Grisha jugalah yang menanggung semua biaya perawatan Mikasa. Mikasa tidak pernah tau akan hal itu. Setelah kondisi Mikasa dinyatakan membaik, ia ditempatkan di panti asuhan karena ia sudah tak memiliki orang tua lagi.

Setelah keluar dari rumah sakit, Mikasa menjalani hari-harinya dengan menjadi pemurung dan jarang sekali tersenyum. Tak heran karena ia masih sangat depresi karena menyaksikan sendiri orangtuanya dibunuh, apalagi diusianya yang masih kecil. Frieda ikut sedih melihatnya. Ia berusaha sebisa mungkin menghiburnya dan sesekali mengajak Mikasa untuk pergi keluar ke taman terdekat hanya berdua. Kabar baiknya, lambat laun Mikasa dapat kembali merasakan tersenyum lagi, meskipun tak bisa tersenyum lepas dan hanya sekejap.

Suatu pagi, Mikasa melihat seorang anak laki-laki yang asing diluar melalui jendela kamarnya. Mikasa belum pernah melihat dia sebelumnya, ia tahu anak itu tak tinggal disini, di panti asuhan. Pakaiannya juga terlihat berbeda. Ia memakai setelan baju yang mahal dengan syal merah dibalut di lehernya, berbeda dengan anak-anak disekitarnya. Namun, ia kelihatan begitu akrab dengan anak-anak lain. Anak itu bermain dengan riang, tertawa lepas, dan membagikan makanan kepada anak-anak dari panti asuhan.

Tiba-tiba pintu kamar Mikasa terbuka, dan yang dilihatnya adalah Frieda yang bersama seseorang yang memakai jas putih. Mikasa belum pernah melihatnya sebelumnya. Mikasa sangat takut, ia memposisikan dirinya di ujung ranjang dan menutup wajahnya dengan bantal. Orang itu kemudian duduk di dekat Mikasa.

"Mikasa, beliau adalah seorang dokter. Beliau hanya ingin memeriksa keadaan Mikasa supaya tetap sehat. Sekarang kemarilah, nak"

"Hai Mikasa. Tenanglah, kami bukan orang jahat. Aku hanyalah seorang dokter. Namaku Dokter Grisha. Aku akan memeriksa kesehatanmu"

Dokter itu mengelus-elus kepala Mikasa, berusaha menenangkannya. Setelah Mikasa luluh, dokter kemudian memeriksanya dan memberinya obat.

"Sudah selesai. Dokter harap kamu cepat sembuh ya. Dokter izin pulang dulu. Sampai jumpa, Mikasa"

Dokter itu berjalan keluar kamar Mikasa. Frieda kemudian menyuapi makan kepada Mikasa dan memberinya obat. Setelah selesai makan, Mikasa langsung kembali memposisikan dirinya ditepi jendela. Namun, ia tak melihat anak itu lagi. Sekarang taman itu sudah sepi setelah beberapa saat lalu terdapat beberapa anak-anak yang riang bermain. Mikasa merasa sedikit kecewa, ia seperti menunggu seseorang untuk datang kembali lagi.

Beberapa hari kemudian, Mikasa kembali melihat anak itu turun dari mobil yang diparkir di kejauhan, yang tak lain adalah mobil milik Dokter Grisha. Anak itu disambut oleh beberapa anak-anak lain disana dan membagikan sesuatu kepada mereka. Mereka kemudian bermain di taman yang berada di halaman. Mikasa menyadari kedatangan Dokter Grisha di kamarnya, namun karena kondisi hatinya yang baik, Mikasa tetap memperhatikan luar dan tidak merasa takut lagi dengannya.

Interstellar [EreMika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang