Chapter 9

635 69 19
                                    

"Semenjak hari itu, aku sering terbayang akan sesuatu. Kalau aku tak mampu mengendalikan pikiranku, sesuatu itu membuatku pusing dan jatuh pingsan. Kakakku berkata bahwa aku menderita cedera ingatan, aku juga tahu itu tapi aku tak pernah mengerti secara rinci tentang apa sebenarnya penyakit yang aku alami ini. Hanya kakakku yang tahu"

Armin diam menyimak setiap perkataan Mikasa sejak tadi. Masa lalu yang diungkap Mikasa membuat rasa bersalah muncul dalam dirinya. Setelah dirasa Mikasa sudah cukup, ia mulai kembali bicara padanya.

"Jadi, setelah hari itu kau tak pernah mendengar kabar mengenai Eren?"

"Sama sekali. Aku tak pernah mendengar namanya sekalipun. Tapi, aku tak mengerti kenapa hatiku terus menuntunku untuk selalu mengingatnya. Aku merasakan hal yang aneh dalam diriku sejak pertama kali aku bertemu dengannya. Aku rasa, mungkin karena hari itu ia menyelamatkanku dari depresi berat, jadi diriku seakan terus membutuhkan sosok Eren" ucap Mikasa sambil mengelusi ujung syal yang dipakainya hari ini.

"Mikasa.. aku turut bersedih atas masa lalumu dan keadaanmu saat ini. Aku tahu itu sangat berat bagimu. Sekarang, bisakah kau memaafkanku, Mikasa?"

"A-apa? Minta maaf untuk apa?"

Armin menunduk mengingat kejadian yang terjadi di masa lalunya. Andai saja keluarganya tak melakukan sesuatu hari itu, maka gadis didepannya ini tak perlu kehilangan sosok Eren, orang yang mungkin dicintainya.

"Mikasa, aku akan bercerita sesuatu padamu. Saat aku bercerita nanti, kau boleh menampar wajahku kapanpun kau merasa kesal kepadaku. Sekarang tolong dengarkan. Dulu Dokter Grisha adalah sosok yang banyak disanjung orang karena kebaikannya. Suatu hari di masa itu, terjadi kejadian mengenaskan dimana beberapa orang ditemukan tewas mengenaskan di sungai. Polisi menyatakan bahwa mayat-mayat tersebut mati karena penyakit misterius yang dapat menyebabkan kematian dalam waktu singkat. Kasus itu sulit dipecahkan karena banyak hal diluar logika, seperti mengapa mayat mereka bisa ada di sungai dan sebuah indikasi bahwa tubuh mereka terkontaminasi suatu obat yang sulit diteliti. Akhirnya polisi mengutus Dokter Grisha untuk membantu mereka melakukan penyelidikan. Namun suatu hari keadaan berbalik. Dokter Grishalah yang justru harus diadili atas kejahatan berat, karena...."

"Karena apa Armin?!" tanya Mikasa penasaran.

"karena.. ayahku melaporkannya pada polisi"

Deg!

Mikasa shock dan sangat tidak menyangka bahwa Armin akan berkata demikian. Ia bungkam dan tak tahu bagaimana ia harus bekata-kata. Armin melirik Mikasa yang tak memandangnya lagi. Mikasa hanya menatap kedepan dengan pandangan kosong dan menyedihkan. Armin kemudian melanjutkan bicaranya.

"Waktu itu di malam hari ayahku melihat dua orang yang berjalan ke rumah Dokter Grisha. Orang itu membawa tas, pakaiannya tidak begitu mencurigakan, hanya saja ketika ayahku mencoba sedikit membuntutinya, kedua orang itu melangkah menuju sisi belakang rumah yang disitu terdapat laboratorium pribadi milik Dokter Grisha. Awalnya ayahku tidak begitu curiga dan ia kembali pulang ke rumah. Namun dua jam setelah dua orang itu pergi dari laboratorium itu, ayahku kembali dan melihat Dokter Grisha yang sedang mengubur sesuatu di tanah. Ayahku spontan curiga akan hal itu. Karena itulah ayahku menghubungi polisi dan akhirnya polisi datang dan menemukan sebuah obat berbahaya yang dikubur di belakang rumahnya dan merekapun menangkap Dokter Grisha"

"Aku... a-aku..."

"Mikasa maafkan aku. Ini memang berat untuk diterima. Tapi akulah yang akan menanggung semua ini"

"Armin, kau tak perlu minta maaf padaku. Aku bukanlah siapa-siapa. Kau hanya perlu meminta maaf pada Eren. Lagipula, aku sebelumnya sudah mendengar ini dari temanku. Ngomong-ngomong, kau tahu dimana keluarga Eren sekarang?"

Interstellar [EreMika]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang