15. Gelisah

10K 1.1K 42
                                    

Plak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Plak

"Buset di gampar men."

Januar menutup kedua mata Abi dengan telapak tangannya, "Jangan dilihat adegan dewasa."

Tamparan keras mendarat sempurna di pipi kanan Raga, cowok itu mengelus pipinya yang memerah, sedangkan Metana menatap Raga dengan tatapan menyala-nyala.

"Gampar balik Ga." Raga berdeham saat Rigel ikut berseru, tatapan matanya seakan menyuruh Rigel diam dan tak ikut campur dengan urusannya dan Metana.

"Kenapa Lo pake akuin Abi segala di depan semua orang!"

Raga menahan bahu Metana yang naik turun karena amarahnya, namun dengan cepat ditepis kasar oleh perempuan itu.

"Sabar Met, Lo kaya apaan aja kebakaran jenggot begini. Lagian emang gue salah kalo ngakuin Abi anak gue?"

"Salah Ga!"

Raga menarik napasnya berat, "Salahnya dimana? Gue cuma ngelindungin apa yang udah seharusnya gue lindungi, kalo posisinya di balik, Lo yang disana, apa Lo tega ngeliat anak Lo di ejek, dikatain kaya gitu. Gak kan!"

"Kalo diam ga ngancurin nama baik gue, kenapa enggak!"

"Dari awal juga udah jelek Met, harusnya Lo sadar kalo kelakuan kita yang kaya gini udah bikin aib keluarga. Apa untungnya si nutupin semuanya, cepat atau lambat semua orang akan tahu kalo Abi adalah anak gue dan Lo adalah Ibunya Abi."

"Persis, itu yang pengen gue kubur selamanya, Lo paham ga gimana rasanya dibuang sama orang yang Lo sayang? Gara-gara anak itu Bara jadi gamau lagi nerima gue. Dasar anak pembawa sial."

Plak

Tamparan keras mendarat di pipi Metana, perempuan itu menatap Raga yang diselimuti amarah serta kebencian.

"Lo boleh maki-maki gue, tapi jangan pernah maki-maki Abi, dia ga salah apa-apa, gue yang salah, kita yang salah. Lagian udah berapa kali gue bilang jangan deket-deket sama Bara. Waktu itu dia udh bikin Lo jadi kambing hitam atas pesta miras di komunitas sampe Lo di keluarin dari sekolah, kenapa Lo ga kapok juga."

Metana mendekat, matanya memincing menatap Raga, "Karena dia orang yang gue sayang melebihi rasa sayang gue buat siapapun."

"Termasuk Abi?"

"Iya, bahkan setitik pun gue gapernah sayang sama anak itu."

Plak

BCS : RAGALATIFA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang